Selasa, 02 September 2014

ASKEP FRAKTUR




BAB II
TINJAUAN TEORI

A.          Pengertian
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. (Jan. Tambayong, 2000)

Faktur adalah kerusakan kontinuitas tulang, tulang rawan efisis atau tulang rawan sendi yang biasanya melibatkan kerusakan vaskuler dan jaringan sekitarnya yang ditandai dengan nyeri, pembengkakan, dan tenderness (Suriadi dan Rita yuliani, 2001)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner and Suddarth, 2002)

Fraktur adalah patahnya tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga listrik. (price Sylvia Anderson, 2005)

Berdasarkan pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan Fraktur adalah kerusakan kontinuitas tulang yang disebabkan oleh adanya tekanan yang melebihi kemampuan tulang untuk menahan.
Jenis- jenis fraktur:
Tertutu
1.      p (simple): fraktur sederhana dengan kondisi kulit sekitar fraktur tetap utuh, tulang tidak menusuk ke kulit.
2.      Terbuka (compound): terjadi perlukaan didaerah fraktur sehingga terdapat kontak antara udara luar dan tulang. Terdapat tiga kategori, yaitu:
a.     
4
 
Grade I      : tusukan dan kerusakan jaringan minimal, luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
b.      Grade II    : luka lebih luas, tanpa kerusakan jaringan yang ekstensif, tusukan mengenai otot.
c.       Grade III   :  luka lebih besar antara 6-8 cm dengan kerusakan pada pembuluh darah, syaraf, otot, dan kulit, luka ini sangat terkontaminasi.

3.      Komplit : garis fraktur memotong sepanjang periosteum.
4.      Inclomplete (sebagian) : terjadi garis fraktur pada sebagian masa tulang
5.      Displaced : fragmen tulang terpisah dengan kesejajaran fragmen tulang lain.
6.      Communited : lebih dari satu garis fraktur, fragmen tulang pecah, terpisah-pisah dalam berbagai serpihan.
7.      Impacted (telescopic) : sebagian fragmen tulang menusuk sebagian fragmen lain.
8.      Patologis: fraktur terjadi karena penyakit tulang seperti osteoporosis atau tumor.
9.      Greenstick: fraktur pada sebagian fragmen tulang dan sebagian lain tetap utuh.

B.           Etiologi
1.      Trauma (langsung/tidak langsung), seperti tabrakan kendraan bermotor, terjatuh, pukulan dan benturan.
2.      Penyakit tulang primer, seperti: osteoporosis, tumor, dan kanker tulang
3.      Factor lain yang mempengaruhi, misalnya olah raga, latihan yang terlalu kuat dan malnutrisi.
4.      Patofisiologi
Fraktur disebabkan oleh terauma langsung atau tidak langsung seperti tabrakan kendaraan bermotor, terjatuh, pukulan dan juga disebabkan oleh penyakit tulang primer seperti osteoporosis, tumor, dan kanker tulang disebabkan oleh fraktor lain seperti olah raga, latihan yang terlalu kuat dan malnutrisi akan menyebabkan keretakan pada tulang, tulang akan menjadi retak dan akan menyebabkan fraktur




          Proses penyembuhan fraktur :
a.       Tahap pembentukan hematom
Tahap ini terjadi dalam 24 jam setelah injury, yaitu proses penghentian perdarahan terjadi fibrin terbentuk untuk melindungi daerah fraktur. Kapiler baru terbentuk, serta suplai darah meningkat setelah 24 jam.
b.      Tahap proliferasi
Tahap ini terjadi sampai hari ke-12, proliferasi fibrokartilago, hyaline pada tempat fraktur kemudian terjadi osteogenesis.
c.       Tahap formasi procallus
Tahap ini terjadi 6-10 hari setelah cedera ringan, granulasi berubah dan terjadi formasiprocallus. Terbentuk kartilago dan matrik tulang terjadi penyambungan ujung tulang dengan cepat tetapi belum kuat.
d.      Tahap ossifikasi
Tahap ini terjadi kalus permanen yang kaku karena terjadi deposit garam dan kalsium. Pertama terjadi pada eksternal kalus (antara kortek dan periosteum). Pada waktu 3-10 minggu kalus berubah menjadi tulang.
e.       Tahap konsolidasi dan Remodelling
Tahap ini terbentuk tulang yang kuat akibat aktivitas osteobalst dan osteoklast yaitu 6-12 bulan.
Trauma pada pembuluh darah mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah dalam bentuk celah kecil, dimana mekanisme menutupnya akan melibatkan trombosit. Thrombus arteri menyebabkan hilangnya denyutan pada sebelah distal thrombus serta berkurangnya aliran darah,sehingga menimbulkan kematian jaringan sampai terjadinya infeksi. Apabila sumsum tulang terlepas akan bergabung dengan pembuluh darah yang terbuka maka akan masuk dalam sirkulasi dan tersangkut pada berbagai organ (terjadi emboli lemak). Sebagian masuk dan beredar dalam paru-paru, jantung, ginjal, dan otak. Bila masuk kesirkulasi arteri sistemik menyebabkan kehilangan kesadaran.



Manifestasi Klinis fraktur:
a.       Deformitas: misalnya angulasi, rotasi, pemendekan alat gerak, depresi tulang, dan perubahan sudut
b.      Bengkak pada area fraktur
c.       Bruising (Echimosis)
d.      Spasme otot
e.       Nyeri (tajam dan menusuk)
f.       Tenderness
g.      Kerusakan sensasi (numbness)
h.      Krepitus
i.        Mobilisasi abnormal

Komplikasi fraktur:
a.       Komplikasi dini
1.      Sindrom kompartemen akut
2.      Syok
3.      Sindroma emboli lemak
4.      Troboembolitik
5.      Infeksi

b.      Komplikasi lanjut
1.      Kaku sendi
2.      Avaskuler nekrosis: kematian jaringan tulang akibat tidak adanya vaskularisasi
3.      Mal union: posisi penyambungan fragmen tulang tidak sempurna
4.      Delay union: terjadi kegagalan proses penyembuhan antara 3-12 bulan
5.      Non union: kegagalan kelengkapan proses penyembuhan sampai kuat dan stabil.



C.          Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan fraktur ditujukan untuk mereduksi sesuai anatomi tulang, immobilisasi untuk mempertahankan posisi yang benar, dan mempertahankan fungsi tulang. Tindakan penatalaksanaan fraktur tulang adalah:
1.      Reduksi tulang
a.       Reduksi tertutup (manipulasi): merupakan tindakan non bedah
b.      Reduksi terbuka: merupakan tindakan koreksi posisi tulang meliputi: insisi bedah termasuk fiksasi internal menggunakan kawat, skrup, plate, pen
c.       Traksi
2.      Imobilisasi fraktur
a.       Fiksasi eksternal dengan menggunakan gips atau fiksator eksternal
b.      Fiksasi internal: tindakan pembedahan digunakan untuk memperbaiki posisi fraktur seperti memasang pen, screw, plate
3.      Terapi obat analgetika, relaksan otot
4.      Terapi nutrisis khususnya protein minimal 1 gram/kg BB, vitamin B,C,D dan kalsium

D.          Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan meliputi Aspek Bio, psiko, sosio dan spiritual secara kompherensip. Maksud dari pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien. Data tersebut berasal dari pasien, keluarga pasien dan dari catatan yang ada. Pengumpulan melalui wawancara, observasi langsung dan melihat secara medis. Data yang diperlukan mungkin dari klien dari fraktur adalah sebagai berikut:
Data dasar, meliputi:
Identitas klien yang meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan agama, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

Data Subjektif
a.       Riwayat trauma/injuri, waktu kejadian trauma, penyakit tulang atau penyakit sistemik yang pernah diderita, imobilisasi yang lama
b.      Riwayat pengobatan (pengguna kortikorsteroid dan analgetik), riwayat pembedahan atau penatalaksanaan lain pada pertolongan pertama fraktur
c.       Riwayat penggunaan terapi pengganti estrogen dan suplemen kalsium
d.      Penurunan pergerakan atau kelemahan bagian tubuh dan spasme otot
e.       Nyeri tiba-tiba dan hebat pada area fraktur, kesemutan, baal, pusing
f.       Penurunan sensasi pada distal injuri dan nyeri kronik yang meningkat saat beraktivitas

Data Objektif
a.       Gambaran umum: sikap hati-hati pada lokasi fraktur
b.      Nadi tidak teraba pada distal injuri
c.       Temperature kulit menurun dan hipersensasi
d.      Laserasi kulit, warna kulit kebiruan, kemerahan, echymosis, hematoma dan edema pada lokasi fraktur
e.       Pembatasan atau kehilangan fungsi bagian tubuh, deformitas lokal
f.       Pergerakan abnormal, bagian yang fraktur tampak lebih pendek, rotasi internal atau eksternal, krepitasi dan kelemahan otot
g.      Adanya fraktur pada x-ray, scan tulang atau MRI







E.           Diagnosa Keperawatan
Post operasi
a.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka operasi.
b.      Resti infeksi berhubungan dengan luka operasi.
c.       Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka operasi.
d.      Kurang pengetahuan tentang proses-proses penyembuhan tulang berhubungan dengan kurang informasi.

F.           Perencanaan Keperawatan
Post operasi
a.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka operasi
Hasil yang diharapkan:
Nyeri berkurang sampai dengan hilang.
Kriteria hasil:
1.            Ekspresi wajah rileks.
2.            Tanda-tanda vital dalam batas normal.
3.            Nyeri berkurang secara bertahap.
4.            Istirahat/tidur cukup.

Rencana tindakan:
1.            Kaji tingkat dan karakteristik nyeri: lokasi, lamanya, kualitas, intensitas, penyebaran nyeri, faktor-faktor yang meringankan dan faktor-faktor yang memperberat (skla nyeri 0-10)
2.            Observasi tanda-tanda vital
3.            Dorong pasien untuk mengungkapkan rasa sakitnya dan jelaskan pada klien penyebab timbulnya nyeri
4.            Ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam.
5.            Ciptakan lingkungan yang tenang.
6.            Beri posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur, tinggikan ekstremitas yang fraktur setinggi jantung.
7.            Jelaskan pada pasien nyeri akan hilang secara bertahap.
8.            Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian terapi analgetik

b.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi
Hasil yang diharapkan:
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
1.            Luka bersih dan kering.
2.            Tidak ada tanda-tanda infeksi: kemerahan, bengkak, panas, nyeri, kehilangan fungsi.
3.            Suhu 36,50C-37.50C.
4.            Drainage tidak berbau.
Rencana tindakan:
1.            Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
2.            Observasi tanda-tanda infeksi sekitar luka (kemerahan, bengkak, panas, nyeri, kehilangan fungsi)
3.            Rawat luka dengan tehnik aseptik
4.            Jaga kebersihan daerah sekitar luka, hindari basah dan lembab.
5.            Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk daerah operasi dan pertahankan agar kuku tetap pendek dan bersih.
6.            Tingkatkan asupan nutrisi: tinggi protein dan kalsium
7.            Kolaborasi dengan tim medik dalam pemberian antibiotik dan vitamin.

c.       Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka operasi
Hasil yang diharapkan:
Pasien mampu melakukan ADL dengan mandiri.
Kriteria hasil:
1.            Pasien mampu beraktivitas secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dan sesuai program medik.
2.            Kebutuhan hygiene, nutrisi dan eliminasi dapat terpenuhi secara mandiri.
Rencana tindakan:
1.            Kaji tingkat kemampuan beraktivitas pasien.
2.            kaji status neuromuskuler minimal tiap 8 jam dan observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, RR).
3.            Bantu untuk merubah posisi tiap 2 jam bila mungkin atau bantu pada posisi yang tepat
4.            Bantu pasien bila pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat dilakukan sendiri.
5.            Batasi aktivitas pasien dan jelaskan tujuan pembatasan serta tidak menahan berat badan pada ekstremitas yang injuri.
6.            Anjurkan dan bantu pasien untuk mobilisasi fisik secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dan sesuai program medik.
7.            Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien.

d.      Kurang pengetahuan tentang proses-proses penyembuhan tulang berhubungan dengan kurang informasi.
Hasil yang diharapkan:
Pengetahuan pasien bertambah.
Kriteria hasil:
1.            Pasien tampak kooperatif saat diberikan penjelasan.
2.            Dapat berpertisipasi dalam perawatan da pengobatan.
3.            Pasien dapat menjelaskan kembali tentang proses penyembuhan tulang yang sudah dijelaskan oleh perawat
4.            Pasien tidak banyak bertanya-tanya tentang penyakitnya
5.            Pasien mengerti tentang cara perawatan luka di rumah
Rencana tindakan:
1.            Kaji tingkat pengetahuan pasien dan latar belakang pendidikan
2.            Beri penjelasan pada pasien dan pada keluarga tentang proses penyembuhan tulang dengan bahasa yang mudah dimengerti
3.            Beri kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti/ kurang jelas
4.            Ajarkan perawatan luka dirumah

G.          Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan

tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, tehnik komunikasi teraupetik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang di berikan kepada klien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan mengunakan tiga tahap yaitu independent, dependent, dan interdependent, tindakan keperawatan secara independent adalah suatu tindakan yang di lakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya dependent adalah tindakan yang sehubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Interdependent adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lain nya, misalnya tenaga social, ahli gizi, dan dokter, ketrampilan yang harus di punya perawat dalam melaksana kan tindakan keperawatan yaitu kognitif, dan sikap psikomotor.
Adapun tindakan / implementasi keperawatan yang di;akukan pada klien dengan fraktur humerus dextra distal untuk mengatasi diagnosa keperawatan  Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka operasi adalah mengkaji tingkat dan karakteristik nyeri: lokasi, lamanya, kualitas, intensitas, penyebaran nyeri, factor-faktor yang meringankan dan factor-faktor yang memperberat (skla nyeri 0-10), Observasi tanda-tanda vital, dorong pasien untuk mengungkapkan rasa sakitnya dan jelaskan pada klien penyebab timbulnya nyeri, mengajarkan tehknik relaksasi tarik nafas dalam, menciptakan lingkungan yang tenang, memberi posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur, menjelaskanpada pasien nyeri akan hilang secara bertahap, kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian terapi analgetik,
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi mengobservasi tanda-tanda vital, mengobservasi tanda-tanda infeksi sekitar luka (kemerahan, bengkak, panas, nyeri, kehilangan fungsi), rawat luka dengan tehnik aseptic, jaga kebersihan daerah sekitar luka, hindari basah dan lembab, Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk daerah operasi dan pertahankan agar kuku tetap pendek dan bersih, tingkatkan asupan nutrisi: tinggi protein dan kalsium, kolaborasi dengan tim medik dalam pemberian antibiotik
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka operasi: mengkaji tingkat kemampuan beraktivitas pasien, mengkaji status neuromuskuler ninimal tiap 8 jam dan observasi tan-tanda vital (TD, S, N, RR), membantu untuk merubah posisi tiap 2 jam bila mungkin atau membantu pada posisi yang tepat, membantu pasien bila pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat dilakukan sendiri, membatasi aktivitas pasien dan jelaskan tujuan pembatasan serta tidak menahan berat badan pada ekstremitas yang injuri, menganjurkan dan membantu pasien untuk mobilisasi fisik secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dan sesuai program medik, menempatkan barang-barang kebutuhan pasien ketempat yang mudah dijangkau seperti bel, meja pasien, melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien.
Pada kurang pengetahuan tentang proses-proses penyembuhan tulang berhubungan dengan kurang informasi: mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan latar belakang pendidikan, memberi penjelasan pada pasien dan pada keluarga tentang proses penyembuhan tulang dengan bahasa yang mudah dimengerti, memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti/ kurang jelas, mengajarkan perawatan luka dirumah
    
H.          Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses kerawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah yang baru. Evaluasi dilakukan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.



Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah  evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan. Adapun keberhasilan pada klien fraktur adalah
1.      Nyeri teratasi
2.      Tidak terjadi infeksi
3.      Mobilitas fisik dapat dilakukan secara mandiri
4.      Pengetahuan klien meningkat atau bertambah tentang cara perawatan luka dirumah. 









Tidak ada komentar:

Posting Komentar