Selasa, 02 September 2014

patofisiologi DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)







LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

Konsep Dasar

A.    Pengertian
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong orbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (betina).
(Christantie effendy,Skp,1995,hal 1)

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
(Suryady,2001,hal 57)

DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah 2 hari pertama.
(Hendarwanto,1992,hal 142)

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa DHF itu adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang masuk kedalam tubuh.

B.     Patofisiologi
  1. Etiologi
Virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah adalah :
ü  Badan kecil,warna hitam dengan bintik-bintik putih
ü  Hidup didalam dan sekitar rumah
ü  Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
ü  Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
ü  Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti bak mandi, tempayan vas bunga.


  1. Manipestasi klinis
®    Demam tinggi berlangsung selama 5-7 hari
®    Nyeri otot,tulang,sendi,abdomen,ulu hati
®    Sakit kepala
®    Pembesaran hati,limfa dan kelenjar getah bening
®    Mual,muntah,tidak ada nafsu makan,diare dan konstipasi

  1. Proses penyakit

Di bawah ini dipaparkan skema patofisiologi Demam Berdarah Dengue:

Infeksi virus dengue
 
Demam Anoreksia Muntah
 
 


















Demam Berdarah Dengue derajat I – II – III – IV
(skema menurut Mansjoer 2001)


  1. Komplikasi

a)      Anemia
b)      Perdarahan spontan
c)      Efusi pleura
d)     Syok
e)      penurunan kesadaran
f)       Kematian
(A. Hairm, Mubirn, 2001)


C.     Pemeriksaan Penunjang
  1. Tes diagnostik
a.       Darah lengkap :
Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
b.      Serologi
c.       Rotgen torak
  1. Terapi
*      Pemberian cairan yang cukup
*      Diet makan lunak
*      Pemberian cairan intravena
*      Pemberian antibiotik

ASUHAN KEPERAWATAN
D.    Pengkajian
a.       Umum
1)      Keluhan
Data Subjektif:


Lemah                           
Nyeri ulu hati
Panas atau demam       
Nyeri pada otot dan sendi
Sakit kepala    
                        Pegal-pegal
Mual, muntah 
   Sakit saat menelan


Haus

Data Objektif:


Suhu tubuh tinggi                 
Epitaksis
Mukosa mulut kering           
Ekimosis
Perdarahan gisi                   
Hematemesis
Kadang lidah kotor              
Melena
Petekie                     
Hipermia pada tenggorokan dan pembesaran hati
Uji torniquet positif


b.      Pemeriksaan Fisik
1)      Inpeksi : Epitaksis, Hematemesis, Melena, penurunan kesadaran dan sianosis.
2)      Palpasi  : Nyeri tekan pada ulu hati dan otot, hepatomegali, demam tinggi, perifer, dingin, dan dispneu.
3)      Uji torniquet positif.
c.       Test diaknostik
1)      Hematorik meningkat, trombosit menurun, hemoglobin dan natrium.
2)      Rontgent thorax.
3)      Rontgent abdomen dan USG.
(Christantie Effendy, Skp 1997)

E.     Diagnosa keperawatan
  1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia).
  2. Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
  1. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
  2. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
  3. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh
akibat perdarahan.
  1. Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan pasien
  2. berhubungan dengan kurangnya informasi.
(Doengoes, 2000)






F.     Perencanaan Asuhan keperawatan
  1. Hipertemia (suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit (viremia/virus).
Tujuan                          :           Hipertemia dapat teratasi
Kriteria Hasil               :           Suhu tubuh dalam batas normal (36-370  C).
Mukosa lembab t idak ada sianosis atau purpura

Intervensi
Mandiri            :
1)      Kaji saat timbulnya demam
-        Rasional          :           Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
2)      Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam atau lebih sering.
-        Rasional          :           Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui  keadaan umum klien.
3)      Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan jelaskan     manfaatnya bagi klien.
-        Rasional          : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
4)      Lakukan “Tepid Water Sponge”
-        Rasional          : Tepid  Water  Sponge  dapat  menurunkan  penguapan dan penurunan suhu tubuh.
5)      Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
-        Rasional          : Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas dalam tubuh.

Kolabirasi        :
6)      Berikan terapi cairan IVFD dan obat antipiretik.
-        Rasional          : Pemberian cairan dan obat antipiretik sangat penting bagi klien dengan suhu tinggi yaitu untuk menurunkan suhu tubuhnya.




  1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan              :           Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.
Kriteria Hasil   :           Berat badan stabil dalam batas normal.
                                    Tidak ada mual dan muntah.
Intervensi
Mandiri         :
1)      Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Û    Rasional           : untuk menetapkan cara mengatasinya.

2)      Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Û    Rasional           : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi nafsu makan klien.
3)      Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan hidangkan saat masih hangat.
Û    Rasional           : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
4)      Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien sakit.
Û    Rasional           : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi makan meningkat.
5)      Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha menghabiskan makanan.
Û    Rasional           : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
6)      Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Û    Rasional           : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
7)      Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang lunak.
Û    Rasional           : Meningkat nafsu makan.
8)      Timbang berat badan setiap hari
Û    Rasional           : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.







Kolaborasi    :
9)      Bererikan obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai program/instruksi dokter.
Û    Rasional           : Dengan pembarian obat tersebut diharapkan intake nutrisi klien meningkat karena mengurangi rasa mual dan muntah.
10)  Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Û    Rasional           :  Membantu proses penyembuhan klien.

  1. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan                        : Perdarahan tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital normal.
                                    Jumlah trombosit klien meningkat.
                                   Tidak terjadi epitaksis, melena, dan hemotemesis.

Intervensi.
Mandiri          :
1)      Monitor tanda-tanda perdarahan dan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis.
ü  Rasional          : Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda adanya perforasi pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis berupa perdarahan (petekie, epistaksis, dan melena).
2)      Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
ü  Rasional          : Aktivitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
3)       Berikan penyelasan pada keluerga untuk segera melaporkan jika ada tanda-tanda perdarahan.
ü  Rasional          : Mendapatkan penanganan segera mungkin.
4)      Antisipasi terjadinya perdarahan dengan menggunakan sikat gigi lunak, memberikan  tekanan pada area tubuh setiap kali selesai pengambilan darah.
ü  Rasional          : Mencegah terjadinya pendarahan.


  1. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Tujuan                        : Aktivitas sehari-hari klien kembali normal.
Kriteria Hasil :Keadaan umum membaik
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi seperti: makan, minum, dan      personal hyiene (mandi, menggosok gigi, dan bershampoo).
Intervensi.
Mandiri          :
1)      Kaji kebutuhan klien.
*      Rasional     : Mengidentifikasi masalah klien.
2)      Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien berhubungan dengan kelemahan fisiknya.
*      Rasional     : Mengetahui tindakan keperawtan yang akan diberikan sesuai dengan masalah klien.
3)      Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari klien sesuai tingkat keterbatasan klien seperti mandi, makan, dan eliminasi.
*      Rasional     : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung  jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa membuat klien ketergantungan terhadap perawat.
  1. Resiko tinggi syok hipovolemik berhibungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat perdarahan.
Tujuan            : Tidak terjadi syok hipovolemik.
Kriteria Hasil  :Tanda-tanda vital dalam batas normal.
                         Keadaan umum baik.
                         Syok hipovolemik tidak terjadi.
Intervensi.
Mandiri          :
1)      Monitor keadaan umum kilen.
®    Rasional     : Untuk mengetahui jika terjadi tanda-tanda syok.
2)      Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam.
®    Rasional     : Untuk memastikan tidak terjadi per syok.
3)      Monitor tanda-tanda perdarahan.
®    Rasional     : Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera teratasi.


4)       Anjurkan keluarga/klien untuk segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan.
®    Rasional     : Untuk membantu tim perawat untuk segara menentukan tindakan yang tepat.
5)       Segera puasakan jika terjadi perdarahan saluran pencernaan.
Rasional    : Untuk membantu mengistirahatkan saluran pencernaan untuk
sementara selama perdarahan berasal dari saluran cerna.
6)      Perhatikan keluhan klien seperti pusing, lemah, ekstremitas dingin, sesak nafas.
Rasional    : mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan.
Kolaborasi     :
7)      Berikan therapi cairan intra vena jika terjadi perdarahan.
®    Rasional     : Untuk mengetahui kehilangan cairan tubuh yang hebat yaitu untuk mengatasi syok  hipovolemik.
8)      Cek Hb, Ht, Trombosit (sito)
®    Rasional     : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami klien, dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
9)      Berikan trasfusi sesuai instruksi dokter.
®    Rasional     : Untuk menganti volume darah serta komponen yang hilang.

  1. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diit, perawatan, dan obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan             : Pengetahuan klien bertambah.
Kriteria Hasil  :Pengetahuan klien/Keliarga tentang proses penyakit, diit,  
perawatan dan obat penderita DHF meningkat dan klien/keluarga mampu menjelasakan kembali.
Intervensi.
Mandiri           :
1)      Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF.
§  Rasional          : mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang penyakit   yang diderita klien.
2)      Kaji latar belakang pendidikan klien dan keluarga.


§  Rasional          : Agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat pendidikan sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan yang direncanakan tercapai.
3)       Jelaskan tentang proses penyakit,diit, perawatan, obat-obatan pada klien dengan bahasa yang mudah dimengerti.
§  Rasional          : Agar informasi dapat diterima dengan tepat dan jelas.
4)      Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sesuai dengan penyakit yang dialami.
§  Rasional          : Mengurangi kecemasan dan motivasi klien untuk kooperatif selama masa perawatan/penyembuhan
5)      Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam bentuk penjelasan.
§  Rasional          : Dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan karena dapat dilihat atau dibaca berulang kali.
(Tujuan)
G.    Penatalaksanaan/implementasi
1.      Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari keperawatan :
pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,membantu,memberikan askep. Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan, dengan keperawatan kesehatan berkelanjutan pada klien.
2.      Proses atau tahapan
    1. Mengkaji ulang klien.Fase ini merupakan komponen yang memberikan mekanisme bagi perawat yang menentukan apakah tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
    2. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
    3. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan serta keterampilan.
    4. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.
3.      Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien, tanggal dan waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.





H.    Evaluasi
  1. Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau tidak.
  1. Jenis evaluasi
a.       Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera ( pendokumentasian dan implementasi ).
b.      Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan ( dalam bentuk SOAP ).






















DAFTAR PUSTAKA


Doengoes, E Marilyn, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, EGC : Jakarta
Effendy, Christantie, (1995). Asuhan Keperawatan DHF. Penerbit Buku Kedokteran. EGC :      Jakarta
Hendarwanto, (1996). Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta
Mansjoer, Arief, (2002). Kapita Selekta Kedokteran.Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta
Suryadi, (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran. EGC : Jakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar