BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kejang demam
atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal diatas 38°C) yang di sebabkan oleh proses extrakranium
(Ngatiyah,1997)
Kejang demam
jarang terjadi pada usia kurang dari 9 bulan dan sesudah umur 5 tahun.
Puncaknya adalah pada usia sekitar 14-18 bulan, dengan angka kejadian sekitar
3-4% anak kecil, kejang khas menyeluruh tonik kolik lama beberapa detik sampai
10 menit. Kejang demam yang lama menetap sekitar 15 menit menunjukan penyebab
organic seperti infeksi atau toksik dan memerlukan pengawasan khusus. (Nelson,
2000)
Di Indonesia
dari bulan April sampai November 2007 berjumlah 564 pasien dengan angka insiden
infant 168 pasien (30%), toddler 324 pasien (57%), pra skolah 60 pasien (11%)
dan sekolah 12 pasien (2%). (www.google.com).
Berdasaraka
data diatas peran perawat sangatlah penting, untuk mengatasi masalah tersebut
terutama dalam aspek promotif dan preventif dengan memberikan pendidikan
kesehatan tentang upaya pencegahan penyakit kejang demam, yaitu pencegahan
kenaikan suhu tubuh dengan pemberian kompres, semua pakaian ketat dibuka,
posisi kepala sebaiknya di liringkan untuk mencegah aspirasi lambung. Diberikan
O2 dan penghisapan lendir dilakukan secara teratur. Meningkatnya
penyakit ini terkait dengan sel/organ otak maka perlu pengawaasan khusus.
Dengan adanya
angka insiden tersebut diatas maka peran perawat sangat penting untuk mengatasi
masalah tersebut terutama aspek promotif dan preventif dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang upaya pencegahan penyakit. Dan berdasarkan data
diatas penyusun tertarik untuk mengambil kasus ini dengan tujuan agar perawat
dan mahasiswa dapat memahami tentang masalah kejang demam ini.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i
dapat memenuhi tugas seminar mata ajar KMB III ANAK dan agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami tentang Kejang Demam.
2.
Tujuan Khusus
Setelah
mengikuti seminar ini di harapkan mahasiswa/i :
a.
Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan kejang demam.
b.
Mampu menentukan Asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam
c.
Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada anak dengan kejang demam
d.
Mampu mendokumentasikan dengan benar
C.
Ruang Lingkup
Adappun
ruang lingkup makalah ini adalah penulis membatasi pembahasan mengenai kejang
demam berdasarkan tinjauan teoritis.
D.
Metode Penulisan
Dalam
pembuatan makalah ini kami mengggunakan metode penulisan study kepustakaan dan
pengambilan data melalui internet dan beberapa sumber yang lain.
E.
Sistematika penulisan
Adapun
sistematika dalam penyusunan makalah ini akan kami uraikan secara garis besar
ke dalam bab, antara lain: Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, tujuan (umum dan khusus). Ruang lingkup, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
Bab
II adalah tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar yang berisi anatomi
fisiologi, pengertian, etioogi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,
pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis. Poin B : pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan.
Bab
II adalah tinjauan kasus yang terdiri dari, pengkajian keperawatan, data fokus,
analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi,
evaluasi.
Bab
IV adalah pembahasan yang terdiri dari, pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
Bab
V adalah penutup yang terdiri dari, kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
KONSEP DASAR
1.
PENGERTIAN
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat
seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat.(sumber)
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang
bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini
dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada
usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada
usia < 6 bulan atau > 3 tahun. (www.google_kejang demam.com tanggal 17 april 2009)
Kejang demam adalah suatu perubaha fungsi otak secara
mendadak dan sangat singkat atau sementara dapat disebabkan oleh aktivitas otak
yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang berlebihan. (A. Aziz
Alimul. 2006).
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan
kejang demam terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C)
disebabkan oleh proses ekstrakranium. (Prof.Dr.dr.S.M.Lumbangtobing)
2.
PATOFISIOLOGI
a.
ETIOLOGI
-
infeksi : kerusakan jaringan otak dan faktor lainnya
yang dapat menyebabkan gangguan
pada fungi otak.
-
kenaikan suhu
-
belum diketahui dengan pasti tetapi pada bayi dan anak
diduga penbungkus saraf otak belum berkembang dengan baik sehingga panas
sedikit saja dapat merangsang otak untuk
timbul kejang-kejang
b.
PERJALANAN PENYAKIT
Infeksi kerusakan
jaringan otak
Difusi kerusakan sel
Kalium dan natrium neuron otak
Kejang demam
c.
MANIFESTASI KLINIS
1. Kejang terdiri dalam
24 jam pertama setelah timbulnya demam
2. Kejang dapat berhenti
sendiri dan anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak setelah beberapa
detik/menit akan terbangun dan sadar kembali.
3. Terjadinya pada awal
demam.
4. Mata terbalik ke atas
dengan disertai kekakuan atau kelemahan otot.
5. Kejang berlangsung
kurang dari 5 menit
6. Awalnya dapat berupa
menagis kemudian tidak sadar dan timbul kekakuan otot.
Adapun pembagian
kejang demam adalah :
·
Kejang demam sederhana yaitu : kejang yang berlangsung
kurang dari 15 menit dan tidak berulang pada hari yang sama.
·
Kejang komplek adalah kejang yang berlangsung lebih
dari 15 menit atau berulang 2x atau lebih dalam 1 hari.
3.
KOMPLIKASI
a. Kerusakan otak akibat
hipoksia dan reterdasi mental timbul akibat kejang demam
b. Dapat timbul defresi
dan keadaan cemas
c. Hemiperise/kelumpuhan
: kejang dalam jangja waktu yang lama.
4.
PENATALAKSANAAN
a. Memberantaas kejang
secepat mungkin : sering kali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien
dimiringkan untuk mencegah aspiasi ludah atau muntahan. jalan nafas haru
terbebas agar oksigen terjamin. Perhatikan tanda-tanda vital (suhu, nadi,
tekanan darah, pernafasan dan kesadaran) dan fungsi jantung.terapi obat yang
digunakan adalah diazepam yang biasa diberikan melalui IV, intra rectal, dan IM
dengan dosis : BB kurang dari 10 kg = 0,5-0,75mg/kg BB. BB lebih dari 20 kg 0,5
mg/kg BB. Apabila setelah 15 menit masih terjadi kejang, berikan injeksi
diazepam dengan dosis yang sama. Dan suntikan yang ketiga diberikan secara IM.
b. Pengobatan penunjang :
sebelum memberantas kejang demam tidak boleh di lupakan, usahakan agar jalan
nafas bebas untuk menjamin kebutuhan O2, bila perlu dilakukan
intubasi trakeostomi, penghisapan lendir secara teratur.
5.
KLASIFIKASI
a. Kejang Parsial:
1. Simple febrile
seizures (Kejang Demam Sederhana) : kejang menyeluruh yang berlangsung < 15
menit dan tidak berulang dalam 24 jam.
2. Complex febrile
seizures / complex partial seizures (Kejang Demam Kompleks) : kejang fokal
(hanya melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau
berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung).
b. Kejang umum
1. fase Tonik
2. fase klonik
3. kejang antonik
4. kejang Akinetik
5. kejang mioklonk
6. spasme infatik
6.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.
Pemeriksaan fungsi lumbal : untuk menganalisis cairan serebro spinal dan
mengetahui adanya infeksi
b.
Elektroensefalografi (EEG) : di buat sedikitnya satu
minggu sesudah suhu normal, tidak menunjkan adanya kenaikan dan untuk membantu
menetapkan jenis dan fikus dari kejang.
c.
CT-SCAN : menggunakan sinar-x yang lebih sensitive
dari biasanya untuk mendeteksi adanya perbedaan kerapatan jaringan.
d.
EKG : untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau
komplikasi yang mengarah ke epilepsy dan kejang demam berulang.
e.
PHOTO THORAX : mengtahui adanya pencitraan awal yang
terbaik untuk mendeteksi abnormalitas paru, mediastinal dan struktur
musculoskeletal thorak.
7.
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA TODDLER (USIA 1-3 thun)
Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan
dalam ukuran besar dan keseimbangan metabolic, sedangkan pertkembangan
berkaitan dengan bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks, selain perkembangan fungsi juga mengalami perkembangan pada emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.
a.
Perkembangan biologis :
-
bertambah rata-rata 7,5 cm
pertahun tinggi toddler usia 2 th sekitar 86,6 cm.
-
berat badan : rata-rata
pertambahan berat badan 1,8-2,7 kg/th. Rata-rata berat badan usia 2 th 12,3 kg,
-
lingkar kepala : pada usia 1-2
th sama dengan lingkar kepala pada tahun ke-dua adalah 2,5 cm kemudian berkurang
menjadi 1,25 cm/th sampai usia 5 th.
-
Nutrisi : kecepatan pertumbuhan
berkurang secara drastic sehingga kebutuhan toddler terhadap protein, cairan
menurun. Kebutuhan kalori adalah 102 Kkal/hr. kebutuhan protein 1,2 kg/hr.
-
Pola tidur : kebutuhan tidur
menurun selama tahun kedua sampai rata-rata 12 jam/hr, kebanyakan toddler tidur
siang satu kali sehari sampai usia tahun kedua dan ketiga. Masalah tidur
terjadi karena toddler takut berpisah dan seperangkat mainan dan selimut
sebagai ritual sebelum tidur.
-
Kesehatan gigi : jumlah gigi
primer 20 gigi desidu lengkap ketika mencapai 2,5 th, kunjungan ke dokter gigi
pertama kali harus dilakukan pada usia sebelum 2,5 th, orang tua harus
membersihkan gigi toddler dengan sikat gigi yang lembut dan sela-sela gigi
menggunakan benang halus dan tidak menggunakan pasta gigi berfloride karena
berbahaya tertelan.
-
Eliminasi : feces berubah
sesuai dengan jenis makanan, makanan yang berwarna seperti gelatin, gula,
minuman berwarna dapat mewarnai feces. Pengeluaran urine rata-rata /hari 500-1000/hari.
b.
Perkembangan motorik
-
Motorik kasar dan motorik halus
: keterampilan motorik pada usia toddler adalah keterampilan berjalan tanpa
bantuan pada usia 15 bulan, toddler berjalan memiliki tangga dengan berpegangan
pada usia 1 bulsn, toddler berjalan menaiki dan menuruni tanggadengn satu
langkah pada usi 24 bulan, toddler melompat dengan 2 kaki pada usia 30 th
-
c.
Perkembangan psikososial
d.
Perkembangan psikoseksual
e.
sosialisasi
8.
KONSEP HOSPITALISASI PADA ANAK USIA TODDLER (1-3 tahun )
a.
Protes (phase of protest)
1.
Menangis terus-menerus sambil
teriak dan berhenti jika sudah lelah
2.
Menghindari kontak dengan orang
3.
Memegang erat orangtua
4.
Perilaku tersebut dapat
berakhir dalam beberapa jam sampai beberapa hari
5.
Menggunakan tingkah laku
agresif seperti menendang menggigit, memukul, dan mencubit.
b.
Putus asa (phase of despair )
1.
Tidak aktif
2.
Kurang berminat untuk bermain
3.
Tidak nafsu makan
4.
Menarik diri
5.
Tidak mau berkomunikasi
6.
Sedih
7.
Regresi (ngompol atau mengisap
jari )
c.
Tahap menolak
1.
Mulai berteriak apa yang ada di
sekitarnya
2.
Secara samar-samar anak
menerima perpisahan
3.
Membina hubungan dangakal
dengan orang lain
4.
Anak kelihatan mulai gembira
B.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Mendapat riwayat
kesehatan,terutama yang berkaitan dengan kejadian prenatal,perinatal,dan
neonatal.adanya infeksi (apnea kolik/menyusui yang buruk:informasi dengan kecelakan
/ penyakit serus sebelumnya. Dapatkan riwayat aktifitas kejang yang mencakup
hal-hal berikutgambaran perilaku anak selama kejang,usia awitan,waktu ketika
kejang terjadi,ketika tidur atau terjaga,hubungan dengan makanan,adanya factor
pencetus yang dapat menimbulkan kejang,jatuh yang dapat menyebabkan truma
kepala.ansientas,keletihan aktifitas (hiperventilasi), kejadian-kejadian di
lingkungan (misalnya pemajanan setimulus yang seperti sinar terang dan
berkilau,suara yang keras).
Melakukan
pengkajian fisik seperti inspeksi : mukosa mulut kering dan luka,kejang
berulang,mata mendelik ke atas,tubuh kaku. Palpasi : peningkatan nadi,suhu
lebih dari 380c,pernapasan 40x/mnt.aukultasi : suara nafas
vesikuler,prosedur dignostik seperti : EEG,radigrapi,ekoensefalografi,CT
scan,kimia darah,glukosa serum,nitrogen ureum darah,ammonia,tes khusus untuk
gangguan metabolic.Observasi kejang berurutan kejadian (sebelum,selama,dan
setelah kejang),duasi kejang,tonik klonik dari tanda-tanda pertama kejang
sampai sentakan berhenti.parsial komplek dari aura sampai berhenti secara
otomatis/menunjukan responnsivitas pada lingkungan.pada wajah mengalami
perubahan warna yaitu pucat/sianosis,ataupun kemerahan,keringat,gigi
menutup,lidah tergigit,kurang dalam ekspresi,posisi mata lurus menyimpang ke
otot maupun keluar.konjungasi/divergen,pupil mengalami perubahan ukuran dan
tidak bereaksi terhadap sinar dan akomodasi,adanya stressor,berkemih dan
defekasi infoluter.
2.
Diagnosa Keperawatan
a)
Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan penumpukan sputum
b)
Perubahan suhu tubuh:hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
c)
Gangguan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
d)
Resiko tinggi
cidera,hipoksia,dan aspirasi berhubungan dengan aktifitas motorik dan
kehilangan kesadaran
e)
Resti terjadi kerusakan sel
otot berhubungan dengan kejang
f)
Kurang pengetahuan orang tua
tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya imformasi
g)
Cemas pada orang tua dan anak
berhubungan dengan dampak hospitaklisasi.
3.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN DAN KH
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
1
|
Bersihan Jalan
Nafas tidak efektif b/d penumpukan sputum
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan jalan nafas
kembali efektif
KH :
1.
TTV dalam batas normal (suhu
: 36-37°C, RR : 30-40 x/mnt
2.
Tidak terpasang O2
liter/menit
3.
Tingkat kesadaran meningkat
|
Mandiri
1.
Kaji berbagai stimulasi yang
dapat terjadi menjadi
2.
pencetus kejang
Pertahankan bantalan lunak pada
penghalang tempat tidur yang terpasang posisi tempat rendah
3.
pertahankan tirah baring
secara tepat
4.
kaji tipe dan aktivitas
kejang serta beberapa kali terjadi
5.
lakukan penilaian neorologis/
TTV setelah kejang,misalnya tingkat kesdaran,orientasi,nadi,pernafasan
6.
lakukan fisioterafi dada
7.
ajarkan batuk efektif
Kalaborasi
8.
bantu pengawasan efek
pengobatan nebulizer dan fisioterfi lain misalnya :
spirometer,insetif,tiupan
balon,drainase postural. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi
cairan
9.
berikan obat sesuai
indikasi : mukolitik,ekspektoran
|
1.
obat dan stimulasi lain dapat
meningkatkan aktivitas otak yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kejang
2.
mengurangi trauma saat kejang
terjadi selama pasien berada di tempat tidur
3.
untuk mempertimbangkan
tentang pentingnya kebutuhan keamanan diri
4.
membantu melokalisasi daerah
otak yang terkaena
5.
mencatat keadaan dan waktu
penyembuhan dalam batas normal
6.
dilakukan untuk mengencerkan
sputum
7.
batuk efektif dilakukan untuk
mempermudah pengeluaran sputum
8.
memparmudah dan pembuangan
ssekret.drainase postural tidak efektif pada pneumonia interstitial.
/menyebabkan eksudat pengobatan jadwal dan masuakan oral menurunkan muntah
karena batuk dapat mengeluarkan sputum
9.
alat untuk menurnkan spasme
bronkus dengan mobilisasi secret. Analgesic di berikan untuk memperbaiki
batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus diigunakan secara hati
hati,karena dapat menurunkan upaya batuk/RR
|
2.
|
Perubahan suhu
tubuh : hipertermi b/d proses infeksi
|
Setelah
dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharap kan suhu tubuh k/ kembali normal.
KH :
1. suhu tubuh normal (36-37°c)
2. mukosa anak tampak lembab
3. Anak tampak tenang
4. Turgor kulit anak tampak elastic
|
Mandiri
1.
Turunkan suhu tubuh dengan
kompres hangat / air biasa / tapid sponge
2.
Berikan cairan pariental bila
diperlukan
3.
Batasi aktivitas selama panas
4.
Anjurkan pasien untuk
minum kurang lebih 1 L/hari
Kolaborasi :
5.
Beriakan antipiretik misalnya
: asitominofen (tyelenol dan ploris )
|
1.
Untuk menurunkan panas dalam
tubuh anak
2.
Untuk mencegah penguapan yang
menyebabkan dehidrasi
3.
Untuk mencegah kehilangan
energy dan peningkatan suhu tubuh
4.
Di gunakn untuk mengurangi
demam dengan aksisentral pada hipotalamus meskipun demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi pertumbuha organism dan meningkatkan autoderstruksi
dari sel-sel yang terinfeksi
|
3
|
Resiko tinggi
cedera,hipoksia dan aspirasi b/daktifitas motorik dan hilangnya kesadran
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan pasien tidak
mengalami cedera dan steress pernafasan.
KH :
1. Anak tidak menunjukan cedera fisik/mental/aspirasi
|
Mandiri :
1. Itung lamnya kejang
2. Jangan berusaha merestrain/menggunakan paksaan
3. Bila anak berdiri dikursi roda pada awal episode, bantu anak untuk
mencapai lantai
4. Jangan menempatkan apapun di mulut anak seperti makanan,cairan
5. Longgarkan pakaian
6. Cegah anka dari membenturkan kepala pada objek yang keras
7. Pertahankan agar tempat tidur tetap terpasang ketika anak sedang
tidur, istirahat mengalami kejang
8. Bila mungkin posisikan anak dengan kepala pada garis tengah bukan
hiperektensi
9. Bila anak mulai muntah di miringkan dengan hati-hati
|
1.
Untuk menentukan durasi
kemungkinan hipoksia dan kebutuhan perawatan darurat
2.
Untuk mencegah cedrera pada
anak/diri sendiri
3.
Untuk mencegah jatuh
4.
Dapat menyebabkn
cedera,penghat pernafasn/teraspirasi
5.
Dapat membatasi
pergerakan/ppernafasan
6.
Dapat menyebabkan cidera pada
sentaknan otot tidak terkontrol
7.
Untuk menghidari jatuh
8.
Untuk menigkatkan ventilasi
yang adekuat
9.
Untuk mencegah aspirasi
|
Penutup
A.
Kesimpulan
Kejang
demam / febrile convulsion adalah bangkitnya kejang yang terjadi kenaikan suhu
tubuh ( suhu rectal diatas 380 c ) disebabkan oleh proses ekstrakranium
(ngastiyah, 1997 ). Penyebab utama dari penyakit kejang demam adalah infeksi
dan kerusakan jaringan otak. Pemeriksaan diagnostic yang biasa dilakukan adalah
EEG,Lumbal Fungsi, EKG, HDL,dan photo thorak. Penatalaksaan medic yang biasa
dilakukan adalah pemberantasan demam secepat mungkin ,pengobatan penunjang
,pengobatan ruamt. Komplikasi yang sering terjadi adalah epilepsy, kelumpuhan
,retardasi mental,serebral palsi.
Tumbuh
kembang pada usia toodler diantaranya perkembangan biologic,motorik halus dan
kasar,seperti berjalan, berlari, memanjat dan melompat.perkembang psikologis
(menurut erikson perkembangan anak inisiatif dan ada rasa bersalah, menurut
Freud mengatakan anak toodler dekat dengan lawan jenis. Perkembangan kognitif
(menurut piaget adalah konsep kanan kiri belum sempurna,konsep sebab akibatdan
benar salah belum lengkap, berpikir magic dan mulai mempratekan apa yang di lihat ) . perkembangan spiritual (belajar dari lingkungan apa yang dilihat
dari tingkah laku religious, berlaku benar untuk menghindari hukuman ),
perkembangan body image (anak toodler memilih permainan sesuai dengan jenis
kelamin.
Dampak
hospitalisasi pada anak usia toodler terhadap penyakit,mereka kurang mampu
mendefinisikan konsep tentang citra tubuh, oleh sebab itu, prosedur yang sangat
menggangu akan menimbulkan kecemasan.
Dan toodler mulai bereaksi terhadap nyemirip dengan bayi dan pengalaman
sebelumnya dapat mempengaruhi toodler dengan baik.
Pada
diagnose keperawatan anak dengan kejang demam di temukan tujuh diagnose dan
kami mengangkat tiga diagnose utama yaitu : bersihan jalan nafas tidak efektif
berhungan dengan penumpukan sputum, perubahan suhu tubuh : hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi, resiko cidera ,hioksia, dan aspirasi
berhubungan dengan aktifitas motorik dan kehilangan kesadaran, dandiagnosa yang
kami prioritaskan adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
penumpukan sputum.
B.
Saran
1.
Perawat
pada
anak toodler. Perawat diharapkan
melakukan perannya (prromotif, preventif,kuratif dan rehabilitative )
secara aktif khusus pada penyakit “
kejang demam “ini denagan cara membuat asuhan keperawatan anak dengan baik dan
memahami tumbuh kembang dengan anak
serta dampak hospitalisasi.
2.
Mahasiswa/i
Mahasiswa
/I diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan tentang kejang demam dan meningkatkan ketrampilan dalam melakukan
asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam. Selain itu mahasiswa juga harus
mengtahui tentang tahapan tumbuh kembang anak dan dampak hospitalisasi anak
usia toodler.
3. Keluarga
Keluarga
diharapkan dapat mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, dapat
mengetahui tanda dan gejala dari kejang demam, agar dapat diberikan di ajarkan
penangan pertama bila terjadi kejang pada anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar