Pengertian
Invaginasi adalah suatu keadaan dimana
intestinal dimasuki intestinal lainnya dari segmen dibawahnya , yang
mengakibatkan sumbatan/obstruksi pada lumen usus, ini terjadi karena adanya
infeksi karena bakteri, perubahan pola makan, kelainan congenital serta
perubahan cuaca (Dr. M.Husein.Farid M mantu/www.google//invaginasi.co.id)
Invaginasi merupakan
penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang
bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan
lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. (Dr. Niko. M
mana/www.google///obstruksi_usus.co.id)
Invaginasi
adalah keadaan masuknya segmen usus ke segmen bagian distalnya yang umumnya
akan berakhir dengan obstruksi usus (kapita selekta, 2000)
Dari ketiga
pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa Invaginasi adalah sumbatan
intestinal yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja yang
mempengaruhi dinding usus, infeksi karena bakteri, perubahan pola makan,
kelainan congenital serta perubahan cuaca, hal tersebut mengakibatkan
penyempitan lumen usus sehingga terjadi obstruksi usus.
B.
Patofisiologi
1.
Etiologi
Penyebab utama invaginasi
belum diketahui pasti. Namun banyak kepustakaan menghubungkan
dengan hypertrophied peyer's patches akibat
infeksi oleh virus, perubahan cuaca atau perubahan pola
makanan. Sedangkan invaginasi pada anak yang besar dan orang dewasa penyebabnya
adalah suatu kelainan patologis/kogenital (divertikel Meckel, polip, tumor).
2.
Perjalanan penyakit
Obstuksi Usus
Akumulasi gas
dan cairan
Di dalam lumen
Distensi Proliferasi
bakteri yang berlangsung Kehilangan
cairan
Cepat dan
elektrolit
Tekanan intralumen meningkat
Iskemia dinding usus
Kehilangan cairan menuju
ruang peritoneum
Pelepasan bakteri dan toksin
dari usus yang nekrotik ke
dalam peritoneum dan sirkulasi
sistemik
Peritonitis Syok
hipovolemik
Septikemia
Invaginasi merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena
adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus
terganggu.Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi). Sumbatan usus dan
distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya
hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas
semakin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat
sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal
sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti-peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi
serangan kolik abdomen dan muntah – muntah. Pada obstruksi usus yang lanjut,
peristaltik mudah hilang oleh karena dinding usus
kehilangan kontraksinya. Pada saat ini gambaran
kliniknya dapat dikenal dengan gangguan kolik menghilang, distensi usus berat,
gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, serta dehidrasi berat. Pada
obstruksi usus dengan strangulasi, terjadi keadaan gangguan
pendarahan dinding usus yang menyebabkan nekrosis/gangguan dinding usus. Bahaya umum dari keadaan ini adalah
sepsis/toxinemia.
3.
Tanda dan gejala
a. Nyeri kolik hebat yang timbul mendadak,
hilang timbul, sering kumat dan disertai dengan rasa tersiksa yang
menggelisahkan. Pada anak akan menangis keras.
b. Lemah dan lesu
c. Kenaikan suhu tubuh sampai 410C
(106 F)
d. Nadi lemah dan kecil
e. Muntah terjadi pada fase awal
dan pada fase selanjutanya bercampur dengan cairan empedu.
f. Tinja sering tidak ada, flatus
jarang atau tidak ada dan darah pada umumnya sering terjadi pada 12 jam
pertama, tetapi kadang – kadang tidak keluar sampai 1 – 2 hari, 60% bayi akan
mengeluarkan tinja bercampur darah berwarna merah dan mukus (tinja jelly
kismis)
g. Abdomen membesar, mengeras, kembung dan
nyeri tekan hebat pada palpasi abdomen kanan atas.
h. Peristaltik usus kadang cepat atau lambat
4.
Komplikasi
a. Infeksi
b. Perdarahan
c. Anemia
d. Syok
e. Penurunan kesadaran
f. Kematian
C.
Penatalaksanaan
1.
Tes diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pada klien invaginasi dijumpai
leukosit meningkat.
b.
Foto rontgen
Secara
klinik obstruksi ileus umumnya mudah ditegakkan. 90% obstruksi ileus ditegakkan secara
tepat hanya dengan berdasarkan gambaran klinisnya saja. Pada foto polos
abdomen, 60--70% dapat dilihat adanya pelebaran usus dan hanya 40% dapat
ditemukan adanya air-fluid level. Walaupun
pemeriksaan radiologi hanya sebagai pelengkap saja,
pemeriksaan sering diperlukan pada obstruksi ileus yang sulit
atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya pada
masa pra-bedah. Beberapa tanda radiologik yang khas
untuk obstruksi ileus
adalah
pengumpulan gas dalam lumen usus yang melebar, penebalan valvulae coniventes
yang memberi gambaran fish bone appearance, pengumpulan cairan dengan gambaran
khas air-fluid level. Pada obstruksi
yang cukup lama, beberapa air fluid level Roem berikan gambaran huruf U terbalik.
2. Terapi
a. Pemberian antipiretik untuk mengatasi demam
b. Anti nyeri untuk mengatasi rasa nyeri
hebat
c. Intake parenteral biasa ringer laktat dan
KAEN 3B
d. Pemberian tranfusi darah
D.
Konsep tumbuh kembang
1.
Pengertian pertumbuhan dan
perkembangan
a. Pertumbuhan adalah berkaitan
dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran sel, organ, individu yang
dapat di ukur dengan ukuran besar (gram, pound, kg), ukuran panjang dengan
meter (Ngastiyah, 2005).
b. Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam fungsi dan struktur yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses
diferensiasi sel – sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai interaksi dengan
lingkungan (Ngastiyah, 2005).
2.
Pertumbuhan dan perkembangan anak
usia todler (1 – 3 tahun)
a.
Pertumbuhan
1) Rata – rata todler bertambah
tinggi sekitar 7,5 cm per tahun, tinggi badan pada usia 2 tahun adalah setengah
dari tinggi dewasa yang diharapkan.
2) Berat badan
a) Rata – rata pertumbuhan berat badan todler
adalah 1,8 – 2,7 kg per tahun.
b) Rata – rata berat badan todler usia 2
tahun adalah 12,3 kg.
b.
Perkembangan
1) Motorik kasar pada anak usia
todler
a) Mengendarai sepeda roda tiga
b) Melompat dari langkah dasar
c) Berdiri pada satu kaki untuk
beberapa detik
d) Menaiki tangga dengan kaki
bergantian, dapat tetap turun dengan menggunakan kedua kaki untuk melangkah
e) Melompat panjang
2) Motorik halus
a) Membangun menara dari 9 atau 10
kotak
b) Dalam menggambar, meniru lingkaran, meniru
silangan, menyebutkan apa yang telah digambarkan.
3) Bahasa
a) Mempunyai perbendaharaan kata
kurang lebih 900 kata
b) Menggunakan kalimat lengkap dari 3
sampai 4 kata
c) Mengulang kalimat dari 6 suku kata
d) Mengajukan banyak pertanyaan
4) Sosialisasi
a) Makan sendiri
b) Dapat menyiapkan makanan sendiri
seperti sereal dan susu dingin
c) Merasa takut, khususnya pada kegelapan dan
pergi tidur.
d) Mengetahui jenis kelamin sendiri dan jenis
kelamin orang lain
5) Kognitif
a) Egosentris dalam berpikir dan
berperilaku.
E.
Konsep hospitalisasi pada anak
todler
1.
Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu proses
yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk
tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya
kembali ke rumah (Yupi Supartini, 2004).
2.
Reaksi anak usia todler terhadap
hospitalisasi
Anak usia todler bereaksi terhadap
hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya. Sumber stres yang utama adalah
cemas akibat perpisahan. Respon perilaku yang ditimbulkan dibedakan menjadi
tiga yaitu :
a. Protes
Menangis verbal pada orang tua,
serangan verbal pada orang lain (misalnya menendang, menggigit, memukul,
mencubit, mencoba untuk lari mencari orang tua, memegang erat orang tua dan
secara fisik mencoba untuk memaksa orang tua untuk tetap tinggal).
b. Putus asa
Tidak aktif, sedih, depresi, tidak
tertarik pada lingkungan, tidak komunikatif, mundur ke prilaku sebelumnya
(misalnya : menghisap ibu jari, mengompol), kehilangan keterampilan bahasa.
c. Pelepasan
Hampir sama dengan bayi, perilaku regresif lebih
sedikit. Oleh karena adanya pembatasan terhadap pergerakan, anak akan
kehilangan kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak akan menjadi tergantung
pada lingkungannya. Akhirnya anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya
atau regresi. Terhadap perlukaan yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena
mendapatkan tindakan invasif seperti injeksi, infus, pengambilan darah anak
akan menangis, menggigit bibirnya dan memukul. Walaupun demikian, anak akan
menunjukkan lokasi rasa nyeri dan mengkomunikasikan rasa nyerinya.
3.
Reaksi orang tua dan saudara
kandung terhadap hospitalisasi
a. Perasaan cemas dan takut
Orang tua akan merasa begitu cemas dan takut pada
kondisi anaknya. Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak
mendapat prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus,
dilakukan fungsi lumbal, dan prosedur invasif lainnya. Seringkali pada saat
anak harus dilakukan prosedur tersebut, orang tua akan menangis karena tidak
tega melihat anaknya.
b. Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama
karena kondisi terminal orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan
anaknya untuk sembuh. Bahkan perasaan pada saat menghadapi anaknya yang
menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan dialami orang tua.
c. Perasaan frustasi
Pada kondisi anak yang telah
dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak
adekuatnya pendukung psikologis yang diterima orang tua baik dari keluarga
maupun kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustasi.
Oleh karena itu, seringkali orang tua menunjukkan perilaku tidak kooperatif,
putus asa, menolak tindakan, bahkan
menginginkan pulang paksa.
F.
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama dari proses
keperawatan di mana data dasar di kumpulkan terdiri darai data subyektif dan
obyektif. Data dasar pasien adalah komplikasi data yang dikumpulkan tentang
pasien, data dasar pasien terdiri dari riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik
dan hasil pemeriksaan diagnostik. Data yang dikumpulkan pada anak dengan
invaginasi yaitu ditemukannya adanya keluhan nyeri abdomen hebat yang
menyebabkan anak berteriak dan menekukkan lututnya ke abdomen, memuntahkan isi
lambung, abdomen distensi dan nyeri tekan, kemungkinan dengan massa yang dapat
dipalpasi.
G.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan literatur kelompok
membagi 2 segmen diagnosa yaitu diagnosa preoperatif dan diagnosa postoperatif.
Diagnosa pre operatif :
1. Resiko tinggi terjadi penyulit
sebelum , selama dan sesudah operasi
2. Resiko tinggi gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan puasa
3. Cemas pada orang tua berhubungan
dengan takut resiko operasi, anestesi dan hasil setelah operasi.
4. Resiko tinggi gangguan
keseimbangan cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah,
puasa, kehilangan cairan melalui N.G.T dan kehilangan darah melalui anus.
Diagnosa post operasi
1. Resiko tinggi pola napas tidak efektif
berhubungan dengan efek anestesi
2. Resiko tinggi kekurangan /kelebihan volume
cairan tubuh berhubungan dengan kekurangan /kelebihan cairan selama operasi
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake oral setelah operasi
4. Perubahan peran orang tua berhubungan
dengan cemas
5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan
masuknya kuman pada luka operasi, infeksi nosokomial
6. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan adanya luka operasi dan pembatasan pergerakan
H.
Rencana Keperawatan
Berdasarkan literatur kelompok
menemukan bahwa ada 2 segmen diagnosa yaitu diagnosa preoperatif dan diagnosa
post operatif
Diagnosa keperawatan Pre Operasi
Diagnosa I
Cemas pada orang tua berhubungan dengan takut
resiko operasi, anestesi dan hasil setelah operasi.
Tujuan : tidak ada kecemasan pada orang tua
Kreiteri Hasil :
ü orang tua mengatakan menerima bila anaknya
dioperasi dan dilakukan anestesi
ü Orang tua secara verba mengtakan takut,
bertanya dan membuat rencana yang tepat pada anaknya.
Intervensi :
ü Kolaborasi dalam memberikan informasi
tentang operasi dan anestesi
ü Dorong orang tua untuk mengekspresikan
perasaanya tentang operasi pada anaknya
ü Identifikasi dan klarifikasi perbendaan
persepsi
ü Jelaskan bahwa rasa cemas itu normal
ü Ikut sertakan orang yang dianggap dekat
hubunganya dengan keluarga pasien
ü Jelaskan pengobatan dan
perawatan yang khusus pada jam – jam pertama setelah operasi
ü Jelaskan kapan dan bagaimana orang tua
dapat mengunnjugi anaknya
Diagnosa II
Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan :
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, puasa, kehilangan cairan
melalui N.G.T dan kehilangan darah melalui anus.
Tujuan :
tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
Kriteria hasil :
ü Hidrasi (status cairan) baik
ü Selaput mukosa lembab
ü Produksi urin 1 – 2 ml/Kg BB/jam
ü Tekanan darah dan denyut jantung normal
ü Intake output seimbang, berat badan stabil
ü Tidak ada muntah dan diare
ü Suhu tubuh 36,50C –
37,20C
ü Ubun – ubun besar rata, turgor kulit
elastis
Intervensi :
ü Monitor intake, output
ü Monitor tanda – tanda vital setiap 3 jam
ü Timbang berat badan setiap hari
ü Hitung produksi urin
ü Kajji dan catat adanya muntah /
perdarahan di anus
ü Kolaborasi dalam pemberian cairan
intravena
ü Kolaorasi dalam pemeriksaan laboratorium
Diagnosa III
Resiko tinggi gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan puasa
Tujuan :
kabutuhan nutrisi terpenuhi
Kreteria hasil :
ü Berat badan tidak turun lebih dari 10%
ü Gula darah dalam batas normal
ü Elektrolit darah dalam batas normal
ü Tidak ada edema
Intervensi :
ü Timbang badan setiap hari
ü Berikan cairan parenteral, TPN sesuai
program
ü Pertahankan kepatenan infus
ü Kolaborasi dalam peeriksaan laboratorium,
gula darah dan elektrolit
Dignosa IV
Resiko tinggi terjadi penyulit sebelum , selama
dan sesudah operasi
Tujuan :
tidak terjadi penyulit sebelum, selama dan sesudah operasi
Kritria hasil :
ü Orang tua menanda tangani ijin operasi
ü Tidak ada perdarahan selama operasi
ü Tidak terjadi aspirasi selama operasi
Intervensi :
ü Berikan informasi tentang persiapan
operasi pada oranh tua
ü Siapkan informed consent (Izin operasi)
ü Siapkan dan kirimkan formulir permintaan
operasi dikamar operasi
ü Puaskan klien kurang lebih 4 jam sebelum
operasi
ü Ukur tanda – tanda vital
Kolaborasi dalam
ü Persiapan darah
ü Pemeriksaan laboratorium, darah rutin,
waktu pembekuan, waktu perdarahan, PT,APTT, elektrolit dan lain – lain
ü Kolabirasi pemberian vitamin K1, 1 mg 1M
Keperawatan Post operasi
Diagnosa I
Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan
dengan efek anestesi
Tujuan :
pola napas efektif
Kriteria hasil :
ü Jalan napas bersih, tidak ada apnue, tidak
ada retraksi dada
ü Frekwensi napas 20 – 40 x/menit
ü Warna kulit kemerahan
ü Pa.02 AGD 90 – 100 mmHg
ü Suara paru bersih
Intervensi
ü Pertahankan kepatenan jalan napas
ü Isap lendir kalau perlu
ü Berikan 02 sesuai kebutuhan
pasien
ü Ukur Sa02 kalau perlu
ü Pasang NGT untuk mengurangi kembung dan
meningkatkan pertukaran gas yang adekuat
ü Kaji perifer dari tanda – tanda pucat dan
sianosis setiap 15 – 30 menit
ü Monitor tanda – tanda vital setiap 3 jam
ü Kolaborasi dalam pemeriksaan ; analisa gas
darah dan elektrolit
ü Lain – lain
Diagnosa II
Resiko tinggi kekurangan /kelebihan volume cairan
tubuh berhubungan dengan kekurangan /kelebihan cairan selama operasi
Tujuan :
status jantung 100 – 120 x/menit
Kriteria Hasil
ü Produksi urin 1 – 2 ml/kgbb/jam
ü Tidak ada edema
ü Turgor kulit elastis
ü Tidak ada muntah, perdarahan dari luka
operasi
ü Intake, out put seimbang
ü Hb dan Ht normal
ü Elektrolit darah dalam batas normal
Intervensi
ü Monitor kekuatan dan iraa nadi
ü Hitung produksi urin setiap shift
ü Ukur tekanan darah setiap 3 jam
ü Kaji turgor kulit dan adanya edema
ü Kaji adanya muntah dan
perdarahan pada luka operasi
ü Monitor intake, out put
ü Kaji tempat pemasangan infus dari tanda –
tanda kemerahan dan bengkak
ü Kolaorasi dalam pemeriksaan laboratorium
darah rutin dan elektrloit
ü Lain – lain
Diagnosa III
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake oral setelah operasi
Tujuan :
kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi
Kriteria hasil :
ü Berat badan sesuai dengan usia anak
ü Kadar gula darah dan elektrolit dalam
batas normal
Intervensi
ü Timbang berat badan setiap hari
ü Kaji adanya retensi cairan edema
ü Pertahankan kepatenan infus
ü Berikan cairan intravena sesuai program
ü Observasi iritablitas, tremor
yang berhubungan hipokalsemia
ü Kaji tingkat aktifitas dan kelemahan
ü Berikan cairan /nutrisi melalui sonde atau
TPN
ü Kolaborasi dalam pemeriksaan kadar gula
darah dan elektrolit
Diagnosa IV
Perubahan peran orang tua berhubungan dengan cemas
Tujuan :
peran orang tua optimal
Kriteria hasil ;
ü Orang tua secara verbal mengatakan
persepsi yang nyata
ü Orang tua mengunjugi, menyentuh mengendong
dan menenangkan anaknya
Intervensi
ü Jelaskan mengenai penyakit anaknya alasan
operasi dan proses operasi
ü Berikan perhatian dan dengarkan keluhan
yang diutarakan oleh orang tua pasien
ü Anjurkan ornag tua untuk mengunjungi
menyentuh menggendong danmemberikan ASI sesuai dengan kondisi anaknya
ü Lain – lain
Diagnosa V
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan
masuknya kuman pada luka operasi, infeksi nosokomial
Tujuan :
tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
ü Tidak ada kemerahan, edema, pus
dan bau pada luka operasi
ü Tidak ada tanda dan gejala radang pada
sekitar temapt pemasangan drain
ü Lekosit darah normal
ü Hasil kultur darah streil
Intervensi
ü Observasi luka operasi dari tanda – tanda
infeksi
ü Monitor tanda – tanda vital setiap 3 jam
ü Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi
ü Gunakan tehnik steril dalam melakukan
tindakan perawatan, irigasi dan penggantian balutan luka
ü Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
;darah rutin dan kultur darah
ü Kolaborasi dalam peberian anti biotik
Diagnosa VI
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
adanya luka operasi dan pembatasan pergerakan
Tujuan :
rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil :
ü Bayi tidak gelisah
ü Bayi dapat tertidur dengan nyenyak
Intervensi
ü Kaji tanda dan gejala nyeri pada klien,
setiap jam
ü Catat dan laporkan jika bayi gelisah,
takikardia
ü Berikan rasa nyaman dengan menciptakan
lingkungan yang tenang
ü Atur posisi yang tidak menekan darah luka
operasi
ü Kolaborasi dalam pemberian analgesik dan
kaji efek samping
I.
Pelaksanaan Keperawatan
1. Pengertian
Pelaksanaan adalah langkah keempat
dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan (A. Aziz Alimul Hidayat, 2004).
2. Tahapan pelaksanaan
a. Uraian persiapan meliputi :
1) Review tindakan keperawatan yang
diidentifikasi pada tahap perencanaan
Dalam melaksanakan tindakan
keperawatan, kriteria yang harus dipenuhi yaitu sesuai dengan rencana tindakan,
berdasarkan prinsip ilmiah, ditujukan pada individu sesuai dengan kondisi
klien, digunakan untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik dan aman, memberi
penyuluhan dan pendidikan kepada klien, penggunaan sarana dan prasarana yang
memadai.
2) Menganalisa pengetahuan dan
keterampilan keperawatan yang diperlukan.
Perawat harus mengidentifikasi
tingkat pengetahuan dan tipe keterampilan yang diperlukan untuk tindakan
keperawatan. Hal ini akan menentukan siapa orang yang tepat untuk melakukan
tindakan keperawatan.
3) Mengetahui komplikasi dari
tindakan keperawatan yang mungkin timbul.
Prosedur tindakan keperawatan
mungkin berakibat terjadinya resiko tinggi kepada klien. Perawat harus
menyadari kemungkinan timbulnya komplikasi sehubungan dengan tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan. Keadaan yang demikian ini memungkinkan
perawat untuk melakukan pencegahan dan mengurangi resiko yang timbul.
4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan
yang diperlukan
Dalam mempersiapkan tindakan keperawatan, hal –
hal yang berhubungan dengan tujuan harus dipertimbangkan yaitu waktu, tenaga
dan alat.
5) Mempersiapkan lingkungan yang
kondusif sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan.
Keberhasilan suatu tindakan keperawatan
sangat ditentukan oleh perasaan klien yang aman dan nyaman. Lingkungan yang
nyaman mencakup komponen fisik dan psikologis.
b. Tindakan keperawatan dibedakan
atas :
1) Independen atau mandiri
Yaitu suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga
kesehatan lainnya.
2) Interdependen atau kolaboratif
Yaitu suatu kegiatan yang
memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya misalnya ahli gizi,
fisioterapi, dokter, dsb.
3. Pendokumentasian
Pada tahap pendokumentasian, hal
yang harus dicatat adalah tindakan yang telah dilakukan, waktu (tanggal dan
jam), paraf perawat.
J.Evaluasi
1. Pengertian
Evaluasi adalah langkah terakhir
dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauhmana tujuan
dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
2. Proses evaluasi
a. Evaluasi Formatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan
pada saat memberikan intervensi dengan respon segera
b. Evaluasi Sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil
observasi data analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan
yang direncanakan pada tahap perencanaan.
3. Penentuan keputusan yang mengacu
pada tujuan
Evaluasi juga sebagai alat ukur
suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah tujuan
itu tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian.
a. Tujuan tercapai
Tujuan ini dikatakan tercapai
apabila klien telah menunjukkan perubahan dan kemajuan yang sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Tujuan
ini dikatakan tercapai sebagian apabila tidak tercapai secara keseluruhan
sehingga masih perlu dicari sebagai masalah atau penyebabnya.
c. Tujuan tidak tercapai
Tujuan tidak tercapai apabila
menunjukkan adanya perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang
diharapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar