Selasa, 02 September 2014

askep Efusi pleural

LAPORAN PENDAHULUAN
EFUSI PLEURAL


  1. Pengertian

Efusi pleural adalah Pengumpulan cairan dalam dalam ruang pleura (selaput yang menutupi permukaan paru-paru) yang terletak di antara permukaan visceral (selaput)dan parietal (dinding).
(Brunner and Suddarth edisi 8 volume 1,2001)

Efusi pleura adalah adalah Cairan yang terkumpuk dalam rongga pleura .
(Sylvia A.Price , 2006)
Efusi pleural adalah Terkumpulnya cairan abnormal dalam kavum pleura
(Arief mansjoer  1999)

Efusi pleural adalah  Cairan yang tertumpuk dalam rongga pleura.
(Dr. HendraLaksman, 2003)

Kesimpulan :
Efus pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang disebakan oleh banyak faktor seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-paru.

                Rongga pleura

Patofisiologi
1. Etiologi
Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:
1.      Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru.
Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
2.      Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali disebabkan oleh penyakit paru-paru.
Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Penyebab lain dari efusi pleura adalah:
·  Kadar protein darah yang rendah
·  Sirosis
·  Pneumonia
·  Abses dibawah diafragma
·  Artritis rematoid
·  Pankreatitis
·  Emboli paru
·  Tumor
·  Lupus eritematosus sistemik
·  Pembedahan jantung
·  Cedera di dada
·  Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)
·  Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
·   Efusi pleura dapat terjadi karena terjadinya inflamasi oleh bakteri atau tumor yang mengenai permukaann pleural juga dapat terjadi karena ketidak seimbangan tekanan hidrostatik dan osmotic.

2. Manifestasi klinis
Biasanya manifestasi klinisnya disebabkan oleh penyakit dasar (Peneumonia).
a.Demam
b.Mengigil
c. Nyeri dada pleuritis
d.                                          Dispnea
e. Batuk
f. Sesak nafas
g.Bunyi nafas minimal
h.Egofoni akan terdengar diatas area efusi
i.  Deviasi Trakea menjauhi tempat sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan .

3.      Proses penyakit
TEKANAN HIDROSTATIK
                                                               

Cairan masuk
 



Cairan tertimbun dalalm jaringan / Ruangan
 




Kongesti jantung (transudat)                      Abses paru/ kangker paru/TB paru
/Penumonia dll (elsudat)
 



Efusi pleura
Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
Resiko terhadap Trauma/ penghentian nafas b.d  pemasangan alat dari luar
Resti terhadap kerusakan ,pertukaran gas b.d Penurunan permukaan efektif paru
Resiko infeksi berhubungan dengan Tidak kuat pertahanan utama (Trauma jaringan paru, Penurunan kerja silia, Stasis cairan tubuh..,Prosedur invasive,Penyakit kronis,Tidak kuat pertahanan sekunder(imun)
Kurang pengetahuan b.d mengenai kondisi, aturan pengobatan

 




  1. Komplikasi
a.       fibrosis paru :
1)      Pleural Parietal
2)      Pleura Viseral

5.                  Penatalaksanaan Medis
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara pernafasan.

Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
1.       Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.

2.      CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor


3.       USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

4.      Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).


5.      Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

6.       Analisa cairan pleura
Diindikasikan untuk mengetahui apakah apakah jenis cairan efusi efusi pleura apakah eksudat atau transudat.

7.Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan ya
ng terkumpul.

8.Pemerikasaan Laboratorium seperti:
Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri,Pewarnaan Gram,basil tahan asam(utuk tuberkolusis), hitung sel darah meram dan putih, Pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase [LDH], Protein), Analisis sitologi utuk sel Malignan dan pH.

2. Terapi
 Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidak nyamanan serta dispena, Terapi yang di berikan adalah :

Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah.
Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar.
Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).

Pengaliran cairan dan pemberian obat antitumor kadang mencegah terjadinya pengumpulan cairan lebih lanjut.

Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan tambahan.

Jika darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang.
Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase).
sJika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan.

Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening.
Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening.


D.                                                                                        Pengkajian

Adapun pengkajian yang di lakukan pada klien dengan efusi pleura adalah :
1.Aktifitas / istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktifitas ataupun istirahat

2.Sirkulasi
Tanda           :
a. Takikardia
a. Frekuensi tak teratur/disritmia
b.Irama jantung gallop(gagal jantung sekunder terhadap efusi plura)
c. Nadi apical (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal (dengan tegangan penumotorak
d.                                    Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukan udara dalam mediastinum)
e. Tekanan darah :Hipertensi/Hipotensi
f. Denyut Vena Jugularis

3.Integeritas ego
   Tanda           :Ketakutan, Gelisah 
                       
4.Makanan / Cairan
Tanda           :Adanya pemasangan IV vena sentral/ Infus tekanan
5.Nyeri/ Kenyamanan
Gejala (Tergantung
pada ukuran /
area yang
terlibat )        : a. Nyeri dada unilateral, meningkat karma pernafasan, batuk.
Timbul tiba- tiba gejala sementara batuk atau regangan (Peneumotorak spontan )
b.Tajam dan nyeri, menusuk yang di perberat oleh nafas dalam , kemungkinan ke leher,bahu, abdomen (efusi pleural)

Tanda           :a. Berhati- hati pada area yang sakit
b.Prilaku distraksi
c. Mengkerutkan wajah

6.Pernafasan
Gejala           :Kesulitan bernafas, Lapar nafas
a. Batuk (mungkin gejala yang ada)
b.Riwayat bedah dada/ Trauma; Penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi), penyakit interstisial menyebar (sarkoidosi); Keganasan ( mis.obstruksi tumor) Peneumotoraks spontan sebelumnya; Ruptur empisematous bula spontan, bleb sub pleural (PPOM).

Tanda           :Pernafasan :Peningkatan frekwensi/ takipnea
a. Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot aksesori pernafasan pada   dada, leher; rektraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat .
b.Bunyi nafas menurun atau tak ada ( sisi yang terlibat)
c. Premitus menurun (sisi yang terlibat )
d.                  ferkusi dada :Hiperresonan di atas area terisi udara (penumotoraks , bunyi pekak diatas area yang terisi cairan (hemotoraks)
e. Observasi dan palpasi dada: Gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kempes, penurunan pengembangan toraks ?(Area yang sakit).
f. Kulit:Pucat, sianosis, berkerigat ,resipitasi subkutan(udara pada jaringan dengan palpasi )
g.Mental :Ansietas ,gelisah, binggung,pingsan.
h.Pengunaan ventilasi mekanik tekanan positif / terapi PEEP

7. Keamanan
Gejala     :a. Adanya trauma dada
 b. Radiasi / kemoterapiuntuk keganasan
 
8.      Penyuluhan pembelajaran
Gejala     :a. Riwayat factor resiko :Tuberkolusis, kangker .
 b. Adanya bedah intratorakal / biobsi paru
 c. Bukti kegagalan membaik



E.     Diagnosa Keperawatan
1.      Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru (Akumulasi udara / cairan
Hasil yang diharapkan : Menunjukan pola pernafasan normal / efektif dengan GDA dalam    rentang normal .Bebas sianosis, dan dispnea
Intervensi:
Mandiri   :
1.Mengidentifikasi etiologi / factor pencetus, contoh kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik.
2.Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan / pernapasan serak, dispnea, keluhan “lapar udara” terjadinya sianosis, perubahan tanda vital.
3.Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik. Catat perubahan tekanan udara.
4.Auskultasi bunyi nafas
5.Kaji pasien adanya nyeri tekan bila batuk,nafas dalam
6.Pertahan kan posisi nyaman ,biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik kesisi yang sakit.
7.Pertahankan perilaku tenang, Bantu pasien untuk “control diri” dengan menggunakan pernafasan lebih lambat / dalam
8.Bila terpasang selang dada: Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar (batas air, pengatur dinding, / meja disusun dengan tepat ).
9.Periksa batas cairan pada botol penghisap ;pertahankan pada batas yang   ditentukan.

Kolaborasi :
1.            Kaji seri foto torak
2.            Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri .Kaji kapasitas vital/ pengukuran volume tidal.
3.            Berikan oksigen tambahan melalui kanula/ masker sesui indikasi.

Rasional             :
Mandiri :
1.      Pemahaman penyebab kolaps perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terpeutik yang lain.
2.      Disteres pernafasan dan perubahan pada tanda- tanda vital dapat terjadi karena stress foisiologis dan nyeri qatau dapat menunjukan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia/ perdarahan .
3.      Kesulitan bernafas “dengan “ventilator” dan atau peningkatan tekanan jalan nafas diduga memburuknya kondisi / terjadinyan komplikasi .
4.      Bunyi nafas dapat menurun atau tak ada pada lobus, segmen paru atau seluruh area paru ( unilateral). Area atelektasis tak ada bunyi nafas, dan sebagian area kolaps menurun bunyinya. Evaluasi juga dilakukan untuk area yang baik pertukaran gasnya dan memberikan data evaluasi perbaikan pleura.
5.      Sokongan terhadap dada dan otot abnormal membuat batuk efektif/ mengurangi trauma.
6.      Meningkatkan inspirasi maksimal ,meningkatkan ekspirasi paru dan ventilasi pada sisiyang tak sakit.
7.      Membantu pasien mengalami efek fisiologi hipoksia yang dapat dimanifestasikan sabagai ansietas/ketakutan .
8.      Mempertahankan tekanan negative intrapleural sesuai yang diberikan , yang meningkatkan ekspansi optimum dan drainase cairan.
9.      Air botol penampung bertindak sebagai  pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural,jika sumber penghisap diputuskan dan membantu dalam evaluasi apakah system drainase dada berfungsi dengan tepat.

Kolaborasi :
1.      Mengawasi kemajuan perbaikan ekspirasi paru ,mengidentifikasi kesalahan posisi selang  endotrakeal mempegaruhi inflasi paru .
2.      Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi , perlu untuk kelanjutan atau gangguan dalam terapi
3.      Alat dalam menurunkan kerja nafas; meningkatkan penghilangan distres respirasi dan sianosis sehubungan dengan hipoksemia.

2.      Resiko terhadap Trauma/ penghentian nafas b.d  pemasangan alat dari luar(system drainase dada)
Hasil yang diharapkan :Mengenal kebutuhan / mencari bantuan untuk mencegah    komplikasi.
Intervensi  :
Mandiri :
1.      Kaji dengan pasien tujuan / fungsi unit drainase dada catat gambaran keamanan .
2.      Pasangkan kateter toraks kedinding dada dan berikan panjang selang ekstra sebelum memindahkan atau mengubah posisi pasien :
·         Amankan sisi sambungan selang
·         Berbantalan pada sisi dengan kasa/ plester
3.      Amankan unit drainase pada tempat tidur pasien atau pada sangkutan / tempat tertentu pada area dengan lalulintas rendah.
4.      Awaasi  sisi lubang pemasangan selang , cataat kondisi kulit, ,adanya /karaktristik drainase dari sekitar kateter. Ganti / pasang ulang kasa penutup steril sesuai kebutuhan .
5.      Anjurkan klien untuk menghindari berbaring / menarik selang
6.      Identifikasi perubahan / situasi yang harus dilaporkan pada perawat , contoh perubahan bunyi gelembung, lapar udara tiba- tiba nyeri dada , lepaskan alat.
7.      Observasi tanda distress pernafasan bila kateter torak tercabut/ terlepas

Rasional :
1.      Infoermasi tentang bagaimana system bekerja memberikan keyakinan , menurunkan ansietas npasien .
2.      Mencegakh terlepasnya kateter dada atau selang terlipat dan menurunkan nyeri/ ketidak nyamanan sehubungan dengan penarikan atau pergerakan selang .
·   Mencegah terlep[asnya selang
·   Melindungi kulit dari iritasi/ tekanan
3.      Mempertahankan posisi duduk tinggi dan menurunkan resiko kecelakaan jatuh/ unit pecah.
4.      Memberikan pengenalan dini dan mengobati adanya erosi / infeksi kulit.
5.      menurunkan resiko obstruksi drainase/ terlepasnya selang
6.      intervensi tepat waktu dapat mencegah komplikasi serius.
7.      Efusi pleura dapat terulang / memburuk , karena mempengaruhi  fungsi pernafasan dan memerlukan intervensi darurat.

3.      Resti terhadap kerusakan ,pertukaran gas b.d Penurunan permukaan efektif paru
Hasil yang diharapkan  :
o Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jarigan adekuat denga GDA dalam rentang normal.
o Bebas dasri gejala distres pernafasan
Intervensi :
Mandiri           :
1.Kaji dispnea ,takipnea tak normal / menurunya bunyi nafas, peningkatan ,terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan .
2.Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran . Catat sianosis dan / atau perubahan waran kulit , termasuk membrane mukosa dan kuku.
3.Tunjukan / dorong bernafas dengan bibir selama ekhalasi, khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
4.Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan Bantu aktifitas perawatan diri sesuai keperluan .

Kolaborasi
1.Awasi seri GDA/ nadi osimetri
2.Berikan oksigen tambahan yang sesuai

Rasional
Mandiri :
1.Efusi pleura dapat menyebabkan efek luas pada paru, sehingga efek pernafasan dapat ringan sampai dispnea berat sampai disters pernafasan .
2.Pengaruh jalan nafas  dapat menggangu oksigenasi organ vital dan jaringan
3.Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps/ penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan / menurunkan nafas pendek.
4.Menurunkan konsumsi oksigen / kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.

Kolaborasi :
1.Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan / atau saturasi atau peningkatan PacO2 menunjukan untuk intervensi / perubahan program terapi .
2.Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi / menurunya permukaan alveolar paru.

4.      Resiko infeksi berhubungan dengan Tidak kuat pertahanan utama (Trauma jaringan paru, Penurunan kerja silia, Stasis cairan tubuh..,Prosedur invasive,Penyakit kronis,Tidak kuat pertahanan sekunder(imun)
      Hasil yang diharapkan :
·         Menunjukan Pemahaman faktor resiko individu
·         Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan  resiko infeksi
·         Menunjukan teknik untuk meningkatkan lingkungan aman
Intervensi
Mandiri :
1.Catat Faktor resiko terjadinya infeksi Pastikan
2.Observasi warna /bau /Bau/Karakteristik cairan ,Catat drainase sekitar selang .
3.Turunkan faktor resiko nosolomial melalui cuci tangan yang tepat pada semua perawat, mempertahankan tehnik pengisapan steril
4.Dorong nafas dalam
5.Auskultasi bunyi nafas
6.Awasi / batasi pengunjung.Hindari kontak dengan infeksi saluran nafas atas
7.Anjurkan menyediakan wadah sekali pakai untuk mennampung sputum jika klien batuk berdahak
8.Pertahankan hidrasi adekuat dan nutrisi.
9.Doerong perawatan diri / Aktifitas sampai batasan toleransi,Bantu dengan latihan bertahap
Kolaborasi :
1.      Ambil kultur sputum sesuai indikasi
2.      Berikan antimicrobial sesuai indikasi
Rasional
Mandiri :
1.Intubasi , ventilasi mekanik lama , ketidak mampuan umum , malnutrisi, usia ,dan prosedur invasive adalah factor dimana pasien potensial mengalami infeksi dan lama sembuh. Kesadaran akan factor resiko memberikan kesempatan untuk membatasi efeknya.
2.Kuning /hijau, sputum berbau purulen menunjukan infeksi; sputumkental, lengket diduga dehidrasi.
3.Faktor ini paling sederhanan tapi paling penting untuk mencegah infeksi di rumah sakit.
4.Memaksimalkan ekspansi paru
5.Adanya ronkhi/mengi diduga ada tahanan sekretyang perlu pengeluaran / pengisapan.
6.Individual telah dipengaruhi dan berada pada resiko tinggi mengalami infeksi
7.Menurunkan transmisi organisme melalui cairan
8.Membantu memperbaiki tahanan umum untuk memperbaiki tahanan umum untuk penyakit dan menurunkan resiko infeksi dan stasis sekret.
9.Memperbaiki kesehatan umum dan reganggan otot dan dapat merangsang perbaikan sistem imun.
Kolaborasi
1.Diperlukan untuk mengidentifikasi patogen dan antimikrobital yang tepat.
2.Satu atau lebih agen dapat digunakan tergantung pada identifikasi patogen bila infeksi terjadi.

5.      Kurang pengetahuan b.d mengenai kondisi, aturan pengobatan
Hasil yang diharapkan :
§  Menyatakan pemahaman penyebab masalah
§  Mengidentifikasi tanda/ gejala yang memerlukan evaluasi   medik
§  Mengikuti program pengobatan dan menunjukan perubahan pola   hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah

Intervensi
Mandiri :
1.      Kaji kempuan pasien untuk belajar, contoh tingkat takut, masalah kelemahan , tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien dapat belajar, seberapa banyak isi, media terbaik, siapa yang terlibat.
2.      Identifikasi kemungkinan kambuh/ komplikasi jangka panjang.
3.      Kaji ulang tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat contoh nyeri dada tiba- tiba, dispnea, distres pernafasan lanjut.
4.      Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, contoh nutrisi baik, istirahat, latihan.
5.      Tekankan untuk tidak merokok dan minum alcohol

Rasional :
Mandiri :
1.      Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik
2.      Penyakit paru seperti PPOM berat dan keganasan dapat meningkatkan insidenkambuh
3.      Berulangnya penumotoraks/ efusi pleura /TB paru memerlukan intervensi medik untuk mencegah/ menurunkan potensial komplikasi.
4.      Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan
5.      meskipun merokok tidak merangsang berulangnya efusi pleura tetapi meningkatkan disfungsi pernapasan/bronchitis.


F. Implementasi
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan, kolaborasi dan membantu dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dan mempasilitas koping, tahapan tindakan keperawatan ada 3 antara lain :


1. Persiapan     : Perawat menyiapkan segala sesuatu yang perlu dalam tindakan
keperawatan, yaitu mengulang tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap intervensi,menganalisa pengetahuan dan ketermpilan yang diperlukan dalam mengetahui komplikasi dari tindakan yang mungkin muncul, menentukan kelengkapan dan menentukan lingkungan yang kondusif. Mengidentifikasi aspek hukum dan kode etik terhadap resiko dari kesalahan tindakan.
2. Intervensi    : Pelaksanaan tindakan keperawatan yang bertjuan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional, adapun sifat tindakan   keperawatan yaitu independen, interindependen,dan dependen.
3. Dokumentasi: Mendokumentasikan suatu proses keperawatan secara lengkap
  dan akurat.

G. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan melihat sejauh mana diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan mengevaluasi kesalahan yang terjadi selama pengkajian, analisa, intervensi, mengimplementasi keperawatan.
a. Formatif
Evaluasi setelah rencana keperawata dilakukan untuk membantu keefektifan tindakan yang dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai.
b.Sumatif
Evaluasi yang diperlukan pada akhir tindakan keperawatan secara obyektif,
fleksibel dan efisien.


















DAFTAR PUSTAKA

Arif , Mansjoer .2001.KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Edisi 3.Jakarta ; EGC

Dongoes, E.Marlyn ,dkk.1999.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN,PEDOMANUTUK PERAWATAN DAN PENDOKUMENTASIAN PERAWATAN PASIEN.Jakarta :EGC

Suddarth and Brunner.2001.KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Edisi 8.Jakarta ; EGC

Price A, Slivia ,dkk .2006.PATOFISIOLOGI .Edisi 6.Jakatra ; EGC

KOREKSI : 21/02/2008
GOOD ENOUGH ....
TINGKATKAN DAN LENGKAPI YANG MASIH KURANG SERTA BUAT RENPRA DALAM BENTUK BAGAN YA.....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar