BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Manajemen Konflik
a.
Definisi
Konflik adalah suatu
kejadiaan yang alamiah dan peristiwa yang pasti terjadi
diorganisasi,kehamonisan suatu organisasi sangat diharapkan tetapi konflik
selalu merusaknya. Suatu konflik mulai terjadi pada suatu organisasi,meskipun dihindari
dan ditolak maka harus diselesaikan secepatnya.
b.
Tipe konflik
Konflik dapat dibedakan
3 jenis, yaitu :
1. Intrapersonal : konflik yang terjadi pada individu sendiri. Hal
ini sering dimanifestasikan sebagai akibat dari kompetisi peran. Misalnya, manager
mungkin merasa konflik intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi
keperawatan, loyalitas terhadap pekerjaan dan loyalitas kepada pasient.
2. Interepersonal : konflik interpersonal terjadi antara dua orang
atau lebih dimana nilai, tujuan dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering
terjadi karena seseorang secara konstan berinteraksi dengan orang lain sehingga
ditemukan perbedaan –perbedaan.
3. Antara kelompok ( intergroup ). Konflik terjadi antara dua atau
lebih dari kelompok orang, departemen atau organisasi. Sumber konflik jenis ini
adalah hambatan dalam mencapai kekuasaan dan otoritas ( kwalitas jasa layanan
), keterbatasan prasarana.
4
c.
Penyebab konflik
1. Perilaku menentang
Perilaku
menentang dapat menimbulkan konflik. Yang menghasilkan prasaan bersalah pada
seseorang dimana prilaku itu ditunjukan.
2. Stres
Konflik
menimbulkan stres, ketakutan, kecemasan dan perubahan dalam hubungan
profesional. Kondisi – kondisi ini dapat meningkatkan potensial konflik.
3. Keyakinan , nilai dan sasaran
Aktifitas
atau persepsi – persepsi yang tidak cocok menimbulkan konflik. Hal ini terbukti
apabila perawat mempunyai keyakinan, nilai, dan sasaran yang berbeda dengan
manajer perawat, dokter, patiens, pengunjung, keluarga, bagian administrasi dan
yang lainnya.
d. Proses konflik
Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahap :
1.
Konflik
laten
Tahapan
konflik yang terjadi terus menerus ( laten ) dalam suatu organisas. Misalnya,
kondisi tentang keterbatasan staf dan perubahan yahng cepat. Kondisi tersebut
memicu pada ketidakstabilan suatu oraganisasi dan kwalitas produksi, meskipun
konflik yang ada kadang tidak nampak secara nyata atau tidak pernah terjadi.
2.
Felt
konflik ( konflik yang dirasakan )
Konflik
yang terjadi karena adanya suatu yang dirasakan sebagai ancaman, ketakutan,
tidak percaya, dan marah. Konflik ini disebut juga sebagai konflik “affective“.
hal ini penting bagi seseorang untuk menerima konflik dan tidak merasakannya
konflik tersebut sebagai suatu masalah atau ancaman terhadap keberadaannya.
3.
Konflik
yang Nampak atau sengaja dimunculkan
Konflik
yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusi. Tindakan yang
5
dilaksanakan
mungkin menghindar, kompetisi, debat atau mencari penyelesaian konflik. Setiap
orang secara tidak sadar belajar menggunakan kompetisi, kekuatan dan
agresifitas dalam menyelesaikan konflik dalam perkembangannya. Sedangkan
penyelesaian konflik dalam suatu organisasi, memerlukan suatu upaya dan
strategi untuk mencapai tujuan organisasi.
4.
Resolusi
konflik
Suatu
penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua orang yang terlibat didalamnya
dengan prinsip “win-win solution”.
5.
Konflik
“aftermath”
Konflik
yang terjadi akibat dari tidak terselesaikannya konflik yang pertama. Konflik
ini akan menjadi masalah besar kalau tidak segera diatasi atau dikurangi penyebab
dari konflik yang utama.
KONFLIK LATEN
|
Konflik
yang dirasakan
(felt)
|
Konflik yang dialami
|
Konflik
after math
|
Konflik yang tampak
|
Penyelesaian/
manajemen konflik
|
Diagram proses konflik (Marquis dan Huston,1998: 314)
6
e. Penyelesaian Konflik
1. Langkah-langkah
Vestal (1994) menjabarkan
langkah-langkah menyelesaikan suatu konflik meliputi :1)pengkajian,
2)identifikasi, 3)intervensi
Pengkajian
1. Analisa situasi
Identifikasi jenis konflik untuk
menentukan waktu yang diperlukan. Setelah fakta dan memvalidasi semua
memperkiraan melalui pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa yang terlibat
dan peran masing-masing. Tentukan jika situasinya dapat dirubah.
2. Analisa dan mematikan isu yang berkembang
Jelaskan masalah dan perioritas fenomena
yang terjadi. Tentukan masalah utama yang memerlukan suatu penyelesaian dimulai
dari masalah tersebut. Hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
3. Menyusun tujuan
Jelaskan tujuan
spesifik yang akan dicapai
Identifikasi
4. Mengelola
perasaan
Hindari suatu respon emosional:marah,
dimana setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap kata-kata, ekpresi,
dan tindakan.
7
Intervensi
5 Masuk
pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik. Identifikasi hasil
yang positif yang akan terjadi.
6. Menyeleksi metode
dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik memerlukan strategi yang
berbeda-beda. Seleksi metode yang paling sesuai untuk menyelesaikan konflik
yang terjadi.
Strategi
penyelesaian konflik
Strategi penyelesaian
konflik dapat dibedakan menjadi 6 yaitu :
1. Kompromi
atau negosiasi
Suatu
startegi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling menyadari dan
sepakat tentang keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini sering diartikan
sebagai “ Lose-lose situation “. Kedua unsure yang terlibat menyerah dan
menyepakati hal yang telah dibuat. Didalam manajemen perawatan strategi ini
sering digunakan middle- dan top manajer keperawatan.
2. Kompetisi
Strategi
ini dapat diartikan “ win – lose “ penyelesaian konflik. Penyelesaian ini
menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa
mempertimbangkan yang kalah. Akibat negative dari strategi ini adalah
kemarahan, putus asa ada keinginan untuk perbaikan dimasa mendatang.
3. Akomodasi
Konflik
ini belawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini seseorang berusaha mengakomodasi
permasalaha- permasalahan dan memberi kesempatan orang lain untuk menang.
Masalah utama pada strategi sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi ini
biasanya sering digunakan dalam suatu politik untuk merebut sesuatu kekuasaan
dengan berbagai konsekwensinya.
8
4. Smoothing
Penyelesaian
konflik dengan mengurangi komponen emosional dalam konflik. Pada strategi ini
individu yang terlibat dalam konflik berupaya mencapai kebersamaan dari pada
perbedaan dengan penuh kesabaran dan introspeksi diri. Stategi ini biasa
diterap kan
pada konflik yang ringan, tetapi untuk konflik yang besar misalnya persainan
pelayanan / hasil produksi dan tidak dapat dipergunakan.
5. Menghindar
Semua
yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah yang
dihadapi tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalahnya.
Strateggi ini biasanya dipilih bila ketidak sepakatan adalah membahayakan kedua
pihak, biaya penyelesaian lebih besar dari pada menghindar, atau masalah perlu
orang ketiga dalam menyelesaikannya atau jika masalah dapat terselesaikan
dengan sendirinya.
6. Kolaborasi
Strategi
ini merupakan strategi win – win
solotion. Pada kolaborasi, kedua unsure yang terlibat menentukan tujuan
bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Karena keduanya menyakini
akan tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan, masing – masing
menyakininya. Strategi kolaborasi tidak akan bisa bejalan bila konpetisi
intensif sebagai bagian dari situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak
mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan tidak adanya kepercayaan
dari kedua kelompok atau seseorang (
Bowdicth & Buono, 1994 ).
9
f. Hasil dari
penyelesaian konflik
Apabila
perhatian diberikan terhadap peranan manajer perawat dalam meningkatkan suasana
kerja perawat yang produktif, banyak kasus – kasus
konflik yang
dapat diselesaikan. Pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen konflik yang
terjadi adalah peranan yang aktif dari manajer perawat. Zemke
menunjukan bahwa
stress dan tekanan didalamnya merupakan perangsang. Yang membuat manajer lebih
positif, lebih hati – hati dan peduli terhadap kariyawannya. Konflik dapat
terjadi sumber energy dan kreativitas yang positif dan membangun bila dikelola
dengan baik. Jika tidak, konflik dapat mengganggu fungsi dan menghancurkan,
menghabiskan energy serta mengurangi keefektivan organisasi dan pribadi.
Konflik dapat menghancurkan inisiatif dan kreativitas, menyebabkan perilaku
bermusuhan dan kekacauan, hilangnya semangat tim, dan hilangnya keinginan untuk
bekerja kearah pencapaian tujuan bersama, mengakibatkan jalan buntu dan
kemacetan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar