LAPORAN
PENDAHULUAN
DENGUE
HEMORAGIC FEVER (DHF)
Konsep Dasar
A.
Pengertian
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong orbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (betina).
(Christantie
effendy,Skp,1995,hal 1)
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
(Suryady,2001,hal 57)
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk
setelah 2 hari pertama.
(Hendarwanto,1992,hal
142)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
DHF itu adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang
masuk kedalam tubuh.
B.
Patofisiologi
- Etiologi
Virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 370
C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah adalah :
ü
Badan kecil,warna hitam dengan bintik-bintik
putih
ü
Hidup didalam dan sekitar rumah
ü
Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang
hari
ü
Senang hinggap pada pakaian yang bergantung
didalam kamar
ü
Bersarang dan bertelur digenangan air jernih
didalam dan sekitar rumah seperti bak mandi, tempayan vas bunga.
- Manipestasi klinis
®
Demam tinggi berlangsung selama 5-7 hari
®
Nyeri otot,tulang,sendi,abdomen,ulu hati
®
Sakit kepala
®
Pembesaran hati,limfa dan kelenjar getah bening
®
Mual,muntah,tidak ada nafsu makan,diare dan
konstipasi
- Proses penyakit
Di bawah ini dipaparkan skema patofisiologi Demam
Berdarah Dengue:
Infeksi virus dengue
|
|||||
Demam Berdarah Dengue derajat I – II – III – IV
(skema menurut Mansjoer 2001)
- Komplikasi
a) Anemia
b) Perdarahan
spontan
c) Efusi
pleura
d) Syok
e) penurunan
kesadaran
f) Kematian
(A. Hairm, Mubirn, 2001)
C.
Pemeriksaan Penunjang
- Tes
diagnostik
a.
Darah lengkap :
Hemokonsentrasi
(hematokrit meningkat 20% atau lebih)
Trombositopenia
(100.000/mm3 atau kurang)
b.
Serologi
c.
Rotgen torak
- Terapi
Pemberian cairan yang cukup
Diet makan lunak
Pemberian cairan intravena
Pemberian antibiotik
ASUHAN KEPERAWATAN
D.
Pengkajian
a. Umum
1) Keluhan
Data Subjektif:
Lemah
Nyeri ulu hati
Panas atau demam
Nyeri pada otot dan sendi
Sakit kepala
Pegal-pegal
Mual, muntah
Sakit
saat menelan
Haus
Data Objektif:
Suhu tubuh tinggi
Epitaksis
Mukosa mulut kering
Ekimosis
Perdarahan gisi
Hematemesis
Kadang lidah kotor
Melena
Petekie
Hipermia pada tenggorokan dan
pembesaran hati
Uji torniquet positif
b. Pemeriksaan
Fisik
1) Inpeksi : Epitaksis, Hematemesis, Melena, penurunan
kesadaran dan sianosis.
2) Palpasi : Nyeri tekan pada ulu hati dan otot,
hepatomegali, demam tinggi, perifer, dingin, dan dispneu.
3) Uji
torniquet positif.
c. Test
diaknostik
1) Hematorik
meningkat, trombosit menurun, hemoglobin dan natrium.
2) Rontgent
thorax.
3) Rontgent
abdomen dan USG.
(Christantie Effendy, Skp 1997)
E.
Diagnosa keperawatan
- Hipertemia
berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia).
- Gangguan
pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
- Resiko
tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
- Gangguan
aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
- Resiko
tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh
akibat perdarahan.
- Kurang
pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan
pasien
- berhubungan
dengan kurangnya informasi.
(Doengoes,
2000)
F.
Perencanaan Asuhan keperawatan
- Hipertemia
(suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit (viremia/virus).
Tujuan : Hipertemia dapat teratasi
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal
(36-370 C).
Mukosa lembab
t idak ada sianosis atau purpura
Intervensi
Mandiri :
1) Kaji
saat timbulnya demam
-
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam
pasien.
2) Observasi
tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam atau lebih sering.
-
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan
untuk mengetahui keadaan umum klien.
3) Anjurkan
klien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan jelaskan manfaatnya bagi klien.
-
Rasional :
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
4) Lakukan
“Tepid Water Sponge”
-
Rasional :
Tepid Water Sponge
dapat menurunkan penguapan dan penurunan suhu tubuh.
5) Anjurkan
untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
-
Rasional : Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas dalam
tubuh.
Kolabirasi :
6) Berikan
terapi cairan IVFD dan obat antipiretik.
-
Rasional :
Pemberian cairan dan obat antipiretik sangat penting bagi klien dengan
suhu tinggi yaitu untuk menurunkan suhu tubuhnya.
- Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan : Anoreksia dan kebutuhan nutrisi
dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Berat
badan stabil dalam batas normal.
Tidak
ada mual dan muntah.
Intervensi
Mandiri :
1) Kaji
mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Û
Rasional :
untuk menetapkan cara mengatasinya.
2) Kaji
cara/bagaimana makanan dihidangkan
Û
Rasional :
Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi nafsu makan klien.
3) Berikan
makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan hidangkan saat masih hangat.
Û
Rasional :
Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan karena
mudah ditelan.
4) Jelaskan
manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien sakit.
Û
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi makan
meningkat.
5) Berikan
umpan balik positif pada saat klien mau berusaha menghabiskan makanan.
Û
Rasional :
Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
6) Catat
jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Û
Rasional :
Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
7) Lakukan
oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang lunak.
Û
Rasional :
Meningkat nafsu makan.
8) Timbang
berat badan setiap hari
Û
Rasional :
Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.
Kolaborasi :
9) Bererikan
obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai program/instruksi dokter.
Û
Rasional :
Dengan pembarian obat tersebut diharapkan intake nutrisi klien meningkat karena
mengurangi rasa mual dan muntah.
10) Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Û
Rasional :
Membantu proses penyembuhan klien.
- Resiko
tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan :
Perdarahan tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital
normal.
Jumlah trombosit klien meningkat.
Tidak terjadi epitaksis, melena, dan
hemotemesis.
Intervensi.
Mandiri :
1) Monitor
tanda-tanda perdarahan dan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis.
ü
Rasional :
Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda adanya perforasi pembuluh
darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis berupa
perdarahan (petekie, epistaksis, dan melena).
2) Anjurkan
klien untuk banyak istirahat.
ü
Rasional :
Aktivitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
3) Berikan penyelasan pada keluerga untuk segera
melaporkan jika ada tanda-tanda perdarahan.
ü
Rasional :
Mendapatkan penanganan segera mungkin.
4) Antisipasi
terjadinya perdarahan dengan menggunakan sikat gigi lunak, memberikan tekanan pada area tubuh setiap kali selesai
pengambilan darah.
ü
Rasional :
Mencegah terjadinya pendarahan.
- Gangguan
aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Tujuan :
Aktivitas sehari-hari klien kembali normal.
Kriteria Hasil :Keadaan umum membaik
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi seperti: makan, minum, dan personal hyiene (mandi, menggosok gigi,
dan bershampoo).
Intervensi.
Mandiri :
1) Kaji
kebutuhan klien.
Rasional :
Mengidentifikasi masalah klien.
2) Kaji
hal-hal yang mampu dilakukan klien berhubungan dengan kelemahan fisiknya.
Rasional :
Mengetahui tindakan keperawtan yang akan diberikan sesuai dengan masalah klien.
3) Bantu
klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari klien sesuai tingkat keterbatasan
klien seperti mandi, makan, dan eliminasi.
Rasional :
Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada saat kondisinya lemah dan
perawat mempunyai tanggung jawab dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa membuat klien ketergantungan terhadap
perawat.
- Resiko
tinggi syok hipovolemik berhibungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat
perdarahan.
Tujuan : Tidak terjadi
syok hipovolemik.
Kriteria Hasil :Tanda-tanda vital
dalam batas normal.
Keadaan umum baik.
Syok hipovolemik tidak terjadi.
Intervensi.
Mandiri :
1) Monitor
keadaan umum kilen.
®
Rasional :
Untuk mengetahui jika terjadi tanda-tanda syok.
2) Observasi
tanda-tanda vital tiap 2-4 jam.
®
Rasional :
Untuk memastikan tidak terjadi per syok.
3) Monitor
tanda-tanda perdarahan.
®
Rasional :
Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera teratasi.
4) Anjurkan keluarga/klien untuk segera melapor
jika ada tanda-tanda perdarahan.
®
Rasional :
Untuk membantu tim perawat untuk segara menentukan tindakan yang tepat.
5) Segera puasakan jika terjadi perdarahan
saluran pencernaan.
Rasional : Untuk membantu
mengistirahatkan saluran pencernaan untuk
sementara selama perdarahan berasal dari saluran cerna.
6) Perhatikan
keluhan klien seperti pusing, lemah, ekstremitas dingin, sesak nafas.
Rasional : mengetahui seberapa
jauh pengaruh perdarahan.
Kolaborasi :
7) Berikan
therapi cairan intra vena jika terjadi perdarahan.
®
Rasional :
Untuk mengetahui kehilangan cairan tubuh yang hebat yaitu untuk mengatasi
syok hipovolemik.
8) Cek
Hb, Ht, Trombosit (sito)
®
Rasional :
Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami klien, dan untuk
acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
9) Berikan
trasfusi sesuai instruksi dokter.
®
Rasional :
Untuk menganti volume darah serta komponen yang hilang.
- Kurang
pengetahuan tentang proses penyakit, diit, perawatan, dan obat-obatan
pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan
klien bertambah.
Kriteria Hasil :Pengetahuan
klien/Keliarga tentang proses penyakit, diit,
perawatan dan obat penderita DHF meningkat dan klien/keluarga mampu
menjelasakan kembali.
Intervensi.
Mandiri :
1) Kaji
tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF.
§
Rasional :
mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang penyakit yang diderita klien.
2) Kaji
latar belakang pendidikan klien dan keluarga.
§
Rasional :
Agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat pendidikan
sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan yang direncanakan tercapai.
3) Jelaskan tentang proses penyakit,diit,
perawatan, obat-obatan pada klien dengan bahasa yang mudah dimengerti.
§
Rasional :
Agar informasi dapat diterima dengan tepat dan jelas.
4) Berikan
kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sesuai dengan penyakit yang dialami.
§
Rasional :
Mengurangi kecemasan dan motivasi klien untuk kooperatif selama masa
perawatan/penyembuhan
5) Gunakan
leaflet atau gambar-gambar dalam bentuk penjelasan.
§
Rasional :
Dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan karena dapat dilihat
atau dibaca berulang kali.
(Tujuan)
G.
Penatalaksanaan/implementasi
1.
Implementasi
adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari keperawatan :
pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,membantu,memberikan askep.
Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi
yang relevan, dengan keperawatan kesehatan berkelanjutan pada klien.
2.
Proses
atau tahapan
- Mengkaji
ulang klien.Fase ini merupakan komponen yang memberikan mekanisme bagi
perawat yang menentukan apakah tindakan keperawatan yang diusulkan masih
sesuai.
- Mengklarifikasi
rencana yang sudah ada.
- Mengidentifikasi
bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan serta keterampilan.
- Mengimplementasikan
intervensi keperawatan.
3.
Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien, tanggal dan
waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.
H.
Evaluasi
- Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau
tidak.
- Jenis evaluasi
a. Evaluasi
pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan
respon segera ( pendokumentasian dan implementasi ).
b. Evaluasi
sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus klien
pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan
( dalam bentuk SOAP ).
DAFTAR
PUSTAKA
Doengoes, E
Marilyn, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, EGC :
Jakarta
Effendy,
Christantie, (1995). Asuhan Keperawatan DHF. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC : Jakarta
Hendarwanto,
(1996). Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta
Mansjoer, Arief,
(2002). Kapita Selekta Kedokteran.Jilid 2. Media Aesculapius.
Jakarta
Suryadi, (2001).
Asuhan Keperawatan Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran. EGC :
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar