BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
KONSEP
DASAR
1.
Definisi
Fistel atau
fistula merupakan saluran yang berasal dari rongga atau tabung normal
kepermukaan tubuh atau ke rongga lain,
fistula ini diberi nama sesuai dengan hubunganya (misalnya : rekto-vaginal,
kolokutaneus) (Sylvia A. Price, 2005).
Fistula adalah
suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga internal atau
antara organ berongga internal dan dengan tubuh bagian luar. Nama fistula
menandakan kedua area yang berhubungan secara abnormal (Suzanne C. Smeltzer.
2001).
Fistula adalah
sambungan abnormal diantara dua permukaan epitel (Chris Brooker. 2008).
Dari ketiga
definisi diatas, penulis menyimpulkan fistula adalah saluran abnormal yang
menghubungkan dua organ tubuh atau rongga tubuh pada kulit.
2.
Klasifikasi
fistula
a. Klasifikasi
klinis
1) Fistel
enterocutaneous
adalah
bagian dinding GI tract yang terbuka sehingga menyebabkan keluarnya isi perut
dan keluarnya melalui kulit
2)
enterovesicular yaitu vesikovaginal
dan uretrovaginal
fistula
vesikovaginal adalah ostium antara kandung kemih dan vagina sedangkan fistula
uretrovaginal adalah ostium antara ureta dan vagina. Fistula pada bagian ini
dapat mengakibatkan sering terjadinya infeksi saluran kemih.
3)
Fistula rektovaginalis
adalah
suatu ostium antara rectum dan vagina atau merupakan alur granulomatosa kronis
yang berjalan dari anus hingga bagian luar kulit anus, atau dari suatu abses
anus atau daerah perianal
4)
fistula enterocolic
saluaran
yang melibatkan usus besar atau kecil
3.
Patofisiologi
a. Etiologi
Kebanyakan
fistula merupakan hasil dari operasi pembedahan. Atau penyebab lain meliputi :
proses peradangan, seperti infeksi atau “inflammatory
bowel disease”, melahirkan dan terapi radiasi.
b. Perjalanan
penyakit
Salah satu
etiologi dari terbentuknya fistel adalah dari pembedahan. Biasanya karena
terjadi kurangnya ke sterilan alat atau kerusakan intervensi bedah yang merusak
abdomen. Maka kuman akan masuk kedalam
peritoneum hingga terjadinya peradangan pada peritoneum sehingga
keluarnya eksudat fibrinosa (abses), terbentuknya abses biasanya disertai
dengan demam dan rasa nyeri pada lokasi abses.
Infeksi biasanya
akan meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita jaringan
(perlengketan/adesi), karena adanya perlengketan maka akan terjadinya kebocoran
pada permukaan tubuh yang mengalami perlengketan sehingga akan menjadi sambungan abnormal
diantara 2 permukaan tubuh. Maka dari dalam fistel akan meneluarkan drain atau
feses.
Karena
terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami perlengketan maka akan
menyumbat usus dan gerakan peristaltik usus akan berkurang sehingga cairan akan
tertahan didalam usus halus dan usus besar (yang bisa menyebabkan edema), jika
tidak di tangani secara cepat maka cairan akan merembes kedalam rongga
peritoneum sehingga terjadinya dehidrasi.
c. Manifestasi
klinis
Gejala-gejala tergantung
pada kekhususan defek.
1) Urin
dapat terus merembas kedalam vagina atau terdapat inkontinens fekal dan flatus
dikeluarkan, melalui vagina (terjadi pada fistula rektovaginal).
2) Keluarnya
isi perut/feces dan flatus melalui kulit yang terbuka (terjadi pada fistula
enterocutaneous)
3) Nyeri
4) Gatal
5) Demam
d. Komplikasi
Komplikasi yang
mungkin adalah malnutrisi dan dehidrasi, bergantung pada lokasi intestinum yang
terbemtuk fistula. Fistula juga dapat menjadi sumber problema kulit dan
infeksi. Komplikasi lain yang mungkin tarjadi :
1) Respon
immun menurun
2) Resiko
penyebaran infeksi
3) Penyembuhan
luka lebih lama
4) Dehidrasi
5) Motilitas
usus
6) Edema
4. Penatalaksanaan medis
Pengobatan untuk
fistula bervariasi tergantung pada lokasi dan beratnya gejala. Penatalaksanaan
disini tujuannya adalah menghilangkan fistula, infeksi dan ekskoriasi dengan
cara :
a. Pembedahan
pada fistula vesikovaginal dan fistula uretrovaginal atau pada abdomen untuk
fistula yang lebih tinggi dalam abdomen.
b. Non-bedah
jika fistula merupakan akibat dari karsinoma, tuberkolosis, penyakit crohn atau
colitis, maka penyakit primer harus diterapi dengan tepat agar lesi ini sembuh.
Kebanyakan ahli bedah menolak melakukan operasi anorektum pada pasien dengan
penyakit peradangan usus, karena kekambuhan local dan kegagalan penyembuhan
luka.
c. Diet
enteral
Yaitu suatu
nutrisi cair yang diambil melalui mulut atau diberikan melalui tabung pengisi.
Dimana formula ini menggantikan makanan padat cair dan mengandung nutrisi
penting. (biasanya diet ini diresepkan untuk, fistula enterocutaneous, enterovesicular
dan enterovaginal).
d. Pemberian
obat-obatan
Biasanya obat
flagly (antibiotik) dan immunosuppressant.
B.
ASUHAN
KAPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Aktivitas
dan istirahat
Gejala :
Kelemahan,
kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare.
Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek
proses penyakit.
b. Sirkulasi
Tanda :
Takikardia
(respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri). Kemerahan, area
ekimosis (kekurangan vitamin K). Tekanan darah : hipotensi, termasuk postural.
Kulit/membran mukosa : turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi).
c. Integritas ego
Gejala :
Ansietas,
ketakutan misalnya : perasaan
tak berdaya/tak ada harapan. Faktor stress
akut/kronis misalnya : hubungan dengan keluarga dan pekerjan, pengobatan yang
mahal.
Tanda :
Menolak,
perhatian menyempit, depresi.
d.
Eliminasi
Gejala
:
Tekstur feses
bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau
berair. Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering
tak dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali defekasi/hari); perasaan dorongan/kram
(tenesmus); defekasi darah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar feses.
Pendarahan per rektal. Riwayat batu ginjal (dehidrasi).
Tanda
:
Menurunya bising
usus, tak adanya peristaltik atau adanya peristaltik yang dapat dilihat di
hemoroid, fisura anal (25 %), fistula perianal.
e.
Makanan
dan cairan
Tanda
:
Anoreksia, mual
dan muntah. Penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diit/sensitif : buah
segar/sayur, produk susu, makanan berlemak.
Gejala
:
Penurunan lemak,
tonus otot dan turgor kulit buruk. Membran mukosa bibir pucat; luka, inflamasi
rongga mulut.
f.
Hygiene
Tanda :
Ketidakmampuan
mempertahankan perawatan diri. Stomatitis menunjukan kekurangan vitamin. Bau
badan.
g.
Nyeri
dan kenyamanan
Gejala
;
Nyeri/nyeri
tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi), titik nyeri
berpindah, nyeri tekan (atritis).
Tanda
:
Nyeri tekan
abdomen/distensi.
h.
Keamanan
Gejala
;
Riwayat lupus
eritematosus, anemia hemolitik, vaskulitis. Arthritis (memperburuk gejala
dengan eksaserbasi penyakit usus). Peningkatan suhu 39-40°Celcius (eksaserbasi
akut). Penglihatan kabur, alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan
histamine kedalam usus dan mempunyai efek inflamasi).
Tanda
:
Lesi kulit
mungkin ada misalnya : eritema nodusum (meningkat, nyeri tekan, kemerahan dan
membengkak) pada tangan, muka; pioderma ganggrenosa (lesi tekan purulen/lepuh
dengan batas keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki.
i.
Seksualitas
Gejala
:
Frekuensi
menurun/menghindari aktivitas seksual.
j.
Interaksi
sosial
Gejala
:
Masalah
hubungan/peran sehubungan dengan kondisi. Ketidak mampuan aktif dalam sosial.
k.
Penyuluhan
dan pembelajaran
Gejala
:
Riwayat keluarga
berpenyakit inflamasi usus.
2.
Diagnosa
keperawatan
Diagnosa
keperawatan pre operasi :
a. Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan. Interpretasi informasi.
b. Ketakutan/ansieatas
berhubungan dengan krisis situasional, ketidak akraban dengan lingkungan. Ancaman
kematian; perubahan pada status kesehatan, berpisah dengan sistem pendukung
yang biasa.
c. Resiko
tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kondisi interaktif diantara individu
dan lingkungan, lingkungan eksternal, misalnya : struktur fisik.
d. Resiko
tinggi terhadap infeksi kulit yang rusak, trauma jaringan, statis jaringan
tubuh.
Diagnosa
keperawatan post operasi :
a. Diare
berhubungan inflamasi, iritasi atau mal absorbsi usus, adanya toksin,
penyempitan segmental lumen.
b. Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak melalui rute
normal (diare berat, muntah), status hipermetabolik, pemasukan terbatas (mual).
c. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguanpenyerapan
nutrisi, status hipermetabolik, secara medik masukan dibatasi : takut makanan
yang dapat menyebabkan diare.
d. Ansietas
berhubungan dengan faktor psikologis/rangsang simpatis (proses inflamasi),
ancaman konsep diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan, status
sosioekonomis, fungsi peran, pola interaksi.
e. Nyeri
berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit/jaringan,
ekskoriasi fisura perirektal, fistula.
f. Koping
individu tak efektif berhubungan dengan stressor besar, pengulangan periode
waktu, proses penyakit yang tak diduga, kerentanan pribadi, nyeri hebat, kurang
tidur, istirahat, krisis situasi, tidak adekuat metode koping; kurang sistem
pendukung.
g. Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber.
3.
Perencanaan/intervensi
a. Diare
berhubungan dengan inflamasi, iritasi atau mal absorbsi usus,adanya toksin,
penyempitan segmental lumen.
Tujuan :
Diare dapat
teratasi
Kriteria hasil :
1) Melaporkan
penurunan frekuensi defekasi
2) konsistensi
kembali normal
intervensi :
1) Observasi
dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.
Rasional : membantu
membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
2) Tingkatkan
tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur.
Rasional : Istirahat
menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau
pendarahan sebagai kompikasi. Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda dan
dapat tak terkontrol, penigkatan risiko inkontinensia/jatuh bila alat-alat
tidak dalam jangkauan tangan.
3) Buang
feses dengan cepat. Berikan pengharum ruangan.
Rasional :
Menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu pasien.
4) Identifikasi
makanan dan cairan yang mencetuskan diare, misalnya : sayuran segar dan buah,
sereal, bumbu, minuman karbonat dan produk susu.
Rasional :
Menghindarkan iritan meningkatkan istirahat usus.
5) Mulai
lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap. Tawarkan minuman jernih tiap
jam; hindari minuman dingin.
Rasional :
Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsang
makanan/cairan. Makan kembali secara bertahan cairan mecegah kram dan diare
berulang.; namun cairan dingin dapat meningkatkan motilitas usus.
6) Berikan kesempatan untuk menyatakan frustasi
sehubungan dengan proses penyakit.
Rasional :.
Adanya penyakit dengan penyebab tak terkethui sulit untuk sembuh dan yang
memerlukan intervensi bedah dapat menimbulkan reaksi stress yang dapat
memperburuk situasi.
7) Observasi
demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas,
dan kelesuan.
Rasional : Tanda
bahwa toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan terjadi/telah
terjadi memerlukan intervensi medik segera
Kolaborasi
8) Berikan
obat sesuai indikasi : Antikolinergik contoh belladonna tinkur, atropin,
difenoksilat (Lemotil); anodin supositoria.
Rasional :
Menurunkan motilitas/peristaltik GI dan menurunkan sekresi digestif untuk
menghilngkan kram dan diare. Catatan: Penggunaan dengan hati-hati pada KPU kaena
dapat mencetuskan toksik megakolon.
9) Antibiotik
Rasional :
Mengobati infeksi supuratif lokal.
10) Bantu/siapkan
intervensi bedah.
Rasional :
Mungkin perlu bila perforasi atau obstruksi usus terjadi atau penyakit tidak
berespon terhadap pengobatan medik.
b. Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak melalui
rute normal (diare berat, muntah), status hipermetabolik, pemasukan terbatas
(mual).
Tujuan :
Resiko tinggi
kekurangan volume cairan tidak terjadi
kriteria hasil :
1) Mempertahankan
volume cairan adekuat (membrane mulosa lembab, turgor kulit baik, pengisian
kapiler baik)
2) Tanda-tanda
vital stabil
3) Keseimbangan
masukan dan haluaran dengan urin normal dalam konsentrasi/jumlah.
Intervensi :
1) Awasi
masukan dan haluaran, karakter, dan jumlah faces; perkirakan kehilangan yang
tak terlihat, mis., berkeringat. Ukur berat jenis urine; observasi oliguria.
Rasional : memberikan
informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus
juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
2) Kaji
tanda vital (TD, nadi, suhu)
Rasional :
hipotensi (termasuk postural), takikardia, demam, dapat menunjukan respon
terhadap dan/atau efek kehilangan cairan.
3) Observasi
kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian
kapiler lambat
Rasional :
menunjukan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
4) Ukur
berat badan tiap hari.
Rasional :
indikasi cairan dan status nutrisi.
5) Pertahankan
pembatasan per oral, tirah baring; hindari kerja
Rasional : kolon
di istirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.
6) Observasi
pendarahan dan tes feses tiap hari unuk adanya darah samar.
Rasional : diet
tak adekuat dan penurunan absorpsi dapat menimbulkan defisiensi vitamin K dan
merusak koagulasi , potensial resiko pendarahan.
7) Catat
kelemahan otot umum atau disritmia jantung.
Rasional :
kehilangan usus berlebihan dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit
misalnya : kalium, yang perlu untuk fungsi tulang dan jantung. Gangguan minor
pada kadar serum dapat mengakibatkan adanya dan gejala ancaman hidup.
kolaborasi
8) Berikan
cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi.
Rasional :
mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk
memperbaiki kehilangan/anemia. Catatan : cairan mengandung natrium dapat
dibatasi pada adnya enteritis regional.
9) Awasi
hasil laboraturium, contih elektrolit (khususnya kalium, magnesium) dan GDA (keseimbanga
asam-basa).
Rasional :
menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi.
10) Berikan
obat sesuai indikasi.
Rasional :
mengoptimalkan evaluasi.
c. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi
nutrient, status hipermetabolik, secara medik masukan dibatasi : takut makanan
yang dapat menyebabkan diare.
Tujuan :
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria hasil :
1) Menunjukan
berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai sasaran.
2) Hasil
nilai laboratorium normal.
3) Tak
ada tanda malnutrisi.
Intervensi :
1) Timbang
berat badan tiap hari.
Rasional :
memberikan informasi tentang kebutuhan diit/keefektifan terapi.
2)
Dorong tirah baring
dan/atau pembatasan aktifitas selama fase sakit akut.
Rasional
: menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
3)
Anjurkan istirahat
sebelum makan.
Rasional
: menenangkan peeristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
4)
Berikan kebersihan oral.
Rasional
: mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
5)
Sediakan makanan dalam variasi
yang baik, lingkungan yang menyenangkan.
Rasional
: lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.
6)
Batasi makanan yang
dapat menyebabkan kram abdomen, flatus (susu).
Rasional
: mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala
7)
Catat masukan dan
perubahan simtamologi
Rasional
: memberikan rasa kontrol pada pasien
dan kesempatan untuk memilih makanan yang diingikan/dinikmati, dapat
meningkatkan masukan kolaborasi
8)
Pertahankan puasa
sesuai indikasi.
Rasional
: istirahat usus menurunkan peristaltic dan diare dimana menyebabkan malabsorpsi/kehilangan
nutrisi.
9)
Mulai/tambahkan diit
sesuai indikasi , misalnya : cairan jernih, makanan yang dihancurkan, rendah
sisa : tinggi, tinggi kalori dan rendah serat sesuai indikasi.
Rasional
: memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali proses pencernaan, protein
perlu untuk penyembuhan integritas jaringan. Rendah bulk menurunkan respon
peristaltik terhadap makanan.
10)
Berikan obat sesuai
indikasi (misalnya : vitamin B12)
Rasional
: malabsorpsi B12 akibat kehilangan nyata fungsi ileum. Penggantian mengatasi
depresi sumsum tulang karena proses inflamasi lama, meningkatkan produksi
SDM/memperbaiki anemia.
11)
Berikan nutrisi
parenteral total. Terapi IV sesuai indikasi.
Rasional
: program ini mengistirahatkan saluran GI sementara memberikan nutrisi penting.
d. Ansietas
berhubungan dengan faktor psikologis/ rangsang simpatis (proses inflamasi),
ancaman konsep diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan, status
sosioekonomis, fungsi peran, pola interaksi.
Tujuan :
Ansietas dapat
teratasi.
Kriteria hasil :
1)
Menunjukan rileks.
2) Melaporkan
penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani.
Intervensi :
1) Catat
petunjuk prilaku misalnya gelisah, peka rangsang, menolak, kurang.
Rasional : indikator
derajat ansietas/stress misalnya : pasien dapat merasa tidak terkontrol
dirumah, kerja/masalah pribadi. Stress dapat terjadi sebagai akibat gejala
fisik kondisi, juga reaksi lain.
2) Dorong
menyatakan perasaan. Berikan umpan balik.
Rasional : membuat
hubungan terapeutik. Membantu pasien/orang terdekat dalam mengidentifikasi
masalah yang menyebabkan stress. Pasien dengan diare berat dapat ragu-ragu
untuk meminta bantuan karena takut terhadap staf.
3) Tingkatkan perhatian mendengar pasien.
Rasional : validasi
bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stress/isolasi dan meyakini
bahwa “saya satu-satunya’’.
4) Berikan
informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan, misalkan, tirah
baring, pembatasan masukan per oral, dan prosedur.
Rasional : keterlibatan
pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu
menurunkan ansietas.
5) Berikan
lingkungan tenang dan istirahat.
Rasional :
memindahkan pasien dari stress luar meningkatkan relaksasi; membantu menurunkan
ansietas.
6) Dorong
pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian.
Rasional : tindakan dukungan dapat membantu pasien
merasa stress berkurang, memungkinkan energy untuk ditunjukan pada penyembuhan
atau perbaikan.
7) Bantu
pasien untuk mengidentifikasi/memerlukan prilaku koping yang digunakan pada
masa lalu.
Rasional :
perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada penerimaan masalah/stress saat ini,
meningkatkan rasa kontrol diri pasien.
8) Bantu
pasien belajar mekanisme koping baru, misalnya, teknik mengatasi stress,
keterampilan organisasi.
Rasional :
belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam menurunkan
stress dan ansietas, meningkatkan kontrol penyakit.
Kolaborasi
9) Beri
obat sesuai indikasi : sedatif, misalnya, barbiurat (Luminal): agen antiansietas,
misalnya diazepam (Valium).
Rasional : dapat
di gunakan untuk menurunkan memudahkan
istirahat.
10) Rujuk
pada perawat spesialis psikiatrik, pelayanan sosial, penasehat agama.
Rasional : dibutuhkan
bantuan tambahan untuk meningkatkan control dan mengatasi episode
akut/eksaserbasi dengan belajar untuk menerima penyakit kronis dan
konsekuensinya serta program terapi.
e. Nyeri
berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit/jaringan,
ekskoriasi fisura perirektal, fistula.
Tujuan :
gangguan rasa
nyaman nyeri dapat teratasi.
Kriteria hasil :
1) Melaporkan
nyeri hilang/terkontrol.
2) Tampak
rileks.
3) Mampu
tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi
:
1) Dorong
pasien untuk melaporkan nyeri.
Rasional : mencoba
untuk mentoleransi nyeri, dari pada meminta analgesik.
2) Kaji
laporan/kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas (skala
0-10). Selidiki dan laporkan perubahan karakteritas nyeri.
Rasional : nyeri
kolik hilang timbul pada penyakit chron. Nyeri sebelum defekasi sering terjadi
pada KU dengan tiba-tiba, dimana dapat berat dan terus menerus. Perubahan pada
karakteristik nyeri dapat menyebabkan penyebaran penyakit/terjadinya
komplikasi, misalnya fistula kandung kemih, perforasi, toksik megakolon.
3) Catat
petunjuk non verbal, misalnya : gelisah menolak untuk bergerak. Berhati-hati
dengan abdomen, menarik diri dan depresi. Selidiki perbedaan petunjuk verbal
dan non verbal.
Rasional :
bahasa tubuh/petujuk non verbal dapat secara psikologis dan fisiologik dan
dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi
luas/beratnya masalah.
4) Kaji
ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.
Rasional : dapat
menunjukan dengan tepat pencetus atau faktor pemberat ( seperti kejadian
stress, tidak toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya
komplikasi.
5) Izinkan
pasien untuk memulai posisi yang nyaman, misalnya : lutut fleksi.
Rasional :
menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa kontrol.
6) Beri
tindakan yang nyaman (misalnya : pijatan punggung, ubah posisi) dan aktifitas
senggang.
Rasional :
meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan meningkatkan
kemampuan koping.
7) Berikan
perawatan kulit, misalnya : salep sween, jel karaya, desitin.
Rasional :
Melindungi kulit dari asam usus, mencegah ekskoriasi.
8) Observasi
adanya fistula perianal.
Rasional :
fistula dapat terjadi dari erosi dan kelemahan dinding usus
9) Observasi/catat
distensi abdomen, peningkatan suhu, penurunan tekanan darah.
Rasional : dapat
menunjukan terjadinya obstruksi usus karena inflamasi, edema dan jaringan parut.
Kolaborasi
10) Lakukan
modifikasi diit sesuai resep, misalnya : memberikan cairan dan meningkatkan
makanan padat sesuai toleransi.
Rasional :
istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri, kram.
11) Berikan
obat sesuai indikasi; misalnya : analgesik.
Rasional : nyeri
dapat bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk memudahkan
istirahat adekuat dan penyembuhan.
f. Koping
individu tak efektif berhubungan dengan stressor besar, pengulangan periode
waktu, proses penyakit yang tak diduga, kerentanan pribadi, nyeri hebat, kurang
tidur, istirahat, krisis situasi, tidak adekuat metode koping; kurang sistem
pendukung.
Tujuan :
koping individu
kembali efektif.
Kriteria hasil :
1) Mengkaji
situasi saat ini dengan tepat.
2) Mengidentifikasi
perilaku koping tidak efektif dan konsekuensinya.
3) Mengakui
kemampuan koping sendiri.
4) Menunjukan
perubahan pola hidup yang perlu untuk membatasi/mencegah kejadian berulang.
Intervensi :
1) Kaji
pemahaman pasien/orang terdekat dan metode sebelumnya dalam menerima proses
penyakit.
Rasional :
tentang masalah saat ini. Ansietas dan masalah lain dapat mempengaruhi
penyuluhan/belajar pasien sebelumnya.
2) Tentukan
stress luar, misalnya : keluarga, teman, lingkungan kerja atau sosial.
Rasional :
stress dapat mengganggu respon saraf otonomik dan mendukung eksaserbasi
penyakit. Meskipun tujuan kemandirianpada pasien tergantung menjadi penambah stressor.
3) Berikan
kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan bagaimanan penyakit telah
mempengaruhi hubungan, termasuk masalah seksual.
Rasional :
stressor penyakit mempengaruhi semua area hidup dan pasien mengalami kesulitan
mengatasi perasaan lemah/nyeri sehubungan dengan kebutuhan hubungan/seksual.
4) Bantu
pasien mengidentifikasi keterampilan koping efektif secara individu.
Rasional :
penggunaan perilaku yang berhasil sebelumnya dapat membantu pasien menerima
situasi/rencana saat ini untuk masa datang.
5) Berikan
dukungan emosi : pertahankan bahasa tubuh yang tidak menghakimi bila merawat
pasien.
Rasional :
mencegah penguatan perasaan pasien tentang menjadi beban.
6) Berikan
periode tidur/istirahat tanpa gangguan.
Rasional :
kelelahan karena penyakit cenderung merupakan masalah berarti, mempengaruhi
kemampuan mengatasinya.
7) Dorong
penggunaan keterampilan menangani stress, misalnya teknik relaksasi, visualisasi,
bimbingan imajinasi, latihan nafas dalam.
Rasional :
memusatkan kembali perhatian, meningkatkan reaksasi dan meningkatkan kemampuan
koping.
Kolaborasi
8)
Masukan pasien/orang
terdekat dalam tim pertemuan untuk mengembangkan program individual.
Rasional
: meningkatkan kontinnuitas perawatan dan memampukan pasien/orang terdekat
untuk merasakan sebagai bagian perencanaan,memberikan mereka perasaan kontrol
dan meningkatkan kerja sama dalam program terapi.
9)
Berikan obat sesuai
indikasi : antipsikosis, agen antiansietas
Rasional
: bantuan dalam istirahat psikologik/fisik. Menghemat energi dan dapat
meningkatkan kemampuan koping.
10)
Rujuk ke sumber sesuai indikasi,
misalnya : pekerja sosial, perawat psikiatrik, penasehat agama.
Rasional
: dukungan tambahan dan konseling dapat membantu pasien/ orang terdekat
menerima stress khusus/area masalah.
g. Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber.
Tujuan :
Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan dapat teratasi.
Kriteria hasil :
1) Menyatakan
pemahaman proses penyakit, pengobatan.
2) Mengidentifikasi
situasi stress dan tindakan khusus untuk menerimanya.
3) Berpartisipasi
dalam program pengobatan.
4) Melakukan
perubahan pola hidup tertentu.
Intervensi :
1) Tentukan
persepsi pasien tentang proses penyakit.
Rasional :
membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu.
2) Kaji
ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang menimbulkan gejala
dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor pendukung, dorong pertanyaan.
Rasional : faktor
pencetus/pemberat individu; sehingga kebutuhan pasien untuk waspada terhadap
makanan, cairan dan factor pola hidup yang dapat mencetuskan gejala.
Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengontrol penyakit kronis. Meskipun kebanyakan pasien tau tentang proses
penyakitnya sendiri, mereka dapat mengalami informasi yang telah tertinggal
atau salah konsep
3) Kaji
ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis dan kemungkinan efek samping.
Rasional :
meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program.
4) Ingatkan
pasien untuk mengobservasi efek samping bila steroid diberikan dalam jangka
panjang, misalnya : ulkus, edema muka, kelemahan otot.
Rasional ;
steroid dapat digunakan untuk mengontrol inflamasi dan mempengaruhi remisi penyakit
namun obat dapat menurunkan ketahanan terhadap infeksi dan dapat menyebabkan
retensi cairan.
5) Tekankan
pentingnya perawatan kulit, misalnya teknik cuci tangan, dengan baik
Rasional :
menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit/kerusakan, infeksi.
6) Anjurkan
menghentikan merokok
Rasional : dapat
meningkatkan motilitas usus, meningkatkan gejala.
7) Penuhi
kebutuhan evaluasi jangka panjang dan evaluasi ulang periodik.
Rasional :
pasien dengan inflamasi penyakit usus beresiko untuk kanker kolon/rektal dan
evaluasi diagnostik teratur dapat diperlukan.
8) Rujuk
ke sumber komunitas yang tepat, misalnya : perawat kesehatan masyarakat, ahli
diet, kelompok pendukung dan pelayanan sosial.
Rasional :
pasien mendapat keuntungan dari pelayanan agen ini dalam koping dengan penyakit
kronis dan evaluasi pengobatan.
4.
Pelaksanaan
keperawatan
Pelaksanaan atau
implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan yang dilasanakan untuk
mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun setiap tindakan keperawatan
yang dilakukan dan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan
keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan tindakan
keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, tehnik komunikasi
teraupetik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang di berikan kepada klien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan mengunakan tiga tahap yaitu
independent, dependent, dan interdependent. Tindakan keperawatan secara
independent adalah suatu tindakan yang di lakukan oleh perawat tanpa petunjuk
dan perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya, dependent adalah tindakan
yang sehubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis dan interdependent
adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan
suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainya, misalnya tenaga sosial, ahli
gizi, dan dokter, ketrampilan yang harus di punya perawat dalam melaksana kan
tindakan keperawatan yaitu kognitif, dan sikap psikomotor.
5.
Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses kerawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi
adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi
atau timbul masalah yang baru. Evaluasi dilakukan yaitu evaluasi proses dan
evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan
terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan
keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.
Thanks for sharing, success always
BalasHapusOBAT BATUK
OBAT SINUSITIS
OBAT KOLESTEROL
OBAT ASMA
OBAT AMBEIEN