LAPORAN
PENDAHULUAN
BENIGNA PROSTAT
HIPERPLASIA
(BPH)
- DEFINISI
BPH adalah kondisi dimana
kelenjar prostat mengalami pembesaran , memanjang keatas kedalam kandung kemih
dan menyumbat aliran urine dengan menutupi orifisium uretra, yang sering
terjadi pada laki – laki berusia diatas 50 tahun .
(Bruner & suddarth ,vol 2, edisi 8,
2001)
BPH adalah Pembesaran kelenjar
prostate yang menyebabkan terganggunya aliran air seni dari kantung kemih yang
biasa terjadi pada laki – laki yang berusia lanjut.
(Anderson , 2001)
BPH adalah
Kondisi dimana kelenjar prostat mengalami pembesaran yang menekan kantung kemih
sehingga menimbulakn gangguan dalam berkemih, penyakit ini sering terjadi pada
laki – laki berumur 50 tahun keatas.
(Dr. James K. N. Tan, 2000)
Kesimpulan :
BPH adalah Pembesaran kelenjar
prostat dimana kelenjar ini menyumbat aliran urine dengan menutupi orifisium
uretra sehingga kondisi ini menyebabkan gangguan dalam berkemih .
- PATOFISIOLOGI
- Etiologi
Etiologi BPH adalah ketidak
seimbangan hormon menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen
glandular pada prostat.
(Brunner
& Suddarth ,vol 2 edisi 8.2001)
- MANISFESTASI
KLINIS
- Kompleks
gejala obstruksi dan iritatif (prostatisme)
1). Poliuri (Meningkatnya
frekwensi berkemih)
2). Nokturia (Kencing tengah
malam )
3). Abdomen tegang
4). Volume urine menurun &
harus mengejan saat berkemih
5). Retensi urine (Aliran
urine tidak lancar)
6). Dribling (urin terus
menetes setelah berkemih )
7). Rasa seperti kandung kemih
tidak kosong dengan baik
8). Nyeri saat berkemih
- Retensi
urine akut (bila setelah berkemih urine tetap ada ± 60 ml dalam kandung
kemih ) dan kekambuhan ISK (infeksi saluran kemih) yang menimbulkan :
1). Azotemia (akumulasi produk
sampah nitrogen )
2). Gagal dengan retensi urine
kronis & volume residu yang besar
- Gejala
generalissata juga tampak
1).keletihan
2). Anoreksia (Tidak ada nafsu
makan )
3). Mual & muntah
4). Rasa tidak nyaman pada
epigastrik
3. PERJALANAN PENYAKIT
Ketidak seimbangan Hormon Penyanga stromal
dan elemen
glandular pada Prostat
Lobus mengalami Hipertropi
BPH
|
Kompleks gejala obstruksi dan iritatif
Menyumbat kolum Vesikal uretra Prostatik
Pengosongan
urine inkomplit
Hidroureter Hidronefrosisisecara bertahap (ginjal)
Retnsi urine dan ISK
Gejala generalitas juga tampak
Gangguan rasa nyaman nyeri
Resti kekurangan volume cairan
Ansietas
KOMLPIKASI
Hemoragi
Obstruksi Kateter
Disfungsi seksual
Impotensi
- KOMPLIKASI
a. Hemoragi
b. Obstruksi Kateter
c. Disfungsi seksual
d. Impotensi
- PENATALAKSANAAN MEDIS
- Tes diagnostik
- USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan dengan menggunakan ultrasonik dengan getaran – getaran bunyi
dibatas pendengaran manusia. USG pada BPH dilakukan untuk mengetahui :
1). Transabdominal
·
Penonjolan
Prostat
·
Sisa
urine
2). Transrektal
·
Ukuran
prostat
·
Deteksi
kangker prostat
·
Biopsi
prostat
- DRE (Digital Rectal Exsamination )
Yaitu untuk menentukan tingkat pembesaran
prostat , adanya segala perubahan pada dinding kandung kemih dan efisiensi
fungsi ginjal, yang terdiri dari :
·
Urinalisis
Untuk mengkaji segala obstruksi dalam pola aliran urine .
·
Urodinamis
- Transsurethal Resetion of Prostate (TURP)
·
Jaringan abnormal diangkat
melalui rektoskop yang dimasukan melalui uretra
·
Tidak
dibutuhkan balutan setelah operasi
·
Dibutuhkan
kateter foley setelah operasi
- Pemeriksaan
darah lengkap
Dilakukan karena Hemoragi
merupakan komplikasi utama pasca operasi ,semua defek pembekuan harus dilatasi.
- TERAPI
- Watch –
ful waiting
Yaitu pengobatan yang sesuai
bagi banyak pasien karena kecendrungan progresi penyakit dan terjadinya
komplikasi tidak diketahui.
- Penyekat
Reseptor Alfa – 1 Adrenergik ( mis. Terazosin )
Yaitu untuk
mencemaskan otot halus kolum kandung kemih dan prostate .
c. Inhibitor 5 - Reduktase (mis. Finasteride )
Yaitu untuk
mencegah perubahan testosterone menjadi Hidrotestosteron.
(Bruneer
& Suddarth , Vol 2, edisi 8, 2001)
- PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan pada
pasien BPH yaitu :
- Sirkulasi
Tanda : peninggian TD (efek
pembesaran ginjal )
2.Eliminasi
Gejala :
a. Penurunan Kekuatan / dorongan aliran urine
: tetesan
b. Keragu- raguan pada berkemih awal
c. Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung
kemih dengan lengkap; dorongan dan frekwensi berkemih.
d. Nokturia , Disuria, Hematuria
e. Duduk untuk berkemih
f.
ISK berulang , riwayat batu
(stasis urinaria )
g. Konstipasi (prottrusi prostate kedalam
rectum)
Tanda :
a. Massa padat dibawah (Distensi kandung
kemih ), nyeri tekan kandung kemih
b. Hernia inguinalis ;hemoroid (mengakibatkan
peningkatan tekanan abdominal yang memerlukan pengosongan kandung kemih
mengatasi tekanan)
- Makanan
/ cairan
Gejala :
a. Anoreksia ; mual, muntah
b. Penurunan berat badan
- Nyeri / kenyamanan
Gejala :
a. Nyeri
suypra pubis , panggul atau punggung ; tajam , kuat (pada prostatitis akut)
b. Nyeri
punggung bawah
- Keamanan
Gejala :
Demam
- Seksualitas
Gejala :
a. Masalah
tentang efek kondisi / terapi pada kemampuan seksual
b. Takut
inkontinensia / menetes selama berhubungan intim
Tanda :
Pembesaran ,
nyeri tekan prostat
- Penyuluhan / bePembelajaran
Gejala :
a. Riwayat keluarga kanker, hipertensi ,
penyakit ginjal
b. Penggunaan anthihipertensi atau anti
depresan , antibiotik urinaria atau agen antibiotik , obat yang dijual bebas
untuk flu atau alergi, obat mengandung simpatomimetik.
(Marlyn E. Dongoes ,2000)
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Retensi
urin b/d obstruksi mekanik ;pembesaran Prostat / dekompensasi otot
destresor atau ketidak mampuan kandung kemih untuk berkontrasi dengan adekuat.
- Gangguan
Rasa nyaman Nyeri b/d Iritasi mukosa; distensi kandung kemih , kolik
ginjal ; infeksi urinaria ; terapi radiasi.
- Resiko
tinggi Kekuranganvolume cairan b/d pasca obstruksi diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi
yang terlalukronis.
- Ansietas/
Ketakutan b/d perubahan status kesehatan :kemungkinan prosedur bedah /
malignasi
- Kurang
pengetahuan klien tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
Tidak mengenal informasi .
F. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
DX 1 : Retensi
urin b/d obstruksi mekanik ;pembesaran Prostat / dekompensasi otot destresor
atau ketidak mampuan kandung kemih untuk
berkontrasi dengan adekuat.
Hasil yang diharapkan : Klien dapat berkemih
dengan jumlah normal tidak ada retensi.
Intervensi
:
Mandiri :
1.Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4
jamdan bila tiba-tiba dirasakan.
2.Tanyakan pasien tentang inkontensia stres
3.Observasi aliran urine ,perhatikan ukuran
dan kekakuan .
4.Awasi waktu, jumlah berkemihdanukuran
aliran setelah kateter dilepas.perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih
;ketidak mampuan berkemih (urgensi)
5.Kaji haluaran urine & sistem kateter /
drainase selama irigasi kandung kemih.
6.Bantu klien memilih posisi dalam berkemih
(duduk,jongkok,berdiri )setelah kateter dilepas.
7.Perkusi / palpasi area suprapubik
8.Dorong pemasukan cairan 3000 mlsesuai
toleransi .Batasi cairanpada malam setelah kateter dilepas.
9.Intruksikan pasien untuk latihan
perineal,cthmengencangkan bokong, menghentikan dan memulai aliran urine.
Kolaborasi :
1.
Pertahankan
isi kandung kemih kontinu bladder irrigation (CBI) sesuai indikasi pada periode
pasca operasi dini.
Rasional
:
Mandiri :
1. Meminimalkan retensi urine
distensi berlebihan pada kandung kemih
2. Tekanan urettral tinggi
menghambat pengosongan
kandung kemih tau dapat menghambat berkemih sampai tekanan abdominal menigkat
cukup untuk mengeluarkan urine secara tidak sadar.
3. Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan
pilihan intervensi.
4. Retensi urine meningkatkan tekanan dalam
saluran perkemihan atas ,yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal .Adanya defisit
aliran darah ke ginjal menggangu kemampuannya untuk memfilter dan
mengkonsentrasi substansi.
5. Retenssi dapat terjadi karena eema ara bedah
,bekuan darah ,dan spasme kandung kemih
Kolaborasi :
Untuk mencegah retensi urine dan hematuria serta
mengesampingkan stuktur uretral.
DX II : Gangguan
Rasa nyaman Nyeri b/d Iritasi mukosa; distensi kandung kemih , kolik ginjal ;
infeksi urinaria ; terapi radiasi .
Hasil
yang diharapkan : Klien
melaporakan rasan nyeri hilang /terkontrol, Klien tampak rileks, klien mampu
untuk beristirahat / tidur degan baik.
Intervensi :
Mandiri :
1.Kaji skala nyeri, perhatikan lokasi, intensitas
(skala 0- 10)lamanya.
2.Plester selang drainase pada paha dan kateter
pada abdomen ( bilatraksi tidak diperlukan ).
3.Berikan tindakan kenyamanan , contoh pijatan
punggung membantu pasien melakukan posisi yang nyaman ; mendorong penggunaan
relaksasi /latihan nafas dalam ; aktifitas terapeutik .
4. Dorong menggunakan rendam duduk,sabun
hangatuntuk perineum.
Kolabirasi :
1.Masukan kateter dan dekatkan untuk kelancaran
drainase.
2. Lakukan masase prostat.
3. Berikan obat suai indikasi cth:eperidin
Rasional :
Mandiri:
1. Memberikan informasi untuk membantu dalam
menentukan pilihan /keefektifan intervensi.
2. Mencegah penarikankandung kemih dan erosi
pertemuanpenis – skrotal.
3. Tirah baring mungkin diperlukan pada awal
selama fase retensi akut.Namun ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih
normal dan menghilangkan nyeri kolik.
4. Meningkatkan relaksasi , memfokuskan
kembali perhatian , dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
5. Menigkatkan relaksasi otot.
Kolaborasi:
1. Pengaliran ikandung kemih menurunkan
tegangan dan kepekaan kelenjar.
2. Membantu dalamevakuasi duktus kelenjar
untuk menghilangkan kongesti / inflamasi . Kontraindikasi bila infeksi terjadi
.
3. Diberiakan untuk menghilangkan nyeri hebat
, memberikan relaksasi mental dan fisik.
DX III : Resiko
tinggi Kekuranganvolume cairan b/d pasca obstruksi diuresis dari drainase cepat
kandung kemih yang terlalu distensi yang terlalukronis.
Hasil yang
diharapkan : klien mampu
mempertahankan hidrasi adekuatdibuktikan oleh TTV stabil, nadi ferifer terba,
pengisian kapiler baik, dan membran mukosa lembab.
Intervensi
:
Mandiri :
1.Awasi keluaran dengan hati- hati , tiap
jambila diindikasikan . perhatikan keluaran 100-200 ml/jam
2.Dorong peningkatatan pemasukan oral
berdasarkan kebutuhan individu.
3.Awasi TTV dengan sering ,evalausi
pengisian kapiler dan embran mukosa.
4.Tingkatkan tirah baring dengan kepala
tinggi.
Kolaborasi :
1.
Awasi
elektrolit , khusunya natrium.
2.
Berikan
cairan IV sesuai kebutuhan
Rasional :
Mandiri :
1. Diuresis cept dapat menyebabkan kekurangan
volume total cairan karena ketidak
cukupan juklah natrium diabsorbsidalam tubulus ginjal.
2.Pasien dibatasi pemasukan oral dalam upaya
mengontrol gejala urinaria ,homeostastik penguranggan cadangan dan peningkatan
resiko dehidrasi / hipovolemia
3.Memampukan deteksi dini / intervensi
hipovolemik sistemik
4.Menurunkan kerja jantung , memudahkan
hemeostasis sirkulasi
Kolaborasi :
1.Bila pengumpulan cairan terkumpul dari
area eksraselular, natrium dapat mengikuti perpindahan , menyebabkan
hiponateremia.
2.Mengantikan kehilangan cairan dan natrium
untuk mencegah / memperbaikai hipovolemia.
DX IV :
Ansietas/ Ketakutan b/d perubahan status kesehatan :kemungkinan prosedur bedah
/ malignasi
Hasil
yang diharapkan : Klien
tampak rileks dan klien mampu menyatakan pengetahuanyang akurat tentang
situasi, Menunjukan rentang respon yang tepat tentang perasaan dan penurunan
rasa takut, Klien dapat melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat
ditangani .
Intervensi
:
Mandiri :
1.Selalu ada untuk pasien .Bina hbungan
saling percaya dengan pasien / orang terdekat.
2.Berikan informasi tentang prosedur dan tes
khusus dan apa yang akan terjadi , cth kateter, urine berdarah, iritasikandung
kemih.Ketahuai seberapa banyak informasi yang diinginkan pasien.
3.Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan
prosedur/ menerimaklien . Lindungi privasi klien.
4.Dorong klien / orang terdekat untuk
menyatakan masalah / perasaan .
5.Beripenguatan informasi pasien yang telah
diberikan sebelumnya.
Rasional
Mandiri :
1.Menunjukan perhatian dan keinggianan ntuk
membantu .Membantu dalam berdiskusi tentang subyektif sensitif.
2.Membantu klenmemahami tujuan dari apa yang
dilakukan ,dan mengurangi masalah karena ketidaktahuan , termasuk ketakutan
akan kanker. Namun kelebihan informasi tidak membantu dan dapat meningkatkan
ansietas.
3.Menyatakan penerimaan dan memberikan
kesempatan untuk menjawabpertanyaan , memperjelas kesalahan konsep, dan solusi
pemecahan masalah.
4.memungkinkan pasien untuk menerima
kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada pemberi perawatan dan pemberiaan
informasi.
DX V : Kurang pengetahuan klien tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d Tidak mengenal informasi
Hasil yang diharapkan : Klien
menyatakan pemahaman tentang prosespenyakit/ prognosisi, Mengidentifikasi
hubungan tanda/gejalaproses penyakit, Melakukan perubahanpola hidup/
perilakuyang perlu.Berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi
Mandiri :
1.Kaji ulang proses penyakit ,pengalaman
pasien
2.Dorong menyatakan rasa takut / perasaan
danperhatian
3.Berikan menghindaari makanan berbumbu
,kopi ,alkohol, mengemudikan mobil lama, pemasukancairan cepat(terutama
alkohol)
4.Bicarakan masalah seksual , cth: bahwa
selamaepisodeakut prostatitis ,koitus dihindari tetapimungkin membantu dalam
pengobatan kondisi kronis.
5.Berikan informasi tentang anatomi dasar
seksual .Dorong pertanyaan dan tingkatan dialog tentang masalah .
6.Kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan
evaluasi medik ,cth urine keruh , berbau ,:penurunan haluaran urine, ketidak
mampuan untukberkemih :adanya demam/ menggigil.
7.Diskusikan perlunya pemberitahuan pada
perawat kesehatan lain tentang diagnosa.
Beri penguatan pentingnya evaluasi medik
untuk sedikitnya 6 bulan – 1 tahun .Termasuk pemeriksaan rektal, urinalisis.
Rasional
Mandiri :
mandiri :
1. Memberikan dasar pengetahuan dimanan psien
dapat membuat pilihaninformasi terapi.
2. Membantu pasien mengalami perasaan dapat
merupakan ketakutan yang dibicarakan.
3. Dapat menyebabkan iritasi prostat dengan
maslah kongesti .Penigkatan tiba-tiba aliran urine dapat menyebabkan tiba-tiba
pada aliran urine dapat menyebabkan distensi kandung kemih , mengakibatkan
episode retensi urinaria akut.
4. Memilikiinformasi tentang anatomi membantu
pasien memahami imlikasi tindakan lanjut, sesuai dengan afek penampilan
seksual.
5. Inetrvensi cepat dapat mencegah komlikasi
lebih serius.
6. Menurunkan resiko terapi tak tepat ,
cth:penggunaan dengosgestan ,antikoligernik dan antidepresan meningkatkan
retensi urine dan dapat mencetuskan episode akut.
Hipertropi berulang dan atau infeksi tidak umum
dan akan memerlukan perubahan terapi untuk mencegah komplikasi serius.
Mendorong pasase urine dan
meningkatkan rasa normalitas.
7. Distensi kandung kemih dapat dirasakan diarea
suprapubik.
8. Penigkatan aliran cairan mempertahankan
perfusi ginjal danmembersihkan ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan
bakteri.
9.Menigkatkan relaksasi otot, penurunan edema,dan
dapat menigkatkan upaya berkemih.
Kolaborasi :
Mempengaruhi patensi /aliran urine
(Marlyn
E. Dongoes ,2000)
G.
Implementasi
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan,
kolaborasi dan membantu dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dan
mempasilitas koping, tahapan tindakan keperawatan ada 3 antara lain :
1.
Persiapan : Perawat menyiapkan segala
sesuatu yang perlu dalam tindakan
keperawatan, yaitu mengulang tindakan
keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap intervensi,menganalisa
pengetahuan dan ketermpilan yang diperlukan dalam mengetahui komplikasi dari
tindakan yang mungkin muncul, menentukan kelengkapan dan menentukan lingkungan
yang kondusif. Mengidentifikasi aspek hukum dan kode etik terhadap resiko dari
kesalahan tindakan.
2.
Intervensi : Pelaksanaan tindakan keperawatan
yang bertjuan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional, adapun
sifat tindakan keperawatan yaitu
independen, interindependen,dan dependen.
3.
Dokumentasi: Mendokumentasikan suatu proses keperawatan secara lengkap
dan akurat.
H. Evaluasi
Evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan melihat sejauh
mana diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan mengevaluasi kesalahan
yang terjadi selama pengkajian, analisa, intervensi, mengimplementasi
keperawatan.
a.
Formatif
Evaluasi
setelah rencana keperawata dilakukan untuk membantu keefektifan tindakan yang
dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai.
b.Sumatif
Evaluasi yang diperlukan pada akhir tindakan keperawatan secara
obyektif,
fleksibel
dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson .
2001. PETUNJUK MODEREN PADA KESEHATAN . Jakarta ; Indonesia Publising House .
Dongoes,
E.Marlyn ,dkk.1999.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN,PEDOMANUTUK PERAWATAN DAN PENDOKUMENTASIAN
PERAWATAN PASIEN.Jakarta :EGC
Suddarth
and Brunner.2001.KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Edisi 8.Jakarta ; EGC
Price A,
Slivia ,dkk .2006.PATOFISIOLOGI .Edisi 6.Jakatra ; EGC
PR dari Laporan pendahuluan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
1.
Hidroureter
adalah :Penimbunan cairan dalam ureter bukan dalam keadaan normal (karena
adanya sumbatan atau tahanan pada saluran keluarnya)
2.
Terapi
pada klien dengan BPH :
·
Watch
– ful waiting
Yaitu
pengobatan yang sesuai bagi banyak pasien karena kecendrungan progresi penyakit
dan terjadinya komplikasi tidak diketahui.
·
Penyekat
Reseptor Alfa – 1 Adrenergik ( mis. Terazosin )
Yaitu
untuk mencemaskan otot halus kolum kandung kemih dan prostate .
·
Inhibitor
5 - Reduktase (mis. Finasteride )
Yaitu
untuk mencegah perubahan testosterone menjadi Hidrotestosteron.
(Bruneer
& Suddarth , Vol 2, edisi 8, 2001)
3.
Diagnosa
pada klien degan BPH :
·
Retensi
urin b/d obstruksi mekanik ;pembesaran Prostat / dekompensasi otot destresor
atau ketidak mampuan kandung kemih untuk
berkontrasi dengan adekuat.
·
Gangguan
Rasa nyaman Nyeri b/d Iritasi mukosa; distensi kandung kemih , kolik ginjal ;
infeksi urinaria ; terapi radiasi.
·
Resiko
tinggi Kekuranganvolume cairan b/d pasca obstruksi diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi yang
terlalukronis.
·
Ansietas/
Ketakutan b/d perubahan status kesehatan :kemungkinan prosedur bedah /
malignasi
·
Kurang
pengetahuan klien tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d Tidak
mengenal informasi .
Koreksi Tanggal 07 Maret 2008
Good Enough !
Tingkatkan.
terimakasih informasinya, lengkap dan membantu sekali
BalasHapushttp://acemaxsshop.com/obat-tradisional-kanker-prostat/