Selasa, 02 September 2014

askep BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)


LAPORAN PENDAHULUAN
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
(BPH)

  1. DEFINISI
BPH adalah kondisi dimana kelenjar prostat mengalami pembesaran , memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutupi orifisium uretra, yang sering terjadi pada laki – laki berusia diatas 50 tahun .
                                                                        (Bruner & suddarth ,vol 2, edisi 8, 2001)
BPH adalah Pembesaran kelenjar prostate yang menyebabkan terganggunya aliran air seni dari kantung kemih yang biasa terjadi pada laki – laki yang berusia lanjut.
(Anderson , 2001)

BPH adalah Kondisi dimana kelenjar prostat mengalami pembesaran yang menekan kantung kemih sehingga menimbulakn gangguan dalam berkemih, penyakit ini sering terjadi pada laki – laki berumur 50 tahun keatas.
(Dr. James K. N. Tan, 2000)

Kesimpulan :
BPH adalah Pembesaran kelenjar prostat dimana kelenjar ini menyumbat aliran urine dengan menutupi orifisium uretra sehingga kondisi ini menyebabkan gangguan dalam berkemih .




  1. PATOFISIOLOGI
  1. Etiologi
Etiologi BPH adalah ketidak seimbangan hormon menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen glandular pada prostat.
                                                                  (Brunner & Suddarth ,vol 2 edisi 8.2001)




  1. MANISFESTASI KLINIS

  1. Kompleks gejala obstruksi dan iritatif (prostatisme)
1). Poliuri (Meningkatnya frekwensi berkemih)
2). Nokturia (Kencing tengah malam )
3). Abdomen tegang
4). Volume urine menurun & harus mengejan saat berkemih
5). Retensi urine (Aliran urine tidak lancar)
6). Dribling (urin terus menetes setelah berkemih )
7). Rasa seperti kandung kemih tidak kosong dengan baik
8). Nyeri saat berkemih

  1. Retensi urine akut (bila setelah berkemih urine tetap ada ± 60 ml dalam kandung kemih ) dan kekambuhan ISK (infeksi saluran kemih) yang menimbulkan  :
1). Azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen )
2). Gagal dengan retensi urine kronis & volume residu yang besar

  1. Gejala generalissata juga tampak
1).keletihan                                              
2). Anoreksia (Tidak ada nafsu makan )
3). Mual & muntah
4). Rasa tidak nyaman pada epigastrik








3. PERJALANAN PENYAKIT

Ketidak seimbangan Hormon Penyanga stromal
dan elemen glandular pada Prostat
                                                                                     

Lobus mengalami Hipertropi
BPH
                                                                       
                                                                       

Kompleks gejala obstruksi dan iritatif
 



Menyumbat kolum Vesikal uretra Prostatik
 



                                                 Pengosongan urine inkomplit
 



Hidroureter                        Hidronefrosisisecara bertahap (ginjal)

 


                                           Retnsi urine dan ISK           Gejala generalitas juga tampak
Gangguan rasa nyaman nyeri
Resti kekurangan volume cairan
Ansietas

KOMLPIKASI
Hemoragi
Obstruksi Kateter
Disfungsi seksual
Impotensi
    1. KOMPLIKASI
a.       Hemoragi
b.      Obstruksi Kateter
c.       Disfungsi seksual
d.      Impotensi
  1. PENATALAKSANAAN MEDIS

  1. Tes diagnostik
  1. USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan dengan menggunakan ultrasonik dengan getaran – getaran bunyi dibatas pendengaran manusia. USG pada BPH dilakukan untuk mengetahui :
1). Transabdominal
·         Penonjolan Prostat
·         Sisa urine  
2). Transrektal
·         Ukuran prostat
·         Deteksi kangker prostat
·         Biopsi prostat



  1. DRE (Digital Rectal Exsamination )
Yaitu untuk menentukan tingkat pembesaran prostat , adanya segala perubahan pada dinding kandung kemih dan efisiensi fungsi ginjal, yang terdiri dari :
·         Urinalisis
Untuk mengkaji segala obstruksi dalam pola aliran urine .
·         Urodinamis


  1. Transsurethal Resetion of  Prostate (TURP)
·         Jaringan abnormal diangkat melalui rektoskop yang dimasukan melalui uretra
·         Tidak dibutuhkan balutan setelah operasi
·         Dibutuhkan kateter foley setelah operasi
  1. Pemeriksaan darah lengkap
Dilakukan karena Hemoragi merupakan komplikasi utama pasca operasi ,semua defek pembekuan harus dilatasi.

  1. TERAPI
  1. Watch – ful waiting
Yaitu pengobatan yang sesuai bagi banyak pasien karena kecendrungan progresi penyakit dan terjadinya komplikasi tidak diketahui.
  1. Penyekat Reseptor Alfa – 1 Adrenergik ( mis. Terazosin )
Yaitu untuk mencemaskan otot halus kolum kandung kemih dan prostate .
c. Inhibitor 5   - Reduktase (mis. Finasteride )
Yaitu untuk mencegah perubahan testosterone menjadi Hidrotestosteron.
                                                            (Bruneer & Suddarth , Vol 2, edisi 8, 2001)
  1. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan pada pasien BPH yaitu :
  1. Sirkulasi
Tanda : peninggian TD (efek pembesaran ginjal )

2.Eliminasi
Gejala :
a.       Penurunan Kekuatan / dorongan aliran urine : tetesan
b.      Keragu- raguan pada berkemih awal
c.       Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap; dorongan dan frekwensi berkemih.
d.      Nokturia , Disuria, Hematuria
e.       Duduk untuk berkemih
f.       ISK berulang , riwayat batu (stasis urinaria )
g.      Konstipasi (prottrusi prostate kedalam rectum)
Tanda : 
a.       Massa padat dibawah (Distensi kandung kemih ), nyeri tekan kandung kemih
b.      Hernia inguinalis ;hemoroid (mengakibatkan peningkatan tekanan abdominal yang memerlukan pengosongan kandung kemih mengatasi tekanan)

  1. Makanan / cairan
Gejala  :
a.       Anoreksia ; mual, muntah
b.      Penurunan berat badan

  1. Nyeri / kenyamanan
Gejala :
a. Nyeri suypra pubis , panggul atau punggung ; tajam , kuat (pada prostatitis akut)
b. Nyeri punggung bawah

  1. Keamanan
Gejala :
Demam

  1. Seksualitas
Gejala :
a. Masalah tentang efek kondisi / terapi pada kemampuan seksual
b. Takut inkontinensia / menetes selama berhubungan intim

Tanda :
Pembesaran , nyeri tekan prostat

  1. Penyuluhan / bePembelajaran
Gejala :
a.       Riwayat keluarga kanker, hipertensi , penyakit ginjal
b.      Penggunaan anthihipertensi atau anti depresan , antibiotik urinaria atau agen antibiotik , obat yang dijual bebas untuk flu atau alergi, obat mengandung simpatomimetik.

                                                                                                (Marlyn E. Dongoes ,2000)
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Retensi urin b/d obstruksi mekanik ;pembesaran Prostat / dekompensasi otot destresor atau ketidak mampuan kandung kemih  untuk berkontrasi dengan adekuat.
  2. Gangguan Rasa nyaman Nyeri b/d Iritasi mukosa; distensi kandung kemih , kolik ginjal ; infeksi urinaria ; terapi radiasi.
  3. Resiko tinggi Kekuranganvolume cairan b/d pasca obstruksi diuresis dari drainase  cepat kandung kemih yang terlalu distensi yang terlalukronis.
  4. Ansietas/ Ketakutan b/d perubahan status kesehatan :kemungkinan prosedur bedah / malignasi
  5. Kurang pengetahuan klien tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d Tidak mengenal informasi .

F. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

DX 1 : Retensi urin b/d obstruksi mekanik ;pembesaran Prostat / dekompensasi otot destresor atau ketidak mampuan kandung kemih  untuk berkontrasi dengan adekuat.
Hasil yang diharapkan : Klien dapat berkemih dengan jumlah normal tidak ada retensi.

Intervensi :
Mandiri   :
1.Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jamdan bila tiba-tiba dirasakan.
2.Tanyakan pasien tentang inkontensia stres
3.Observasi aliran urine ,perhatikan ukuran dan kekakuan .
4.Awasi waktu, jumlah berkemihdanukuran aliran setelah kateter dilepas.perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih ;ketidak mampuan berkemih (urgensi)
5.Kaji haluaran urine & sistem kateter / drainase selama irigasi kandung kemih.
6.Bantu klien memilih posisi dalam berkemih (duduk,jongkok,berdiri )setelah kateter dilepas.
7.Perkusi / palpasi area suprapubik
8.Dorong pemasukan cairan 3000 mlsesuai toleransi .Batasi cairanpada malam setelah kateter dilepas.
9.Intruksikan pasien untuk latihan perineal,cthmengencangkan bokong, menghentikan dan memulai aliran urine.

Kolaborasi :
1.                  Pertahankan isi kandung kemih kontinu bladder irrigation (CBI) sesuai indikasi pada periode pasca operasi dini.
Rasional :
Mandiri :
1. Meminimalkan retensi urine distensi berlebihan pada kandung kemih
2. Tekanan urettral tinggi menghambat pengosongan kandung kemih tau dapat menghambat berkemih sampai tekanan abdominal menigkat cukup untuk mengeluarkan urine secara tidak sadar.
3. Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi.
4. Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas ,yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal .Adanya defisit aliran darah ke ginjal menggangu kemampuannya untuk memfilter dan mengkonsentrasi substansi.
5. Retenssi dapat terjadi karena eema ara bedah ,bekuan darah ,dan spasme kandung kemih

Kolaborasi :
Untuk mencegah retensi urine dan hematuria serta mengesampingkan stuktur uretral.
DX II : Gangguan Rasa nyaman Nyeri b/d Iritasi mukosa; distensi kandung kemih , kolik ginjal ; infeksi urinaria ; terapi radiasi .

Hasil yang diharapkan : Klien melaporakan rasan nyeri hilang /terkontrol, Klien tampak rileks, klien mampu untuk beristirahat / tidur degan baik.

Intervensi :
Mandiri :
1.Kaji skala nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0- 10)lamanya.
2.Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen ( bilatraksi tidak diperlukan ).
3.Berikan tindakan kenyamanan , contoh pijatan punggung membantu pasien melakukan posisi yang nyaman ; mendorong penggunaan relaksasi /latihan nafas dalam ; aktifitas terapeutik .
4. Dorong menggunakan rendam duduk,sabun hangatuntuk perineum.

Kolabirasi :
1.Masukan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase.
2. Lakukan masase prostat.
3. Berikan obat suai indikasi cth:eperidin

Rasional :
Mandiri:
1.    Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan /keefektifan intervensi.
2.    Mencegah penarikankandung kemih dan erosi pertemuanpenis – skrotal.
3.    Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama fase retensi akut.Namun ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan menghilangkan nyeri kolik.
4.    Meningkatkan relaksasi , memfokuskan kembali perhatian , dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
5.    Menigkatkan relaksasi otot.

Kolaborasi:
1.    Pengaliran ikandung kemih menurunkan tegangan dan kepekaan kelenjar.
2.    Membantu dalamevakuasi duktus kelenjar untuk menghilangkan kongesti / inflamasi . Kontraindikasi bila infeksi terjadi .
3.    Diberiakan untuk menghilangkan nyeri hebat , memberikan relaksasi mental dan fisik.



DX III : Resiko tinggi Kekuranganvolume cairan b/d pasca obstruksi diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi yang terlalukronis.

Hasil yang diharapkan : klien mampu mempertahankan hidrasi adekuatdibuktikan oleh TTV stabil, nadi ferifer terba, pengisian kapiler baik, dan membran mukosa lembab.
Intervensi :
Mandiri :
1.Awasi keluaran dengan hati- hati , tiap jambila diindikasikan . perhatikan keluaran 100-200 ml/jam
2.Dorong peningkatatan pemasukan oral berdasarkan kebutuhan individu.
3.Awasi TTV dengan sering ,evalausi pengisian kapiler dan embran mukosa.
4.Tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi.

Kolaborasi :
1.           Awasi elektrolit , khusunya natrium.
2.           Berikan cairan IV sesuai kebutuhan



Rasional  :
Mandiri :
1.    Diuresis cept dapat menyebabkan kekurangan volume total cairan  karena ketidak cukupan juklah natrium diabsorbsidalam tubulus ginjal.
2.Pasien dibatasi pemasukan oral dalam upaya mengontrol gejala urinaria ,homeostastik penguranggan cadangan dan peningkatan resiko dehidrasi / hipovolemia
3.Memampukan deteksi dini / intervensi hipovolemik sistemik
4.Menurunkan kerja jantung , memudahkan hemeostasis sirkulasi

Kolaborasi :
1.Bila pengumpulan cairan terkumpul dari area eksraselular, natrium dapat mengikuti perpindahan , menyebabkan hiponateremia.
2.Mengantikan kehilangan cairan dan natrium untuk mencegah / memperbaikai hipovolemia.


DX IV : Ansietas/ Ketakutan b/d perubahan status kesehatan :kemungkinan prosedur bedah / malignasi

Hasil yang diharapkan : Klien tampak rileks dan klien mampu menyatakan pengetahuanyang akurat tentang situasi, Menunjukan rentang respon yang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takut, Klien dapat melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani .

Intervensi :
Mandiri :
1.Selalu ada untuk pasien .Bina hbungan saling percaya dengan pasien / orang terdekat.
2.Berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan terjadi , cth kateter, urine berdarah, iritasikandung kemih.Ketahuai seberapa banyak informasi yang diinginkan pasien.
3.Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur/ menerimaklien . Lindungi privasi klien.
4.Dorong klien / orang terdekat untuk menyatakan masalah / perasaan .
5.Beripenguatan informasi pasien yang telah diberikan sebelumnya.

Rasional 
Mandiri :
1.Menunjukan perhatian dan keinggianan ntuk membantu .Membantu dalam berdiskusi tentang subyektif sensitif.
2.Membantu klenmemahami tujuan dari apa yang dilakukan ,dan mengurangi masalah karena ketidaktahuan , termasuk ketakutan akan kanker. Namun kelebihan informasi tidak membantu dan dapat meningkatkan ansietas.
3.Menyatakan penerimaan dan memberikan kesempatan untuk menjawabpertanyaan , memperjelas kesalahan konsep, dan solusi pemecahan masalah.
4.memungkinkan pasien untuk menerima kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada pemberi perawatan dan pemberiaan informasi.


DX V : Kurang pengetahuan klien tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d Tidak mengenal informasi

Hasil yang diharapkan : Klien menyatakan pemahaman tentang prosespenyakit/ prognosisi, Mengidentifikasi hubungan tanda/gejalaproses penyakit, Melakukan perubahanpola hidup/ perilakuyang perlu.Berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi
Mandiri :
1.Kaji ulang proses penyakit ,pengalaman pasien
2.Dorong menyatakan rasa takut / perasaan danperhatian
3.Berikan menghindaari makanan berbumbu ,kopi ,alkohol, mengemudikan mobil lama, pemasukancairan cepat(terutama alkohol)
4.Bicarakan masalah seksual , cth: bahwa selamaepisodeakut prostatitis ,koitus dihindari tetapimungkin membantu dalam pengobatan kondisi kronis.
5.Berikan informasi tentang anatomi dasar seksual .Dorong pertanyaan dan tingkatan dialog tentang masalah .
6.Kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik ,cth urine keruh , berbau ,:penurunan haluaran urine, ketidak mampuan untukberkemih :adanya demam/ menggigil.
7.Diskusikan perlunya pemberitahuan pada perawat kesehatan lain tentang diagnosa.
Beri penguatan pentingnya evaluasi medik untuk sedikitnya 6 bulan – 1 tahun .Termasuk pemeriksaan rektal, urinalisis.


Rasional
Mandiri :
mandiri :
1. Memberikan dasar pengetahuan dimanan psien dapat membuat pilihaninformasi terapi.
2. Membantu pasien mengalami perasaan dapat merupakan ketakutan yang dibicarakan.
3. Dapat menyebabkan iritasi prostat dengan maslah kongesti .Penigkatan tiba-tiba aliran urine dapat menyebabkan tiba-tiba pada aliran urine dapat menyebabkan distensi kandung kemih , mengakibatkan episode retensi urinaria akut.
4. Memilikiinformasi tentang anatomi membantu pasien memahami imlikasi tindakan lanjut, sesuai dengan afek penampilan seksual.
5. Inetrvensi cepat dapat mencegah komlikasi lebih serius.
6. Menurunkan resiko terapi tak tepat , cth:penggunaan dengosgestan ,antikoligernik dan antidepresan meningkatkan retensi urine dan dapat mencetuskan episode akut.
Hipertropi berulang dan atau infeksi tidak umum dan akan memerlukan perubahan terapi untuk mencegah komplikasi serius.
Mendorong pasase urine dan meningkatkan rasa normalitas.
7. Distensi kandung kemih dapat dirasakan diarea suprapubik.
8.  Penigkatan aliran cairan mempertahankan perfusi ginjal danmembersihkan ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan bakteri.
9.Menigkatkan relaksasi otot, penurunan edema,dan dapat menigkatkan upaya berkemih.

Kolaborasi :
Mempengaruhi patensi /aliran urine
                                                                                                (Marlyn E. Dongoes ,2000)


G. Implementasi
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan, kolaborasi dan membantu dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dan mempasilitas koping, tahapan tindakan keperawatan ada 3 antara lain :


1. Persiapan     : Perawat menyiapkan segala sesuatu yang perlu dalam tindakan
  keperawatan, yaitu mengulang tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap intervensi,menganalisa pengetahuan dan ketermpilan yang diperlukan dalam mengetahui komplikasi dari tindakan yang mungkin muncul, menentukan kelengkapan dan menentukan lingkungan yang kondusif. Mengidentifikasi aspek hukum dan kode etik terhadap resiko dari kesalahan tindakan.
2. Intervensi    : Pelaksanaan tindakan keperawatan yang bertjuan untuk
 memenuhi kebutuhan fisik dan emosional, adapun sifat tindakan   keperawatan yaitu independen, interindependen,dan dependen.
3. Dokumentasi: Mendokumentasikan suatu proses keperawatan secara lengkap
  dan akurat.

H. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan melihat sejauh mana diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan mengevaluasi kesalahan yang terjadi selama pengkajian, analisa, intervensi, mengimplementasi keperawatan.
a. Formatif
Evaluasi setelah rencana keperawata dilakukan untuk membantu keefektifan tindakan yang dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai.
b.Sumatif
Evaluasi yang diperlukan pada akhir tindakan keperawatan secara obyektif,
fleksibel dan efisien.













DAFTAR PUSTAKA


Anderson . 2001. PETUNJUK MODEREN PADA KESEHATAN . Jakarta ; Indonesia Publising House .

Dongoes, E.Marlyn ,dkk.1999.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN,PEDOMANUTUK PERAWATAN DAN PENDOKUMENTASIAN PERAWATAN PASIEN.Jakarta :EGC

Suddarth and Brunner.2001.KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Edisi 8.Jakarta ; EGC

Price A, Slivia ,dkk .2006.PATOFISIOLOGI .Edisi 6.Jakatra ; EGC























PR dari Laporan pendahuluan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

1.      Hidroureter adalah :Penimbunan cairan dalam ureter bukan dalam keadaan normal (karena adanya sumbatan atau tahanan pada saluran keluarnya)


2.      Terapi pada klien dengan BPH :
·         Watch – ful waiting
Yaitu pengobatan yang sesuai bagi banyak pasien karena kecendrungan progresi penyakit dan terjadinya komplikasi tidak diketahui.
·         Penyekat Reseptor Alfa – 1 Adrenergik ( mis. Terazosin )
Yaitu untuk mencemaskan otot halus kolum kandung kemih dan prostate .
·         Inhibitor 5   - Reduktase (mis. Finasteride )
Yaitu untuk mencegah perubahan testosterone menjadi Hidrotestosteron.
                                                (Bruneer & Suddarth , Vol 2, edisi 8, 2001)


3.      Diagnosa pada klien degan BPH :
·         Retensi urin b/d obstruksi mekanik ;pembesaran Prostat / dekompensasi otot destresor atau ketidak mampuan kandung kemih  untuk berkontrasi dengan adekuat.
·         Gangguan Rasa nyaman Nyeri b/d Iritasi mukosa; distensi kandung kemih , kolik ginjal ; infeksi urinaria ; terapi radiasi.
·         Resiko tinggi Kekuranganvolume cairan b/d pasca obstruksi diuresis dari drainase  cepat kandung kemih yang terlalu distensi yang terlalukronis.
·         Ansietas/ Ketakutan b/d perubahan status kesehatan :kemungkinan prosedur bedah / malignasi
·         Kurang pengetahuan klien tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d Tidak mengenal informasi .


Koreksi Tanggal 07 Maret 2008
Good Enough !

Tingkatkan.

1 komentar:

  1. terimakasih informasinya, lengkap dan membantu sekali

    http://acemaxsshop.com/obat-tradisional-kanker-prostat/

    BalasHapus