Selasa, 02 September 2014

Manajemen Konflik dalam keperawatan



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.   Manajemen Konflik
a.                  Definisi
Konflik adalah suatu kejadiaan yang alamiah dan peristiwa yang pasti terjadi diorganisasi,kehamonisan suatu organisasi sangat diharapkan tetapi konflik selalu merusaknya. Suatu konflik mulai terjadi pada suatu organisasi,meskipun dihindari dan ditolak maka harus diselesaikan secepatnya.

b.                  Tipe konflik
Konflik dapat dibedakan 3 jenis, yaitu :
1.      Intrapersonal : konflik yang terjadi pada individu sendiri. Hal ini sering dimanifestasikan sebagai akibat dari kompetisi peran. Misalnya, manager mungkin merasa konflik intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas terhadap pekerjaan dan loyalitas kepada pasient.
2.      Interepersonal : konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai, tujuan dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara konstan berinteraksi dengan orang lain sehingga ditemukan perbedaan –perbedaan.
3.      Antara kelompok ( intergroup ). Konflik terjadi antara dua atau lebih dari kelompok orang, departemen atau organisasi. Sumber konflik jenis ini adalah hambatan dalam mencapai kekuasaan dan otoritas ( kwalitas jasa layanan ), keterbatasan prasarana.




4
c.                  Penyebab konflik
1.   Perilaku menentang
Perilaku menentang dapat menimbulkan konflik. Yang menghasilkan prasaan bersalah pada seseorang dimana prilaku itu ditunjukan.
2.   Stres
Konflik menimbulkan stres, ketakutan, kecemasan dan perubahan dalam hubungan profesional. Kondisi – kondisi ini dapat meningkatkan potensial konflik.
3.   Keyakinan , nilai dan sasaran
Aktifitas atau persepsi – persepsi yang tidak cocok menimbulkan konflik. Hal ini terbukti apabila perawat mempunyai keyakinan, nilai, dan sasaran yang berbeda dengan manajer perawat, dokter, patiens, pengunjung, keluarga, bagian administrasi dan yang lainnya.

d.      Proses konflik
Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahap :
1.      Konflik laten
Tahapan konflik yang terjadi terus menerus ( laten ) dalam suatu organisas. Misalnya, kondisi tentang keterbatasan staf dan perubahan yahng cepat. Kondisi tersebut memicu pada ketidakstabilan suatu oraganisasi dan kwalitas produksi, meskipun konflik yang ada kadang tidak nampak secara nyata atau tidak pernah terjadi.
2.      Felt konflik ( konflik yang dirasakan )
Konflik yang terjadi karena adanya suatu yang dirasakan sebagai ancaman, ketakutan, tidak percaya, dan marah. Konflik ini disebut juga sebagai konflik “affective“. hal ini penting bagi seseorang untuk menerima konflik dan tidak merasakannya konflik tersebut sebagai suatu masalah atau ancaman terhadap keberadaannya.
3.      Konflik yang Nampak atau sengaja dimunculkan
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusi. Tindakan yang
5
dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisi, debat atau mencari penyelesaian konflik. Setiap orang secara tidak sadar belajar menggunakan kompetisi, kekuatan dan agresifitas dalam menyelesaikan konflik dalam perkembangannya. Sedangkan penyelesaian konflik dalam suatu organisasi, memerlukan suatu upaya dan strategi untuk mencapai tujuan organisasi.
4.      Resolusi konflik
Suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua orang yang terlibat didalamnya dengan prinsip “win-win solution”.
5.      Konflik “aftermath”
Konflik yang terjadi akibat dari tidak terselesaikannya konflik yang pertama. Konflik ini akan menjadi masalah besar kalau tidak segera diatasi atau dikurangi penyebab dari konflik yang utama.

KONFLIK LATEN
Konflik yang dirasakan
(felt)
Konflik yang dialami
Konflik after math
Konflik yang tampak
Penyelesaian/ manajemen konflik
 
















            Diagram proses konflik (Marquis dan Huston,1998: 314)
6
e.       Penyelesaian Konflik
      1.   Langkah-langkah
Vestal (1994) menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan suatu konflik meliputi :1)pengkajian, 2)identifikasi, 3)intervensi
Pengkajian
      1.   Analisa situasi
Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan. Setelah fakta dan memvalidasi semua memperkiraan melalui pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa yang terlibat dan peran masing-masing. Tentukan jika situasinya dapat dirubah.
     2.    Analisa dan mematikan isu yang berkembang
Jelaskan masalah dan perioritas fenomena yang terjadi. Tentukan masalah utama yang memerlukan suatu penyelesaian dimulai dari masalah tersebut. Hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
     3.    Menyusun tujuan
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai
Identifikasi
    4.   Mengelola perasaan
Hindari suatu respon emosional:marah, dimana setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap kata-kata, ekpresi, dan tindakan.


7
Intervensi
5      Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik. Identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi.
6.      Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang paling sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.

Strategi penyelesaian konflik
Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi 6 yaitu :
      1.   Kompromi atau negosiasi
Suatu startegi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat tentang keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini sering diartikan sebagai “ Lose-lose situation “. Kedua unsure yang terlibat menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Didalam manajemen perawatan strategi ini sering digunakan middle- dan top manajer keperawatan.
      2.   Kompetisi
Strategi ini dapat diartikan “ win – lose “ penyelesaian konflik. Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah. Akibat negative dari strategi ini adalah kemarahan, putus asa ada keinginan untuk perbaikan dimasa mendatang.
      3.   Akomodasi
Konflik ini belawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini seseorang berusaha mengakomodasi permasalaha- permasalahan dan memberi kesempatan orang lain untuk menang. Masalah utama pada strategi sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya sering digunakan dalam suatu politik untuk merebut sesuatu kekuasaan dengan berbagai  konsekwensinya.

8
     4.    Smoothing
Penyelesaian konflik dengan mengurangi komponen emosional dalam konflik. Pada strategi ini individu yang terlibat dalam konflik berupaya mencapai kebersamaan dari pada perbedaan dengan penuh kesabaran dan introspeksi diri. Stategi ini biasa diterap kan pada konflik yang ringan, tetapi untuk konflik yang besar misalnya persainan pelayanan / hasil produksi dan tidak dapat dipergunakan.

      5.   Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah yang dihadapi tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalahnya. Strateggi ini biasanya dipilih bila ketidak sepakatan adalah membahayakan kedua pihak, biaya penyelesaian lebih besar dari pada menghindar, atau masalah perlu orang ketiga dalam menyelesaikannya atau jika masalah dapat terselesaikan dengan sendirinya.
      6.   Kolaborasi
Strategi ini merupakan strategi win – win solotion. Pada kolaborasi, kedua unsure yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Karena keduanya menyakini akan tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan, masing – masing menyakininya. Strategi kolaborasi tidak akan bisa bejalan bila konpetisi intensif sebagai bagian dari situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan tidak adanya kepercayaan dari kedua kelompok  atau seseorang ( Bowdicth & Buono, 1994 ).






9
f.       Hasil dari penyelesaian konflik

Apabila perhatian diberikan terhadap peranan manajer perawat dalam meningkatkan suasana kerja perawat yang produktif, banyak kasus – kasus
konflik yang dapat diselesaikan. Pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen konflik yang terjadi adalah peranan yang aktif dari manajer perawat. Zemke
menunjukan bahwa stress dan tekanan didalamnya merupakan perangsang. Yang membuat manajer lebih positif, lebih hati – hati dan peduli terhadap kariyawannya. Konflik dapat terjadi sumber energy dan kreativitas yang positif dan membangun bila dikelola dengan baik. Jika tidak, konflik dapat mengganggu fungsi dan menghancurkan, menghabiskan energy serta mengurangi keefektivan organisasi dan pribadi. Konflik dapat menghancurkan inisiatif dan kreativitas, menyebabkan perilaku bermusuhan dan kekacauan, hilangnya semangat tim, dan hilangnya keinginan untuk bekerja kearah pencapaian tujuan bersama, mengakibatkan jalan buntu dan kemacetan.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar