Rabu, 03 September 2014

Invaginasi



     Pengertian
Invaginasi adalah suatu keadaan dimana intestinal dimasuki intestinal lainnya dari segmen dibawahnya , yang mengakibatkan sumbatan/obstruksi pada lumen usus, ini terjadi karena adanya infeksi karena bakteri, perubahan pola makan, kelainan congenital serta perubahan cuaca (Dr. M.Husein.Farid M mantu/www.google//invaginasi.co.id)
Invaginasi merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. (Dr. Niko. M mana/www.google///obstruksi_usus.co.id)
Invaginasi adalah keadaan masuknya segmen usus ke segmen bagian distalnya yang umumnya akan berakhir dengan obstruksi usus (kapita selekta, 2000)
Dari ketiga pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa Invaginasi adalah sumbatan intestinal yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja yang mempengaruhi dinding usus, infeksi karena bakteri, perubahan pola makan, kelainan congenital serta perubahan cuaca, hal tersebut mengakibatkan penyempitan lumen usus sehingga terjadi obstruksi usus.

B.        Patofisiologi
1.      Etiologi
Penyebab utama invaginasi belum diketahui pasti. Namun banyak kepustakaan menghubungkan dengan hypertrophied peyer's patches akibat infeksi oleh virus, perubahan cuaca atau perubahan pola makanan. Sedangkan invaginasi pada anak yang besar dan orang dewasa penyebabnya adalah suatu kelainan patologis/kogenital  (divertikel Meckel, polip, tumor).




2.      Perjalanan penyakit
Obstuksi Usus

Akumulasi gas dan cairan
Di dalam lumen

Distensi                        Proliferasi bakteri yang berlangsung                Kehilangan cairan
                                    Cepat                                                               dan elektrolit
 



Tekanan intralumen meningkat

Iskemia dinding usus

Kehilangan cairan menuju
ruang peritoneum

Pelepasan bakteri dan toksin
dari usus yang nekrotik ke
dalam peritoneum dan sirkulasi
sistemik

Peritonitis                                                                                             Syok hipovolemik
Septikemia                                                                                          

Invaginasi merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi). Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas semakin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti-peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah muntah. Pada obstruksi usus yang lanjut, peristaltik mudah hilang oleh karena dinding usus kehilangan kontraksinya. Pada saat ini gambaran kliniknya dapat dikenal dengan gangguan kolik menghilang, distensi usus berat, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, serta dehidrasi berat. Pada obstruksi usus dengan strangulasi, terjadi keadaan gangguan pendarahan dinding usus yang menyebabkan nekrosis/gangguan dinding usus. Bahaya umum dari keadaan ini adalah sepsis/toxinemia.

3.      Tanda dan gejala
a.       Nyeri kolik hebat yang timbul mendadak, hilang timbul, sering kumat dan disertai dengan rasa tersiksa yang menggelisahkan. Pada anak akan menangis keras.
b.      Lemah dan lesu
c.       Kenaikan suhu tubuh sampai 410C (106 F)
d.      Nadi lemah dan kecil
e.       Muntah terjadi pada fase awal dan pada fase selanjutanya bercampur dengan cairan empedu.
f.       Tinja sering tidak ada, flatus jarang atau tidak ada dan darah pada umumnya sering terjadi pada 12 jam pertama, tetapi kadang – kadang tidak keluar sampai 1 – 2 hari, 60% bayi akan mengeluarkan tinja bercampur darah berwarna merah dan mukus (tinja jelly kismis)
g.      Abdomen membesar, mengeras, kembung dan nyeri tekan hebat pada palpasi abdomen kanan atas.
h.      Peristaltik usus kadang cepat atau lambat

4.      Komplikasi
a.       Infeksi
b.      Perdarahan
c.       Anemia
d.      Syok
e.       Penurunan kesadaran
f.       Kematian


C.       Penatalaksanaan
1.      Tes diagnostik
a.       Pemeriksaan darah lengkap
Pada klien invaginasi dijumpai leukosit meningkat.
b.      Foto rontgen
Secara klinik obstruksi ileus umumnya mudah ditegakkan. 90% obstruksi ileus ditegakkan secara tepat hanya dengan berdasarkan gambaran klinisnya saja. Pada foto polos abdomen, 60--70% dapat dilihat adanya pelebaran usus dan hanya 40% dapat ditemukan adanya air-fluid level. Walaupun pemeriksaan radiologi hanya sebagai pelengkap saja, pemeriksaan sering diperlukan pada obstruksi ileus yang sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya pada masa pra-bedah. Beberapa tanda radiologik yang khas untuk obstruksi ileus
adalah pengumpulan gas dalam lumen usus yang melebar, penebalan valvulae coniventes yang memberi gambaran fish bone appearance, pengumpulan cairan dengan gambaran khas air-fluid level. Pada obstruksi yang cukup lama, beberapa air fluid level Roem berikan gambaran huruf U terbalik.

2.      Terapi
a.       Pemberian antipiretik untuk  mengatasi demam
b.      Anti nyeri untuk mengatasi rasa nyeri hebat
c.       Intake parenteral biasa ringer laktat dan KAEN 3B
d.      Pemberian tranfusi darah

D.          Konsep tumbuh kembang
1.      Pengertian pertumbuhan dan perkembangan
a.       Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran sel, organ, individu yang dapat di ukur dengan ukuran besar (gram, pound, kg), ukuran panjang dengan meter (Ngastiyah, 2005).
b.      Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam fungsi dan struktur yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi sel – sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai interaksi dengan lingkungan (Ngastiyah, 2005).
2.      Pertumbuhan dan perkembangan anak usia todler (1 – 3 tahun)
a.      Pertumbuhan
1)      Rata – rata todler bertambah tinggi sekitar 7,5 cm per tahun, tinggi badan pada usia 2 tahun adalah setengah dari tinggi dewasa yang diharapkan.
2)      Berat badan
a)      Rata – rata pertumbuhan berat badan todler adalah 1,8 – 2,7 kg per tahun.
b)      Rata – rata berat badan todler usia 2 tahun adalah 12,3 kg.
b.      Perkembangan
1)      Motorik kasar pada anak usia todler
a)      Mengendarai sepeda roda tiga
b)      Melompat dari langkah dasar
c)      Berdiri pada satu kaki untuk beberapa detik
d)     Menaiki tangga dengan kaki bergantian, dapat tetap turun dengan menggunakan kedua kaki untuk melangkah
e)      Melompat panjang
2)      Motorik halus
a)      Membangun menara dari 9 atau 10 kotak
b)      Dalam menggambar, meniru lingkaran, meniru silangan, menyebutkan apa yang telah digambarkan.
3)      Bahasa
a)      Mempunyai perbendaharaan kata kurang lebih 900 kata
b)      Menggunakan kalimat lengkap dari 3 sampai 4 kata
c)      Mengulang kalimat dari 6 suku kata
d)     Mengajukan banyak pertanyaan
4)      Sosialisasi
a)      Makan sendiri
b)      Dapat menyiapkan makanan sendiri seperti sereal dan susu dingin
c)      Merasa takut, khususnya pada kegelapan dan pergi tidur.
d)     Mengetahui jenis kelamin sendiri dan jenis kelamin orang lain
5)      Kognitif
a)      Egosentris dalam berpikir dan berperilaku.

E.           Konsep hospitalisasi pada anak todler
1.      Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Yupi Supartini, 2004).
2.      Reaksi anak usia todler terhadap hospitalisasi
Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya. Sumber stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon perilaku yang ditimbulkan dibedakan menjadi tiga yaitu :
a.       Protes
Menangis verbal pada orang tua, serangan verbal pada orang lain (misalnya menendang, menggigit, memukul, mencubit, mencoba untuk lari mencari orang tua, memegang erat orang tua dan secara fisik mencoba untuk memaksa orang tua untuk tetap tinggal).
b.      Putus asa
Tidak aktif, sedih, depresi, tidak tertarik pada lingkungan, tidak komunikatif, mundur ke prilaku sebelumnya (misalnya : menghisap ibu jari, mengompol), kehilangan keterampilan bahasa.
c.       Pelepasan
Hampir sama dengan bayi, perilaku regresif lebih sedikit. Oleh karena adanya pembatasan terhadap pergerakan, anak akan kehilangan kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak akan menjadi tergantung pada lingkungannya. Akhirnya anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regresi. Terhadap perlukaan yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena mendapatkan tindakan invasif seperti injeksi, infus, pengambilan darah anak akan menangis, menggigit bibirnya dan memukul. Walaupun demikian, anak akan menunjukkan lokasi rasa nyeri dan mengkomunikasikan rasa nyerinya.
3.      Reaksi orang tua dan saudara kandung terhadap hospitalisasi
a.       Perasaan cemas dan takut
Orang tua akan merasa begitu cemas dan takut pada kondisi anaknya. Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus, dilakukan fungsi lumbal, dan prosedur invasif lainnya. Seringkali pada saat anak harus dilakukan prosedur tersebut, orang tua akan menangis karena tidak tega melihat anaknya.
b.      Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama karena kondisi terminal orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. Bahkan perasaan pada saat menghadapi anaknya yang menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan dialami orang tua.
c.       Perasaan frustasi
Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya pendukung psikologis yang diterima orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustasi. Oleh karena itu, seringkali orang tua menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan  menginginkan pulang paksa.

F.           Pengkajian
     Pengkajian adalah tahap pertama dari proses keperawatan di mana data dasar di kumpulkan terdiri darai data subyektif dan obyektif. Data dasar pasien adalah komplikasi data yang dikumpulkan tentang pasien, data dasar pasien terdiri dari riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan diagnostik. Data yang dikumpulkan pada anak dengan invaginasi yaitu ditemukannya adanya keluhan nyeri abdomen hebat yang menyebabkan anak berteriak dan menekukkan lututnya ke abdomen, memuntahkan isi lambung, abdomen distensi dan nyeri tekan, kemungkinan dengan massa yang dapat dipalpasi.

G.          Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan literatur kelompok membagi 2 segmen diagnosa yaitu diagnosa preoperatif dan diagnosa postoperatif.
Diagnosa pre operatif :
1.      Resiko tinggi terjadi penyulit sebelum , selama dan sesudah operasi
2.      Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan puasa
3.      Cemas pada orang tua berhubungan dengan takut resiko operasi, anestesi dan hasil setelah operasi.
4.      Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, puasa, kehilangan cairan melalui N.G.T dan kehilangan darah melalui anus.

Diagnosa post operasi
1.   Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi
2.   Resiko tinggi kekurangan /kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan kekurangan /kelebihan cairan selama operasi
3.   Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake oral setelah operasi
4.   Perubahan peran orang tua berhubungan dengan cemas
5.   Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka operasi, infeksi nosokomial
6.   Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi dan pembatasan pergerakan

H.          Rencana Keperawatan
Berdasarkan literatur kelompok menemukan bahwa ada 2 segmen diagnosa yaitu diagnosa preoperatif dan diagnosa post operatif
      Diagnosa keperawatan Pre Operasi
      Diagnosa I
Cemas pada orang tua berhubungan dengan takut resiko operasi, anestesi dan hasil setelah operasi.
 Tujuan            : tidak ada kecemasan pada orang tua
Kreiteri Hasil   :
ü  orang tua mengatakan menerima bila anaknya dioperasi dan dilakukan anestesi
ü  Orang tua secara verba mengtakan takut, bertanya dan membuat rencana yang tepat pada anaknya.
Intervensi :
ü  Kolaborasi dalam memberikan informasi tentang operasi dan anestesi
ü  Dorong orang tua untuk mengekspresikan perasaanya tentang operasi pada anaknya
ü  Identifikasi dan klarifikasi perbendaan persepsi
ü  Jelaskan bahwa rasa cemas itu normal
ü  Ikut sertakan orang yang dianggap dekat hubunganya dengan keluarga pasien
ü  Jelaskan pengobatan dan perawatan yang khusus pada jam – jam pertama setelah operasi
ü  Jelaskan kapan dan bagaimana orang tua dapat mengunnjugi anaknya

Diagnosa II
Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, puasa, kehilangan cairan melalui N.G.T dan kehilangan darah melalui anus.
Tujuan       : tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
Kriteria hasil :
ü  Hidrasi (status cairan) baik
ü  Selaput mukosa lembab
ü  Produksi urin 1 – 2 ml/Kg BB/jam
ü  Tekanan darah dan denyut jantung normal
ü  Intake output seimbang, berat badan stabil
ü  Tidak ada muntah dan diare
ü  Suhu tubuh 36,50C – 37,20C
ü  Ubun – ubun besar rata, turgor kulit elastis
Intervensi :
ü  Monitor intake, output
ü  Monitor tanda – tanda vital setiap 3 jam
ü  Timbang berat badan setiap hari
ü  Hitung produksi urin
ü  Kajji dan catat adanya muntah / perdarahan di anus
ü  Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena
ü  Kolaorasi dalam pemeriksaan laboratorium

Diagnosa III
Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan puasa
Tujuan       : kabutuhan nutrisi terpenuhi
Kreteria hasil :
ü  Berat badan tidak turun lebih dari 10%
ü  Gula darah dalam batas normal
ü  Elektrolit darah dalam batas normal
ü  Tidak ada edema
Intervensi :
ü  Timbang badan setiap hari
ü  Berikan cairan parenteral, TPN sesuai program
ü  Pertahankan kepatenan infus
ü  Kolaborasi dalam peeriksaan laboratorium, gula darah dan elektrolit

Dignosa IV
Resiko tinggi terjadi penyulit sebelum , selama dan sesudah operasi
Tujuan       : tidak terjadi penyulit sebelum, selama dan sesudah operasi

Kritria hasil :
ü  Orang tua menanda tangani ijin operasi
ü  Tidak ada perdarahan selama operasi
ü  Tidak terjadi aspirasi selama operasi
Intervensi       :
ü  Berikan informasi tentang persiapan operasi pada oranh tua
ü  Siapkan informed consent (Izin operasi)
ü  Siapkan dan kirimkan formulir permintaan operasi dikamar operasi
ü  Puaskan klien kurang lebih 4 jam sebelum operasi
ü  Ukur tanda – tanda vital
Kolaborasi dalam
ü  Persiapan darah
ü  Pemeriksaan laboratorium, darah rutin, waktu pembekuan, waktu perdarahan, PT,APTT, elektrolit dan lain – lain
ü  Kolabirasi pemberian vitamin K1, 1 mg 1M




Keperawatan Post operasi
Diagnosa I
Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi
Tujuan       : pola napas efektif
Kriteria hasil    :
ü  Jalan napas bersih, tidak ada apnue, tidak ada retraksi dada
ü  Frekwensi napas 20 – 40 x/menit
ü  Warna kulit kemerahan
ü  Pa.02 AGD 90 – 100 mmHg
ü  Suara paru bersih
Intervensi
ü  Pertahankan kepatenan jalan napas
ü  Isap lendir kalau perlu
ü  Berikan 02 sesuai kebutuhan pasien
ü  Ukur Sa02 kalau perlu
ü  Pasang NGT untuk mengurangi kembung dan meningkatkan pertukaran gas yang adekuat
ü  Kaji perifer dari tanda – tanda pucat dan sianosis setiap 15 – 30 menit
ü  Monitor tanda – tanda vital setiap 3 jam
ü  Kolaborasi dalam pemeriksaan ; analisa gas darah dan elektrolit
ü  Lain – lain




Diagnosa II
Resiko tinggi kekurangan /kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan kekurangan /kelebihan cairan selama operasi
Tujuan       : status jantung 100 – 120 x/menit
Kriteria Hasil
ü  Produksi urin 1 – 2 ml/kgbb/jam
ü  Tidak ada edema
ü  Turgor kulit elastis
ü  Tidak ada muntah, perdarahan dari luka operasi
ü  Intake, out put seimbang
ü  Hb dan Ht normal
ü  Elektrolit darah dalam batas normal

Intervensi
ü  Monitor kekuatan dan iraa nadi
ü  Hitung produksi urin setiap shift
ü  Ukur tekanan darah setiap 3 jam
ü  Kaji turgor kulit dan adanya edema
ü  Kaji adanya muntah dan perdarahan pada luka operasi
ü  Monitor intake, out put
ü  Kaji tempat pemasangan infus dari tanda – tanda kemerahan dan bengkak
ü  Kolaorasi dalam pemeriksaan laboratorium darah rutin dan elektrloit
ü  Lain – lain


 Diagnosa III
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake oral setelah operasi
Tujuan       : kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi
Kriteria hasil    :
ü  Berat badan sesuai dengan usia anak
ü  Kadar gula darah dan elektrolit dalam batas normal
Intervensi
ü  Timbang berat badan setiap hari
ü  Kaji adanya retensi cairan edema
ü  Pertahankan kepatenan infus
ü  Berikan cairan intravena sesuai program
ü  Observasi iritablitas, tremor yang berhubungan hipokalsemia
ü  Kaji tingkat aktifitas dan kelemahan
ü  Berikan cairan /nutrisi melalui sonde atau TPN
ü  Kolaborasi dalam pemeriksaan kadar gula darah dan elektrolit

Diagnosa IV
Perubahan peran orang tua berhubungan dengan cemas
Tujuan       : peran orang tua optimal
Kriteria hasil ;
ü  Orang tua secara verbal mengatakan persepsi yang nyata
ü  Orang tua mengunjugi, menyentuh mengendong dan menenangkan anaknya


Intervensi
ü  Jelaskan mengenai penyakit anaknya alasan operasi dan proses operasi
ü  Berikan perhatian dan dengarkan keluhan yang diutarakan oleh orang tua pasien
ü  Anjurkan ornag tua untuk mengunjungi menyentuh menggendong danmemberikan ASI sesuai dengan kondisi anaknya
ü  Lain – lain

Diagnosa V
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka operasi, infeksi nosokomial
Tujuan       : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil    :
ü  Tidak ada kemerahan, edema, pus dan bau pada luka operasi
ü  Tidak ada tanda dan gejala radang pada sekitar temapt pemasangan drain
ü  Lekosit darah normal
ü  Hasil kultur darah streil
Intervensi
ü  Observasi luka operasi dari tanda – tanda infeksi
ü  Monitor tanda – tanda vital setiap 3 jam
ü  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
ü  Gunakan tehnik steril dalam melakukan tindakan perawatan, irigasi dan penggantian balutan luka
ü  Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium ;darah rutin dan kultur darah
ü  Kolaborasi dalam peberian anti biotik

Diagnosa VI
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi dan pembatasan pergerakan
Tujuan       : rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil    :
ü  Bayi tidak gelisah
ü  Bayi dapat tertidur dengan nyenyak
Intervensi
ü  Kaji tanda dan gejala nyeri pada klien, setiap jam
ü  Catat dan laporkan jika bayi gelisah, takikardia
ü  Berikan rasa nyaman dengan menciptakan lingkungan yang tenang
ü  Atur posisi yang tidak menekan darah luka operasi
ü  Kolaborasi dalam pemberian analgesik dan kaji efek samping

I. Pelaksanaan Keperawatan
1.      Pengertian
Pelaksanaan adalah langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (A. Aziz Alimul Hidayat, 2004).
2.      Tahapan pelaksanaan
a.       Uraian persiapan meliputi :
1)      Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, kriteria yang harus dipenuhi yaitu sesuai dengan rencana tindakan, berdasarkan prinsip ilmiah, ditujukan pada individu sesuai dengan kondisi klien, digunakan untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik dan aman, memberi penyuluhan dan pendidikan kepada klien, penggunaan sarana dan prasarana yang memadai.
2)      Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan.
Perawat harus mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan tipe keterampilan yang diperlukan untuk tindakan keperawatan. Hal ini akan menentukan siapa orang yang tepat untuk melakukan tindakan keperawatan.
3)      Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul.
Prosedur tindakan keperawatan mungkin berakibat terjadinya resiko tinggi kepada klien. Perawat harus menyadari kemungkinan timbulnya komplikasi sehubungan dengan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan. Keadaan yang demikian ini memungkinkan perawat untuk melakukan pencegahan dan mengurangi resiko yang timbul.
4)      Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
Dalam mempersiapkan tindakan keperawatan, hal – hal yang berhubungan dengan tujuan harus dipertimbangkan yaitu waktu, tenaga dan alat.
5)      Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan.
Keberhasilan suatu tindakan keperawatan sangat ditentukan oleh perasaan klien yang aman dan nyaman. Lingkungan yang nyaman mencakup komponen fisik dan psikologis.
b.      Tindakan keperawatan dibedakan atas :
1)      Independen atau mandiri
Yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
2)      Interdependen atau kolaboratif
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya misalnya ahli gizi, fisioterapi, dokter, dsb.
3.      Pendokumentasian
Pada tahap pendokumentasian, hal yang harus dicatat adalah tindakan yang telah dilakukan, waktu (tanggal dan jam), paraf perawat.

J.Evaluasi
1.      Pengertian
Evaluasi adalah langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauhmana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
2.      Proses evaluasi
a.       Evaluasi Formatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera
b.      Evaluasi Sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi data analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan.
3.      Penentuan keputusan yang mengacu pada tujuan
Evaluasi juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah tujuan itu tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian.
a.       Tujuan tercapai
Tujuan ini dikatakan tercapai apabila klien telah menunjukkan perubahan dan kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b.      Tujuan tercapai sebagian
      Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari sebagai masalah atau penyebabnya.
c.       Tujuan tidak tercapai
Tujuan tidak tercapai apabila menunjukkan adanya perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar