A.
KONSEP DASAR
1.
Pengertian
Post partum adalah masa nifas mulai setelah partus
selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat
genital baru pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan.
(Prawiroraharjo, 2000)
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga
ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
(Rustam
Mochtar, 1998)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 sampai 42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Sarwono, 2002).
Persalinana spontan adalah
proses membuka dan menipisnya servik dan janin kedalam jalan lahir.
(Sarwono,
2002).
2. Masa
Post Partum
a. Masa post partum terbagi
menjadi 3 tahap yaitu :
1.
Immediate post partum period
(24 jam pertama setelah melahirkan)
2.
Early post partum period (hari
ke 2 sampai ke 7 setelah melahirkan)
3.
Late post partum (minggu ke 3
sampai ke 6 setelah melahirkan)
3. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah perubahan secara fisiologis
yang terjadi pada ibu post partum :
a.
Tanda-tanda vital
Suhu pada hari pertama (24 jam pertama) setelah
melahirkan meningkat menjadi 380c
sebagai akibat pemakaian tenaga saat melahirkan dehidrasi maupun karena
terjadinya perubahan hormonal, bila diatas 380C dan selama dua hari
dalam sepuluh hari pertama post partum perlu dipikirkan adanya infeksi saluran
kemih,endometriosis dan sebagainya. Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau
3 setelah melahirkan dapat menyebabkan kenaikan suhu atau tidak.
b.
Adaptasi system kardiovaskuler
1.
Tekanan darah : tekanan darah
stabil, penurunan tekanan darah
sistolik 20 mmHg terjadi pada saat ibu berubah posisi, posisi duduk
(ortostik hipertensi) kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan
darah rongga panggul dalam pendarahan.
2.
Denyut nadi : berkisar antara
60-80 x/menit, mengigil dan berkeringat, pengeluaran cairan yang berlebihan dan
sisa-sisa pembakaran melalui kulilt sering terjadi pada malam hari, dan hal ini
membuat gangguan rasa nyaman.
3.
Komponen darah : hemoglobin,
hematokrit, dan eritrosit akan kembali ke keadaan semula sebelum melahirkan.
c.
Adaptasi sistem perkemihan
Selama persalinan kandung kemih mengalami trauma yang
dapat mengakibatkan edema dan menghilangkan sensitivitas terhadap tekanan
cairan, biasanya ibu mengalami ketidakmampuan buang air kecil dalam dua hari
pertama setelah melahirkan, penimbunan cairan dalam jaringan selama kehamilan
dalam 12 jam setelah melahirkan.
d.
Adaptasi system endokrin
Perubahan buah dada : umumnya produksi air susu ibu
dimulai pada hari kedua-tiga post partum, buah dada tampak membesar, keras dan
nyeri.
e.
Adaptasi organ reproduksi
1.
Involusi uteri : involusi uteri
terjadi setelah melahirkan dan berlangsung secara cepat setelah plasenta lahir,
uterus berkontraksi dengan kuat, tinggi fundus uteri pertengahan antara pusat
sympisis, setelah 12 jam persalinan
fundus uteri turun sampai 1 cm di bawah pusat.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus
menurut masa involusi :
Involusi
|
Tinggi fundus uteri
|
Berat uterus
|
Bayi lahir
|
Setinggi pusat
|
1000 gr
|
Uri lahir
|
2 jari dibawah pusat
|
750 gr
|
1 minggu
|
Pertengahan pusat sympisis
|
500 gr
|
2 minggu
|
Tidak teraba diatas sympisis
|
350 gr
|
6 minggu
|
Bertambah kecil
|
50 gr
|
8 minggu
|
Sebesar normal
|
30 gr
|
2.
Lochea adalah secret yang
berasal dari kavum uteri dan vagina dalam nifas, pengeluaran lochia ini
dibedakan tingkatannya :
lochia rubra (hari pertama sampai ketiga post partum)
yaitu berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
caseosa, lanugo, dan mekonium, baunya normal (amis).
Lochia sanguinnolenta (hari ketiga sampai hari ketujuh)
berisi darah dan lendir, berwarna merah kuning.
Lochia serosa (terjadi hari ke 7 s/d 14) caiaran tidak
berdarah lagi,berwaarna kuning
Lochia alba (setela 2 minggu pada hari 10-15)bersi
selaput lendir leococyten dan kuman penyakit telah mati,berwarna kekuningan.
Lochia purulent (terjadi infeksi,dan keluar cairan
seperti nanah,dan berbau busuk)
Lochia lokhiostatis (lochea yang tidak lancer keluar)
f.
Perubahan servik
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti
corong berwarna kemerah kehitaman, konsistensinya
kadang-kadang lunak terdapat perlukaan
konsistensi lunak kadang-kadang terdapat perlukaan kecil setelah bayi lahir
tangan masih bisa masuk rongga rahim,setelah dua jam dapat dilalui oleh 2-3
jari dan setelah tujuh hari hanya dapat dilalui oleh 1 jari.
.
g.
Perubahan vagina
Akibat trauma persalinan mengakibatkan adanya edema dan
luka pada dinding vagina,rugae mendatar dan akan kembali pada minggu ketiga .
h.
Perubahan pada perineum
Pada perineum tampak seperti ada goresan akibat regangan
proses melahirkan .
i.
Proses pada ligamen
Ligamen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu setelah melahirkan berangsur-angsur dan ciut dan pulih kembali.
j.
After pain
Mules setelah melahirkan akibat proses kontraksi uterus
sering menjadi multi para hal ini disebabkan karena cenderung relaksasi dan
kontraksi secara periodic sehingga timbul rasa nyeri
k.
Perubahan berat badan
Setelah melahirkan berat badan menurun 4-5 kg,tergantung
berat janin post partum pada periode early berat badan menurun 2,5kg dan akhir
masa nifas berat badan kembali normal.
2) Adaptasi Psikologis
a. Adaptasi Ibu
1. fase taking in
Perhatian ibu
terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan
terganggu
berlangsung 1-2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak
dengan bayinya
tetapi memperhatikan . Dalam fase ini yang
diperlukan adalah informasi tentang
bayinya, ibu mengenang
pengalaman
melahirkan yang baru dialaminya.Untuk memulihkan
perlu
memperoleh tidak dan makan yang adekuat.
2. Fase talking hold : ibu berusaha
mandiri dan berinisiatif , perhatian
terhadap
kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misalnya
kelancaran
buang air besar, buang air kecil, melakukan berbagai
aktivitas, jalan, duduk, ingin belajar
tentang perawatan dirinya sendiri
dan bayinya .
Timbul rasa kurang percaya diri sehingga mudah
mengatakan
tidak mampu mengatakan perawatan ’’fase ini
berlangsung
kira-kira 10 hari’’.
3. Fase letting go
: Ibu merasakan bahwa bayinya adalah terpisah dari
dirinya mendapat
peran dan tanggung jawab baru,terjadi peningkatan
kemandirian dalam perawatan diri sendiri
dan bayinya , penyesuaian
dalam hubungan
keluarga termasuk bayi.
3) Perawatan Tindak Lanjut
a. Kebersihan diri
Kebersihan seluruh
tubuh sangat penting dalam perawatan masa nifas ibu
post partum.
b. Beristirahat yang
cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
kembali kepada kegiatan rumah tangga bisa
perlahan-lahan serta untuk
tidur siang /
beristirahat selagi bayu tidur. Kurang istirahat juga
mempengaruhipengurangan
jumlah asi yang diproduksi memperlambat
involusi uterus dan
emperbanyak pendarahan, depresi, dan ketida
kemampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.
c. Gizi
Makanan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral,dan
vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3
liter air setiap hari (anjurkan ibu
untuk minum setiap kali menyusui)
d. Perawatan
Payudara
Menjaga payudara tetap kering dan bersih,
menggunakan BH yang
menyongkong payudara, apalagi putting susu
lecet oleskan kolostrum / asi
yang keluar pada sekitar putting susu setiap
kali menyusui , tetapi
dilakukan dimulai dari putting susu yang
tidak lecet.
e. Hubungan
Seksual
Ketika luka perineum telah sembuh dan
pengeluaran lochea terhenti, yang
akan menunda hubungan suami istri sampai
masa waktu tertentu, misalnya
: setelah 40 hari / 6 minggu setelah
persalinan , keputusan tergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
f. Keluarga
Berencana
Meskipun
beberapa metode KB mengandung resiko dan manfaat untuk
Mencegah kehamilan padahal ibu baru
melahirkan.
g. Periksalah
kembali pada minggu ke 6 / follow up.
2.
Asuhan Keperawatan
a.
Pengkajian
a. Riwayat kehamilan dan persalinan
1.Lama persalinan
2.GPA
3.Proses persalinan
Tyoepersalinan : forcep, vacuum, banyak
darah yang keluar selama persalinan 400 cc, jumlah pembalut / duk yang
digunakan setiap hari, pemeriksaan lab. Yaitu : haemoglobin
b. Tanda –
tanda vital
1. Tekanan darah agak rendah dan normal
2. Nadi
3. Suhu meningkat
4. Pernapasan : dimonitor setiap 4 jam,
bila normal (dalam 24 jam)
c. Kulit
1.
Masker kehamilan
2. Striae
d. Payudara
1. Besar, bentuk bengkak / tidak, warna
kulit / areo
2. Papila menonjol / tidak, lecet, luka
3. Kebersihan
4. Colostrum, meningkat pada hari ke 2-3
e. Abdomen
dan fundus uteri
1. Palpasi : Ukur tinggi fundus uteri,
kontraksi, posisi
diastasis recti
2. Auskultrasi : Bising usus
3. Kaji :Keluhan mules-mules (hisroyen/his
pengiring)
f.
Perineum / Rectum
1.Observasi : Jahitan, kaji dan keadaan luka
episiotomi (REEDA)
2. Nyeri
3. Hemoroid
4. Lochea : Rubra, serosa dan alba
5. Aliran : Deras, sedang, agak banyak / sedikit
g. Ekstermitas
bawah
Keluhan rasa sakit, pembengkakan, suhu
panas, kaji homan’s sign dan
cemas.
h.Istirahat
/ rasa nyaman
1. Lamanya
2. Sukar tidur, his pengiring, nyeri
episiotomi, nyeri hemoroid, cemas.
i.
Kemampuan perawatan diri-bayi
j. Tingkat
energi
k.
Kebiasaan
l. Status psikologis / emosional
1. Respon terhadap kelahiran
2. Respon terhadap keluarga
3. Persepsi terhadap keluarga
4. Perubahan psikologis
5. Adaptasi Keluarga
m.
Pengetahuan : Lakukan tindakan perawataan bayi, perawatan
payudara dan KB
b.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Hemoglobin/Hematokrit
b.
Jumlah darah lengkap
c.
Urinalisa
d. Pemeriksaan/hematokrit : mungkin dilakukan
sesuai dari indikasi temuan fisik.
c.
Diagnosa Keperawatan
Menurut
Doengoes, Marlinn E. 2001
a.
Nyeri berhubungan dengan
episiotomi, nyeri setelah melahirkan
b. Gangguan proses laktasi berhubungan dengan
tingkat
pengetahuan
ibu dan pengalaman sebelumnya
c. Resiko tinggi
terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan
d. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan
biokimia, fungsi
regulator (missal : hipotensi ortostatik,
dan eklamsia)
e. Perubahan
eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek
hormonal
f. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan
kehilangan cairan berlebihan
g. Resiko
tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan
dengan ketidaktepatan penggantian cairan
h. Konstipasi
berhubungan dengan penurunan tonus otot
i. Resiko tinggi terhadap koping individual
tidak efektif
berhubungan dengan ketidak efektifan
system pendukung
j. Gangguan pola tidur berhubungan dengan
respon hormonal dan
psikologis; nyeri / ketidaknyamanan
k. Perubahan
ikatan proses keluarga berhungan dengan
transisi/peningkatan perkembangan anggota keluarga
d.
Rencana Asuhan Keperawatan
i.
Diagnosa Keperawatan I : Nyeri berhubungan
dengan ruptur,nyeri setelah melahirkan.
Tujuannya : Nyeri hilang / minimal
Kriteria hasil : Skala nyeri hilang , vital sigh
batas
normal,ekspresi wajah tampak rileks.
Intervensi :
1.
Berikan kantung es pada perineum
2.
Kaji rasa nyaman ( nyeri )
3.
Observasi TTV
4.
Ajarakan ibu dalam menggunakan
tehnik relaksasi yang di pelajari
5.
Intervensi ibu untuk mengerutkan
bokong bersamaan bila duduk lagi saat ambulasi terasa nyeri.
6.
Atur posisi tidur klien sesuai
dengan derajat kenyamanan klien
7.
Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk pemberian analgesik.
ii.
Diagnosa Keperawatan II : Gangguan
proses laktasi berhubungan dengan
tingkat pengetahuan ibu dan pengalaman sebelumnya.
Tujuan : ASI keluar lancar
Kriteria Hasil : ASI Keluar lancar , tidak ada
bengkak
Intervensi :
1.
Kaji pengetahuan dan pengalaman
klien tentang menyusui sebelumnya
2.
Tentukan system pendukung yang
tersedia pada klien dan sikap pasangan
3.
Demontrasikan dan tinjau ulang trhnik-tehnik
menyusui , perhatikan posisi bayi selama menyusui dan lamanya menyusui.
4.
Berikan informasi , verbal dan
tertulis mengenai fisiologis dan kandungan menyusui.
5.
Anjurkan klien melihat putting
setiap habis menyusui.
6.
Anjurkan penggunaankompres es
sebelum menyusui dan latihan puting dengan memutar diantara ibu jari dan jari
tengah.
7.
Anjurkan klien untuk
mengeringkan putting susu dengan udara selama 20-30 menit setelah menyusui.
8. Intruksikan klien untuk menghindari
penggunaan pelindung putting kecuali secara khusus diindikasikan.
9.
Berikan pelindung puting
payudara untuk klien menyusui dengan putting masuk dan datar.
10.
Kolaborasi , rujuk klien pada
kelompok pendukung , misalnya Posyandu.
iii.
Diagnosa Keperawatan III : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan trauma jaringan.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : tanda- tanda infeksi tidak
terjadi
Inrevensi :
1.
Tinjau ulang kadar hemoglobin
darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan.
2.
Catat tanda-tanda anemia
3.
Inspeksi ekstremitas bawah
terhadap tanda-tanda tromboflebitis
4.
Berikan kompres panas lokal ,
tingkatkan tirah baring dengan menggunakan tungkai yang sakit.
5.
Berikan antikoagulan : evaluasi
faktor-faktor koagulasi dan perhatikan tanda-tanda kegagalan pembekuan.
iv.
Diagnosa Keperawatan IV : Perubahan
eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal
Tujuan :
Eliminasi urin normal
Kriteria Hasil : Berkemih tidak di bantu dalam 6-8
jam setelah melahirkan , pola eliminasi urin sesuai kebiasaan klien ,
karakteristik urin normal.
Intervensi :
1. Kaji masukkan cairan dan keluaran urin
terakhir.
2. Palpasi kandung kemih , pantau tinggi
fundus dan lokasi jumlah aliran lochea.
3.
Perhatikan adanya laserasi /
episiotomi
4.
Anjurkan minum 6-8 gelas cairan
perhari
5. Kaji tanda-tanda ISK ( rasa terbakar pada
saat berkemih, peningkatan frekuensi, urin kemih ).
6.
Kolaborasi : katerterisasi
dengan menggunakan kateter lurus
7. Kolaborasi : dapatkan specimen urin bila
klien mempunyai gejala ISK
8.
Kolaborasi : pantau hasil test
laboratorium, seperti nitrogen urea darah dan urin 24 jam.
v.
Diagnosa Keperawatan V : Konstipasi
berhubungan dengan penurunan tonus otot.
Tujuan :
Pola eliminasi BAB normal
Kriteri Hasil : pola eliminasi BAB sesuai kebiasaan klien,
karakteristik feses normal, melakukan kembali kebiasaan defekasi yang biasa
optimal dalam 4 hari setelah kelahiran.
Intervensi :
1.
Auskultasi adanya bising usus,
perhatikan kebiasaan pengosongan abnormal atau diagnosis Resti.
2.
Kaji terhadap adanya hemoroid.
3.
Berikan informasi diet yang
tepat tentang pentingnya makanan kasar, peningkatan cairan dan upaya untuk
membuet pola pengosongan normal.
4.
Anjurkan peningkatan tingkat
aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi.
5.
Kaji episiotomi, perhatikan
adanya laserasi dan derajat keterlibatan jaringan.
6. Kolaborasi : berikan laksatif,
pelunak feses, supossitoria atau enema.
Doengoes, Marlinn
E.2001. Rencana Perawatan
Maternal/Bayi. Jakarta
: EGC
Helen Farrer,
1996. Perawatan Maternitas.
Jkarta : EGC
Ida Bagus Gde
Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan : Jakarta EGC
Judi Januadi Endjun.2002. Persalinan
Sehat. Puspa Swara
Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
III Jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius
Mochtar, Rustam.1998. Sianopsis
Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jakarta : EGC
Prawiro Rahardjo, Sarwono, 2002. Ilmu
Bedah Kebidanan. Edisi I. Jakarta Yayasan
Bina Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar