Selasa, 02 September 2014

asuhan keperawatan pada klien Thypoid


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengertian
Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna
dan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (suriadi,2001).
Thypoid adalah penyakit sistemik akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu gangguan pada pencernaan gangguan kesadaran (Ngastiah, 2005).
Thypoid adalah penyakit sistemik akut akibat salmonella thypi, dimana penyakit ini menyerang manusia yang ditandai dengan malaise, demam dan rasa tidak nyaman pada perut (Brunner and Suddart, 2002).

Dari ketiga definisi diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa penyakit Thypoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang manusia khususnya pada saluran pencernaan yaitu pada usus halus yang disebabkan oleh infeksi kuman salmonella thypi dan ditandai dengan gejala demam lebih dari satu minggu, rasa tidak nyaman diperut dan diperburuk dengan keadaan gangguan penurunan kesadaran.


B.     Etiologi
Penyebab demam thypoid adalah salmonella thypi basil gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya antigen O (soomatik terdiri dari zat komplek lipoposakarida, antigen H (flangella) dan antigen Vi dalam serum penderita terdapat zat anti (agglutinin) (Ngastiah, 2005).

C.    Patofisiologi
1.   Proses perjalanan penyakit
Bakteri masuk melalui saluran cerna dibutuhkan jumlah bakteri 100.000-1.000.000 untuk dapat menimbulkan infeksi. Penyakit thypoid adalah penyakit menular yang sumber infeksinya berasal dari oral dan fekal, sedangkan lalat sebagai pembawa, penyebar atau perantara dari kuman salmonella thypi, dimulai dari saluran pencernaan melalui mulut oleh makanan yang kita makan yang sudah tercemar kuman salmonella thypi, kuman masuk beserta makanan lalu masuk ke lambung.

Dalam lambung salmonella thypi dimusnahkan dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mengikuti aliran darah sistemik sehingga mencapai jaringan limpoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perforasi usus, pendarahan. Kuman salmonella thypi mencapai hati melalui sirkulasi dari usus halus sehingga dapat mengakibatkan hepatomegali, dan pada limfe dapat mengakibatkan splenomegali sehingga dapat timbul nyeri pada perabaan daerah abdomen.
Endotoksin salmonella thypi berperan pada patogenesis demam thypoid karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella thypi berkembang biak. Demam pada thypoid disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

2.   Manifestasi klinis
Masa tunas demam thypoid berlangsung 10 sampai 14 hari, gejala-gejala yang timbul amat bervariasi, tidak saja antara berbagai Negara dunia tetapi juga didaerah yang sama dari waktu ke waktu, selain itu gambaran penyakit ringan yang tidak terdiagnosis sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian. Hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat berpengalaman pun dapat mengalami kesulitan untuk membuat diagnosis klinis demam thypoid. Dalam minggu-minggu pertama penyakit , keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi pada umumnya yaitu :
Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 hari, minggu pertama peningkatan suhu berfluktuasi, biasanya suhu tubuh terus meningkat saat sore menjelang malam dan turun pada pagi hari.

Pada minggu kedua suhu tubuh terus berangsur-angsur menurun dan kembali normal. Pada minggu ketiga nyeri kepala, lemah, lesu, nyeri otot, gangguan pada saluran cerna halitosis, bibir kering dan pecah-pecah, anoreksia, mual, muntah, perasaan tidak enak diperut, lidah ditutupi selaput putih kotor (kotor ditengah, tepi ujung berwarna merah dan tremor), disertai nyeri tekan pada perabaan abdomen biasanya juga didapatkan keluhan konstipasi, akan tetapi mungkin normal bahkan dapat terjadi diare, hepatomegali dan splenomegali.
Gangguan kesadaran atau mental berupa somnolen, sopor, koma delirium, atau psikosis. Bintik-bintik kemerahan pada kulit (reseolae) akibat hasil dalam kapiler kulit namun jarang ditemukan pada orang dewasa. Batuk dan epitaksis.

3.   Komplikasi
Komplikasi demam thypoid dapat dibagi dalam :
a.       Komplikasi Intestinal
Yaitu perforasi, perdarahan usus dan ileus paralitik dapat terjadi.
b.      Komplikasi Ekstra Intestinal
1)      Komplikasi kardiovaskuler, kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis dan tromboplebitis.
2)      Komplikasi darah, anemia hemolitik trombositopenia, dan sindrom hemolitik
3)      Komplikasi paru, pneumonia, empiema, pleuritis
4)      Komplikasi hepar dan kandung kemih, hepatitis dan kolestitis
5)      Komplikasi tualng, osteomilitis, periostisis dan arthritis





D.    Penatalaksanaan Medis
1.   Therapi
Pengobatan demam thypoid yaitu :
a.    Perawatan
Pengobatan demam thypoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolute sampai minimal tujuh hari demam atau kurang lebih 14 hari guna mencegah perforasi usus. Klien dengan kesadaran menurun, posisi tubuh harus diubah untuk mencegah komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus, perlu diperhatikan juga kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih.
b.   Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, makanan lunak seperti bubur, bahkan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, serta merangsang dan yang dapat menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari, hal ini disesuaikan dengan klien itu sendiri.
c.    Obat
Obat-obat anti mikroba yang sering digunakan :
Kloramfenikol : dosis untuk orang dewasa 4 kali 500 mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari bebas demam. Tiamfenikol : dosis untuk dewasa 4 kali 500 mg sehari oral atau intravena tujuh hari bebas demam, Kotrimosazole (kombinasi trimehopin dan sulfametoksazole) : dosis oramg dewasa 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam (satu tablet mengandung 80 mg metropim dan 400 mg sulfametoksazole), ampisilin dan amoxilin : dosis yang di anjurkan berkisar antara 75-150 mg/kg berat badan sehari.

E.     Pengkajian Keperawatan
1.   Data Dasar Pengkajian
     Data dasar pangkajian diambil menurut “ Marrilyn E. Doengoes, 2002
a.       Pada aktifitas atau istirahat ditemikan gejala kelemahan, malaise, cept lelah, gelisah ansietas pembatasan, aktifitas dan insomnia.
b.      Pada sirkulasi ditemukan tanda takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri), kemerahan, turgor buruk dan kering.
c.        Pada integritas ego ditemukan gejala ansietas, ketakutan, emosi, misalnya karena tidak ada keberdayaan, factor stress, ditemukan tanda menolak, perhatian menyempit dan depresi.
d.      Pada eliminasi ditemukan gejala tekstur feces bervariasi dan lunak sampai bau dan berair, dengan tanda menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik yang dapat dilihat.
e.       Pada makanan dan cairan ditemukan gejala anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diet, membran mukosa pucat, luka atau inflamasi pada rongga mulut.
f.       Pada nyeri atau kenyamanan, didapatkan gejala nyeri tekan,pada kuadran kiri bawah, titik nyeri berpindah, nyeri tekan fotofobia (iritasi) dengan tanda nyeri tekan pada abdomen atau distensi.
g.      Pada hygiene didapatkan gejala ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri. Stomatitis menunjukan keturunan vitamin dan bau badan.
h.      Pada interaksi social ditemukan gejala masalah hubungan peran atau sehubungan dengan kondisi ketidakmampuan dalam sosial.

2.   Pemeriksaan Tes Diagnostik
a.       Pemeriksaan leukosit
Walaupun menurut buku-buku bahwa pada demam thypoid terdapat leukositopenia dan limfositosis , tetapi kenyataannya leukositopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus thypoid jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada dalam batas normal. Bahkan terkadang terdapat leukosit meningkat, walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak terlalu menunjang untuk menegakkan diagnosa demam thypoid.
b.      Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi kembali ke normal setelah timbulnya demam thypoid. Kenaiakn SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
c.       Biakan darah (kultur)
Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam thypoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor antara lain :
Tehnik pemeriksaan laboratorium : hasil pemeriksaan laboraturium berbeda satu dan yang lainnya hal ini disebabkan oleh perbedaan dan media biakan yang digunakan karena jumlah kuman yang berada dalam darah hanya sedikit yaitu kurang dari 10 kuman/mili liter darah. Maka untuk keperluan pembiakan, pada pasien dewasa diambil 5-10 mili liter darah dan pada anak-anak 2-5 mili liter.

Bila darah yang dibiakan terlalu sedikit hasil biakan bias negatif terutama pada orang yang sudah dapat pengobatan yang spesifik.  Selain itu darah tersebut harus ditanam pada saat media biakan diisi pasien dan langsung dibawa keruang laboraturium untuk pemeriksaan. Waktu pengambian darah paling baik adalah saat demam tinggi pada saat bakterimia berlangsung, saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit.

Pada demam thypoid biakan darah terhadap salmonella thypi, terutama positif pada minggu-minggu berikutnya pada waktu biakan bisa positif lagi .  Vaksinasi dimasa lampau menimbulkan antibody ini dapat menekan bakteremia, hingga darah mungkin negatif. Pembiakan kuman, bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
d.      Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi dan anti bodi (aglutinin) yang spesifik terhadap salmonella terdapat pada serum pasien demam thypoid, antigennya adalah suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium.
e.       Pemeriksaan tinja
Biasanya demam pada tinja demam thypoid mengandung kuman salmonella thyposa oleh karena itu tinja atau feces pada klien dengan demam thypoid harus diperiksa, biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam thypoid.

F.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien dengan masalah penyakit saluran pencernaan (Marrilyn E. Doenges.2002).
1.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilngan cairan yang berlebihan melalui muntah, diare.
2.      Gangguan rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan proses infeksi.
3.      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
4.      Peningkatan susu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
5.      Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan diare.
6.      Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
7.      Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.




G.    Perencanaan Keperawatan
1.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan melalui muntah, diare.
Tujuan                    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan  gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tidak terjadi.
Kriteria hasil           : Tanda-tanda dehidrasi tidak terjadi.
Rencana tindakan  : Kaji turgor, membran mukosa dan pengisian kapiler, observasi tanda-tanda vital, monitor pemasukan dan pengeluaran, motivasi dan anjuran klien untuk meningkatkan pemasukan cairan secara oral, kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral.
Pelaksanaan            : Mengkaji turgor, membran mukosa dan pengisian kapiler, mengobservasi tanda-tanda vital, memonitor pemasukan dan pengeluaran, memotivasi dan menganjurkan klien untuk meningkatkan pemasukan cairan secara oral, kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral.

2.      Gangguan rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan                      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan  rasa nyaman nyeri teratasi.
Kriteria hasil             : Klien tampak rileks dan rasa nyeri hilang atau berkuang.
Rencana tindakan    : Cacat lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri, beri posisi yang nyaman, monitor tanda-tanda vital, ajarkan latihan relaksasi kepada klien anjurkan klien untuk melaporkan nyeri segera saat terasa nyeri.
Pelaksanaan              : Mencatat lokasi, intensitas, dan karakteristik nyeri, member posisi yang nyaman, memonitor tanda-tanda vital, mengajarkan latihan relaksasi, menganjurkan klien untuk melaporkan nyeri segera saat terasa nyeri.

3.      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan                      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi teratasi.
Kriteria hasil             : Menunjukan berat badan stabil, tidak ada tanda-tanda malnutrisi intake oral adekuat.
Rencana tindakan    : Berikan makanan dalam keadaan hangat, timbang berat badan tiap hari, berikan makanan dalam porsi kecil tapi sedang, ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien, beri makanan yang bervariasi sesuai dengan diet klien, kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet klien.
Pelaksanaan              : Memberikan makanan dalam keadaan hangat, menimbang berat badan setiap hari, memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering, memberikan makananan yang bervariasi sesuai dengan diet klien, berkolaborasi dengan ahli gizi tentang diet klien.

4.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
Tujuan                      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan peningkatan suhu tubuh tidak terjadi.
Kriteria hasil            :   Suhu tubuh dalam batas normal (36°-37° C)
Rencana tindakan   :   Monitor tanda-tanda vital, motivasi klien untuk meningkatkan pemasukan cairan oral, beri kompres dengan air hangat, kolaborasi untuk pemberian antipiretik dan antibiotik.
Pelaksanaan             :   Memonitor tanda-tanda vital, memotivasi klien untuk meningkatkan pemasukan cairan oral, member kompres dengan air hangat, berkolaborasi untuk pemberian antipiretik dan antibiotik.

5.      Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan diare.
Tujuan                      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola eliminasi tidak terjadi.
Kriteria hasil            : pola eliminasi BAB kembali normal 1kali sehari
Rencana tindakan   : kaji dan catat frekuensi, warna, konsistensi, bising usus, kaji intake dan output, anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan melalui oral, beri obat sesuai indikasi.
Pelaksanaan             : mengkaji dan mencatat frekuemsi, warna, konsistensi, bisisng usus, mengkaji intake dan output, menganjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan melalui oral, memberikan obat sesuai indikasi.

6.      Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan                      :      setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ketidakmampuan kebutuhan sehari-hari dapat teratasi.
Kriteria hasil            :      klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Rencana tindakan   : dekatkan alat yang dapat dijangkau klien, bantu klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygine, makan dan minum, beri mobilitas secara bertahap sesuai kemampuan.
Pelaksanaan             : mendekatkan alat yang dapat dijangkau klien, membantu klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygine, makan dan minum, member mobilitas secara bertahap sesuai kemampuan.

7.      Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan                    : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu memahami penyakitnya.
Kriteria hasil           : klien menyatakan paham tentang proses penyakit, berpartisipasi dalam pengobatan, melakukan proses pengobatan, melakukan pengobatan, melakukan pola hidup yang sehat.
Rencana tindakan  : beri pendidikan kesehatan tentang penyakitnya, kaji tingkat pendidikan klien, kaji ulang mengenai informasi yang telah diberikan kepada klien.
Pelaksanaan            : memberikan pendidikan  kesehatan tentang penyakitnya, mengkaji tingkat pendidikan klien, mengkaji ulang mengenai informasi yang telah diberikan kepada klien.

H.    Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa kegiatan sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahap ini perawat menggunakan segala keterampilan dan kemampuan yang dimiliki agar dapat menjalankan seluruh tindakan keperawatan klien sesuai dengan rencana keperawatan.

Seluruh tindakan keperawatan harus didokumentasikan dalam bentuk catatan keperawatan setiap hari, hal ini untuk mengetahui perkembangan yang dan tindakan-tindakan yang lain, penerapan documenter keperawatan dilakukan secara lengkap, jelas dan tepat. Hal ini untuk memperlancar proses proses keperawatan komprensif dan berkesinambungan.

Pada diagnosa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan melalui muntah, diare. Pelaksanaannya : Mengkaji turgor, membran mukosa dan pengisian kapiler, mengobservasi tanda-tanda vital, memonitor pemasukan dan pengeluaran, memotivasi dan menganjurkan klien untuk meningkatkan pemasukan cairan secara oral, kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral.
pada gangguan rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan proses infeksi. Pelaksanaanya : Mencatat lokasi, intensitas, dan karakteristik nyeri, member posisi yang nyaman, memonitor tanda-tanda vital, mengajarkan latihan relaksasi, menganjurkan klien untuk melaporkan nyeri segera saat terasa nyeri.

Pada tahap perencanaan diagnosa keperawatan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, rencana tindakan yang dibuat sesuai dengan teori yaitu berikan makanan dalam keadaan hangat, timbang berat badan tiap hari, berikan makanan dalam porsi kecil tapi sedang, ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien, beri makanan yang bervariasi sesuai dengan diet klien, kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet klien, hal ini tidak dimasukkan karena keterbatasan waktu yang diberikan pada penulis untuk memberikan asuhan keperawtan kepada ….. dengan thypoid.
Pada diagnose keperawatan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik dan immobilisasi, rencana tindakan yang ada diteori yaitu dekatkan alat yang dapat dijangkau klien, bantu klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygine, makan dan minum, beri mobilitas secara bertahap sesuai kemampuan. Rencana tindakan yang tidak dilakukan seperti dekatkan alat yang dijangkauklien, member mobilitas secara bertahap sesuai kemampuan dikarenakan keterbatasan waktu.

I.       Evaluasi Keperawatan
Peran perawat dalam evaluasi untuk melihat sejauh mana tujuan yang telah dicapai oleh klien setelah mendapatkan tindakan atau asuhan keperawatan. Evaluasi yang dapat digunakan yaitu evaluasi sumatif.
Evaluasi sumatif dapat dikatakan berhasil jika kebutuhan klien tentang pemenuhan nutrisi, suhu tubuh klien dalam batas normal dan pengetahuan klien dan keluarga menjadi bertambah tentang perwatan penyakit dan cara pencegahan thypoid.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar