BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Pengertian
Thypoid adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna
dan gejala demam lebih dari satu minggu
dan terdapat gangguan kesadaran (suriadi,2001).
Thypoid adalah penyakit sistemik akut
yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu
minggu gangguan pada pencernaan gangguan kesadaran (Ngastiah, 2005).
Thypoid adalah penyakit sistemik akut
akibat salmonella thypi, dimana penyakit ini menyerang manusia yang ditandai
dengan malaise, demam dan rasa tidak nyaman pada perut (Brunner and Suddart, 2002).
Dari ketiga definisi diatas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa penyakit Thypoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang
menyerang manusia khususnya pada saluran pencernaan yaitu pada usus halus yang
disebabkan oleh infeksi kuman salmonella thypi dan ditandai dengan gejala demam
lebih dari satu minggu, rasa tidak nyaman diperut dan diperburuk dengan keadaan
gangguan penurunan kesadaran.
B.
Etiologi
Penyebab demam thypoid adalah salmonella
thypi basil gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora,
mempunyai sekurang-kurangnya antigen O (soomatik terdiri dari zat komplek
lipoposakarida, antigen H (flangella) dan antigen Vi dalam serum penderita
terdapat zat anti (agglutinin) (Ngastiah,
2005).
C.
Patofisiologi
1.
Proses
perjalanan penyakit
Bakteri
masuk melalui saluran cerna dibutuhkan jumlah bakteri 100.000-1.000.000 untuk
dapat menimbulkan infeksi. Penyakit thypoid adalah penyakit menular yang sumber
infeksinya berasal dari oral dan fekal, sedangkan lalat sebagai pembawa,
penyebar atau perantara dari kuman salmonella thypi, dimulai dari saluran
pencernaan melalui mulut oleh makanan yang kita makan yang sudah tercemar kuman
salmonella thypi, kuman masuk beserta makanan lalu masuk ke lambung.
Dalam
lambung salmonella thypi dimusnahkan dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan
mengikuti aliran darah sistemik sehingga mencapai jaringan limpoid usus halus,
menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak
tersebut dapat mengakibatkan perforasi usus, pendarahan. Kuman salmonella thypi
mencapai hati melalui sirkulasi dari usus halus sehingga dapat mengakibatkan
hepatomegali, dan pada limfe dapat mengakibatkan splenomegali sehingga dapat
timbul nyeri pada perabaan daerah abdomen.
Endotoksin
salmonella thypi berperan pada patogenesis demam thypoid karena membantu
terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella thypi
berkembang biak. Demam pada thypoid disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
2.
Manifestasi
klinis
Masa
tunas demam thypoid berlangsung 10 sampai 14 hari, gejala-gejala yang timbul
amat bervariasi, tidak saja antara berbagai Negara dunia tetapi juga didaerah
yang sama dari waktu ke waktu, selain itu gambaran penyakit ringan yang tidak
terdiagnosis sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian.
Hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat berpengalaman pun
dapat mengalami kesulitan untuk membuat diagnosis klinis demam thypoid. Dalam
minggu-minggu pertama penyakit , keluhan dan gejala serupa dengan penyakit
infeksi pada umumnya yaitu :
Demam
yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 hari, minggu pertama
peningkatan suhu berfluktuasi, biasanya suhu tubuh terus meningkat saat sore
menjelang malam dan turun pada pagi hari.
Pada
minggu kedua suhu tubuh terus berangsur-angsur menurun dan kembali normal. Pada
minggu ketiga nyeri kepala, lemah, lesu, nyeri otot, gangguan pada saluran
cerna halitosis, bibir kering dan pecah-pecah, anoreksia, mual, muntah,
perasaan tidak enak diperut, lidah ditutupi selaput putih kotor (kotor
ditengah, tepi ujung berwarna merah dan tremor), disertai nyeri tekan pada
perabaan abdomen biasanya juga didapatkan keluhan konstipasi, akan tetapi
mungkin normal bahkan dapat terjadi diare, hepatomegali dan splenomegali.
Gangguan
kesadaran atau mental berupa somnolen, sopor, koma delirium, atau psikosis.
Bintik-bintik kemerahan pada kulit (reseolae) akibat hasil dalam kapiler kulit
namun jarang ditemukan pada orang dewasa. Batuk dan epitaksis.
3.
Komplikasi
Komplikasi demam thypoid dapat
dibagi dalam :
a.
Komplikasi Intestinal
Yaitu
perforasi, perdarahan usus dan ileus paralitik dapat terjadi.
b.
Komplikasi Ekstra
Intestinal
1)
Komplikasi kardiovaskuler,
kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis dan tromboplebitis.
2)
Komplikasi darah,
anemia hemolitik trombositopenia, dan sindrom hemolitik
3)
Komplikasi paru,
pneumonia, empiema, pleuritis
4)
Komplikasi hepar dan
kandung kemih, hepatitis dan kolestitis
5)
Komplikasi tualng,
osteomilitis, periostisis dan arthritis
D.
Penatalaksanaan
Medis
1.
Therapi
Pengobatan
demam thypoid yaitu :
a. Perawatan
Pengobatan
demam thypoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi observasi dan
pengobatan. Pasien harus tirah baring absolute sampai minimal tujuh hari demam
atau kurang lebih 14 hari guna mencegah perforasi usus. Klien dengan kesadaran
menurun, posisi tubuh harus diubah untuk mencegah komplikasi pneumonia
hipostatik dan dekubitus, perlu diperhatikan juga kadang-kadang terjadi
obstipasi dan retensi air kemih.
b.
Diet
Makanan
harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, makanan lunak seperti
bubur, bahkan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, serta merangsang dan
yang dapat menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari, hal ini disesuaikan dengan
klien itu sendiri.
c.
Obat
Obat-obat
anti mikroba yang sering digunakan :
Kloramfenikol
: dosis untuk orang dewasa 4 kali 500 mg sehari oral atau intravena sampai 7
hari bebas demam. Tiamfenikol : dosis
untuk dewasa 4 kali 500 mg sehari oral atau intravena tujuh hari bebas demam, Kotrimosazole (kombinasi trimehopin dan
sulfametoksazole) : dosis oramg dewasa 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai
7 hari bebas demam (satu tablet mengandung 80 mg metropim dan 400 mg
sulfametoksazole), ampisilin dan
amoxilin : dosis yang di anjurkan berkisar antara 75-150 mg/kg berat badan
sehari.
E.
Pengkajian
Keperawatan
1.
Data
Dasar Pengkajian
Data
dasar pangkajian diambil menurut “ Marrilyn
E. Doengoes, 2002 ”
a.
Pada aktifitas atau
istirahat ditemikan gejala kelemahan, malaise, cept lelah, gelisah ansietas
pembatasan, aktifitas dan insomnia.
b.
Pada sirkulasi
ditemukan tanda takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi
dan nyeri), kemerahan, turgor buruk dan kering.
c.
Pada integritas ego ditemukan gejala ansietas,
ketakutan, emosi, misalnya karena tidak ada keberdayaan, factor stress,
ditemukan tanda menolak, perhatian menyempit dan depresi.
d.
Pada eliminasi
ditemukan gejala tekstur feces bervariasi dan lunak sampai bau dan berair,
dengan tanda menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik yang dapat dilihat.
e.
Pada makanan dan cairan
ditemukan gejala anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tidak toleran
terhadap diet, membran mukosa pucat, luka atau inflamasi pada rongga mulut.
f.
Pada nyeri atau
kenyamanan, didapatkan gejala nyeri tekan,pada kuadran kiri bawah, titik nyeri
berpindah, nyeri tekan fotofobia (iritasi) dengan tanda nyeri tekan pada
abdomen atau distensi.
g.
Pada hygiene didapatkan
gejala ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri. Stomatitis menunjukan
keturunan vitamin dan bau badan.
h.
Pada interaksi social
ditemukan gejala masalah hubungan peran atau sehubungan dengan kondisi
ketidakmampuan dalam sosial.
2.
Pemeriksaan
Tes Diagnostik
a. Pemeriksaan
leukosit
Walaupun
menurut buku-buku bahwa pada demam thypoid terdapat leukositopenia dan
limfositosis , tetapi kenyataannya leukositopenia tidaklah sering dijumpai.
Pada kebanyakan kasus thypoid jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada
dalam batas normal. Bahkan terkadang terdapat leukosit meningkat, walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak terlalu menunjang untuk menegakkan diagnosa demam thypoid.
b. Pemeriksaan
SGOT dan SGPT
SGOT
dan SGPT seringkali meningkat, tetapi kembali ke normal setelah timbulnya demam
thypoid. Kenaiakn SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
c. Biakan
darah (kultur)
Biakan
darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan darah negatif tidak
menyingkirkan demam thypoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah
bergantung pada beberapa faktor antara lain :
Tehnik
pemeriksaan laboratorium : hasil pemeriksaan laboraturium berbeda satu dan yang
lainnya hal ini disebabkan oleh perbedaan dan media biakan yang digunakan
karena jumlah kuman yang berada dalam darah hanya sedikit yaitu kurang dari 10
kuman/mili liter darah. Maka untuk keperluan pembiakan, pada pasien dewasa
diambil 5-10 mili liter darah dan pada anak-anak 2-5 mili liter.
Bila
darah yang dibiakan terlalu sedikit hasil biakan bias negatif terutama pada
orang yang sudah dapat pengobatan yang spesifik. Selain itu darah tersebut harus ditanam pada
saat media biakan diisi pasien dan langsung dibawa keruang laboraturium untuk
pemeriksaan. Waktu pengambian darah paling baik adalah saat demam tinggi pada
saat bakterimia berlangsung, saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit.
Pada
demam thypoid biakan darah terhadap salmonella thypi, terutama positif pada
minggu-minggu berikutnya pada waktu biakan bisa positif lagi . Vaksinasi dimasa lampau menimbulkan antibody
ini dapat menekan bakteremia, hingga darah mungkin negatif. Pembiakan kuman,
bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapat anti mikroba pertumbuhan
kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
d. Uji
widal
Uji
widal adalah suatu reaksi aglutinasi dan anti bodi (aglutinin) yang spesifik
terhadap salmonella terdapat pada serum pasien demam thypoid, antigennya adalah
suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium.
e. Pemeriksaan
tinja
Biasanya
demam pada tinja demam thypoid mengandung kuman salmonella thyposa oleh karena
itu tinja atau feces pada klien dengan demam thypoid harus diperiksa, biakan
tinja positif menyokong diagnosis klinis demam thypoid.
F.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat timbul
pada klien dengan masalah penyakit saluran pencernaan (Marrilyn E.
Doenges.2002).
1.
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilngan
cairan yang berlebihan melalui muntah, diare.
2.
Gangguan rasa nyaman
nyeri kepala berhubungan dengan proses infeksi.
3.
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
4.
Peningkatan susu tubuh
berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
5.
Gangguan pola eliminasi
BAB berhubungan dengan diare.
6.
Ketidak mampuan
memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
7.
Kurang pengetahuan
tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
G.
Perencanaan
Keperawatan
1.
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kehilangan cairan yang berlebihan melalui muntah, diare.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda dehidrasi tidak terjadi.
Rencana tindakan : Kaji turgor,
membran mukosa dan pengisian kapiler, observasi tanda-tanda vital, monitor
pemasukan dan pengeluaran, motivasi dan anjuran klien untuk meningkatkan
pemasukan cairan secara oral, kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral.
Pelaksanaan : Mengkaji
turgor, membran mukosa dan pengisian kapiler, mengobservasi tanda-tanda vital,
memonitor pemasukan dan pengeluaran, memotivasi dan menganjurkan klien untuk
meningkatkan pemasukan cairan secara oral, kolaborasi untuk pemberian cairan
parenteral.
2.
Gangguan
rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan gangguan rasa
nyaman nyeri teratasi.
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dan rasa nyeri hilang atau berkuang.
Rencana tindakan : Cacat
lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri, beri posisi yang nyaman, monitor
tanda-tanda vital, ajarkan latihan relaksasi kepada klien anjurkan klien untuk
melaporkan nyeri segera saat terasa nyeri.
Pelaksanaan :
Mencatat lokasi, intensitas, dan
karakteristik nyeri, member posisi yang nyaman, memonitor tanda-tanda vital,
mengajarkan latihan relaksasi, menganjurkan klien untuk melaporkan nyeri segera
saat terasa nyeri.
3.
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi teratasi.
Kriteria hasil :
Menunjukan berat badan stabil, tidak ada tanda-tanda malnutrisi intake oral
adekuat.
Rencana tindakan :
Berikan makanan dalam keadaan hangat, timbang berat badan tiap hari, berikan
makanan dalam porsi kecil tapi sedang, ciptakan lingkungan yang nyaman bagi
klien, beri makanan yang bervariasi sesuai dengan diet klien, kolaborasi dengan
ahli gizi tentang diet klien.
Pelaksanaan :
Memberikan makanan dalam keadaan hangat,
menimbang berat badan setiap hari, memberikan makanan dalam porsi kecil tapi
sering, memberikan makananan yang bervariasi sesuai dengan diet klien, berkolaborasi
dengan ahli gizi tentang diet klien.
4.
Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan peningkatan suhu tubuh tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal (36°-37°
C)
Rencana tindakan : Monitor
tanda-tanda vital, motivasi klien untuk meningkatkan pemasukan cairan oral,
beri kompres dengan air hangat, kolaborasi untuk pemberian antipiretik dan
antibiotik.
Pelaksanaan :
Memonitor tanda-tanda vital, memotivasi
klien untuk meningkatkan pemasukan cairan oral, member kompres dengan air
hangat, berkolaborasi untuk pemberian antipiretik dan antibiotik.
5.
Gangguan
pola eliminasi BAB berhubungan dengan diare.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola eliminasi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
pola eliminasi BAB kembali normal 1kali sehari
Rencana tindakan :
kaji dan catat frekuensi, warna, konsistensi, bising usus, kaji intake dan
output, anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan melalui oral, beri
obat sesuai indikasi.
Pelaksanaan :
mengkaji dan mencatat frekuemsi, warna, konsistensi, bisisng usus, mengkaji
intake dan output, menganjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan melalui
oral, memberikan obat sesuai indikasi.
6.
Ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan ketidakmampuan kebutuhan sehari-hari dapat teratasi.
Kriteria hasil :
klien dapat melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri.
Rencana tindakan :
dekatkan alat yang dapat dijangkau klien, bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
personal hygine, makan dan minum, beri mobilitas secara bertahap sesuai
kemampuan.
Pelaksanaan :
mendekatkan alat yang dapat dijangkau klien, membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan personal hygine, makan dan minum, member mobilitas secara bertahap
sesuai kemampuan.
7.
Kurang
pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu memahami penyakitnya.
Kriteria hasil :
klien menyatakan paham tentang proses penyakit, berpartisipasi dalam
pengobatan, melakukan proses pengobatan, melakukan pengobatan, melakukan pola
hidup yang sehat.
Rencana tindakan : beri pendidikan
kesehatan tentang penyakitnya, kaji tingkat pendidikan klien, kaji ulang
mengenai informasi yang telah diberikan kepada klien.
Pelaksanaan :
memberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakitnya, mengkaji tingkat pendidikan klien, mengkaji ulang mengenai
informasi yang telah diberikan kepada klien.
H.
Pelaksanaan
Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah asuhan keperawatan
secara nyata berupa kegiatan sistematis untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pada tahap ini perawat menggunakan segala keterampilan dan
kemampuan yang dimiliki agar dapat menjalankan seluruh tindakan keperawatan
klien sesuai dengan rencana keperawatan.
Seluruh tindakan keperawatan harus
didokumentasikan dalam bentuk catatan keperawatan setiap hari, hal ini untuk
mengetahui perkembangan yang dan tindakan-tindakan yang lain, penerapan
documenter keperawatan dilakukan secara lengkap, jelas dan tepat. Hal ini untuk
memperlancar proses proses keperawatan komprensif dan berkesinambungan.
Pada diagnosa gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan
cairan yang berlebihan melalui muntah, diare. Pelaksanaannya : Mengkaji turgor,
membran mukosa dan pengisian kapiler, mengobservasi tanda-tanda vital,
memonitor pemasukan dan pengeluaran, memotivasi dan menganjurkan klien untuk
meningkatkan pemasukan cairan secara oral, kolaborasi untuk pemberian cairan
parenteral.
pada gangguan rasa nyaman nyeri kepala
berhubungan dengan proses infeksi. Pelaksanaanya : Mencatat lokasi, intensitas,
dan karakteristik nyeri, member posisi yang nyaman, memonitor tanda-tanda
vital, mengajarkan latihan relaksasi, menganjurkan klien untuk melaporkan nyeri
segera saat terasa nyeri.
Pada tahap perencanaan diagnosa
keperawatan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, rencana tindakan yang dibuat sesuai dengan teori
yaitu berikan makanan dalam keadaan hangat, timbang berat badan tiap hari,
berikan makanan dalam porsi kecil tapi sedang, ciptakan lingkungan yang nyaman
bagi klien, beri makanan yang bervariasi sesuai dengan diet klien, kolaborasi
dengan ahli gizi tentang diet klien, hal ini tidak
dimasukkan karena keterbatasan waktu yang diberikan pada penulis untuk
memberikan asuhan keperawtan kepada ….. dengan thypoid.
Pada diagnose
keperawatan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan
kelemahan fisik dan immobilisasi, rencana tindakan yang ada diteori yaitu
dekatkan alat yang dapat dijangkau klien, bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
personal hygine, makan dan minum, beri mobilitas secara bertahap sesuai
kemampuan. Rencana tindakan yang tidak dilakukan seperti
dekatkan alat yang dijangkauklien, member mobilitas secara bertahap sesuai
kemampuan dikarenakan keterbatasan waktu.
I.
Evaluasi
Keperawatan
Peran perawat dalam evaluasi untuk
melihat sejauh mana tujuan yang telah dicapai oleh klien setelah mendapatkan
tindakan atau asuhan keperawatan. Evaluasi yang dapat digunakan yaitu evaluasi
sumatif.
Evaluasi sumatif dapat dikatakan
berhasil jika kebutuhan klien tentang pemenuhan nutrisi, suhu tubuh klien dalam
batas normal dan pengetahuan klien dan keluarga menjadi bertambah tentang
perwatan penyakit dan cara pencegahan thypoid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar