BAB II
Tinjauan Teori
a.
Pengertian
Pengertian manajemen banyak disampaikan oleh para ahli, namun dalam materi ini hanya akan disampaikan beberapa pendapat ahli manajemen :
Pengertian manajemen banyak disampaikan oleh para ahli, namun dalam materi ini hanya akan disampaikan beberapa pendapat ahli manajemen :
1)
H. Koontz & O,Donnel dalam bukunya “Principles of
Management” mengemukan sebagai berikut : “manajemen berhubungan dengan
pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain” (Management
involves getting things done thought and with people).
2)
Mary Parker Folllett mendefinisikan “manajemen sebagai
seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
3)
George R. Terry dalam bukunya “Principles of
Management” menyampaikan pendapatnya : “manajemen adalah suatu proses yang
membeda-bedakan atas ; perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan
dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat
menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya” (Management is a distinct
process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling,
utilizing in each both science and art, and followed in order to accomplish
predetermined objectives)
4)
James A.F. Stoner dalam bukunya “Management” (1982)
mengemukakan “manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan”
Berdasarkan beberapa pengertian manajemen di atas,
dapat dikatakan bahwa manajemen memiliki beberapa ciri antara lain :
1)
Manajemen diarahkan untuk mencapai tujuan
2)
Manajemen sebagai proses; perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan, pengarahan dan pengawasan
3)
Tersedia sumber daya; manusia, material dan
sumber lain
4)
Mendayagunakan atau menggerakkan sumber daya tersebut
secara efisien dan efektif
5)
Terdapat orang yang menggerakkan sumber daya tersebut
(manajer)
6)
Penerapan manajemen berdasarkan ilmu dan juga seni
atau keahlian yang harus dimiliki oleh manajer
b.
Pandangan Terhadap Manajemen
Untuk mengkaji lebih jauh tentang
manajemen, perlu disampaikan beberapa pandangan tentang manajemen :
1)
Manajemen sebagai suatu
sistem
Manajemen dipandang sebagai suatu kerangka kerja yang
terdiri dari berbagai bagian yang saling berhubungan yang diarahkan dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi.
2)
Manajemen sebagai suatu
prosesManajemen
sebagai rangkaian tahapan kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manajemen sebagai suatu proses
dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh manajer.
3)
Manajemen sebagai suatu ilmu
terapan
Manajemen hanya dapat diterapkan dalam kehidupan yang
nyata, dan dalam menerapkan manajemen, dibantu oleh berbagai cabang ilmu
lainnya, seperti ; komunikasi, sosiologi, ekonomi, psikologi, matematika,
dll
4)
Manajemen merupakan
kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan organisas
Manajemen dapat dipelajari dari proses kerjasama yang
berkembang antara pimpinan dengan staf untuk mencapai tujuan organisasi.
5)
Manajemen ditinjau dari
aspek perilaku manusia.
Dalam manajemen, manusia merupakan sumber daya yang
paling penting. Dari sudut
pandang ini manajemen dapat dilihat dari perilaku manusia yang ada dalam
organisasi. Di sini dapat
ditelaah mengenai aspek kepemimpinan serta proses dan mekanisme kepemimpinan. Ditinjau dari pengambilan keputusan
dapat dikatakan ‘Management as a decision making process’.
6)
Manajemen sebagai proses
pemecahan masalah
Proses manajemen dalam prakteknya dapat dikaji dari
proses pemecahan masalah yang dilaksanakan oleh semua bagian/ komponen yang ada
dalam organisasi. Secara
konkrit dalam organisasi pelayanan kesehatan, seperti yang dilakukan di Rumah
Sakit dan Puskesmas yaitu, identifikasi masalah à perumusan masalah
à dilanjutkan dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Melalui tahapan tersebut diharapkan
tercapai hasil kegiatan secara efektif dan efisien.
7)
Manajemen sebagai profesi.
Manajemen mempunyai bidang pekerjaan atau bidang
keahlian tertentu, seperti halnya bidang-bidang lain, misalnya profesi di
bidang kesehatan, di bidang hukum, dll.
Dari
beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan ada tiga alasan mendasar, mengapa
manajemen diperlukan, yaitu :
1.
Untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai
tujuan organisasi dan juga tujuan individu yang ada dalam organisasi tersebut.
2.
Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang
saling bertentangan. Manajemen
dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan, sasaran dan kegiatan yang
bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan organisasi,
seperti ; pimpinan, pegawai, pelanggan, serikat kerja, masyarakat,
pemerintah (pemerintah daerah), dll.
3.
Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah
kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan benar, sedangkan efektivitas
merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat
untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2.
Manajemen
Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan
menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesahatan
dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan
medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan.
Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan,
dan unit rawat inap.
Dalam perkembangannya pelayanan rumah sakit tidak terlepas dari pembangunan
ekonomi masyarakat. Perkembangan ini tercermin pada perubahan fungsi
klasik RS yang pada awalnya hanya memberikan pelayanan yang bersifat
penyembuhan (kuratif) terhadap pasien melalui rawat inap. Pelayangan RS
kemudian bergeser karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran,
peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan di
RS saat ini tidak saja bersifat kuratif (penyembuhan), tetapi juga bersifat
pemulihan (rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan secara terpadu melalui
upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Dengan demikian, sasaran pelayanan kesehatan RS bukan hanya untuk individu
pasien, tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum.
Fokus perhatiannya memang pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu
dan bagian dari keluarga. Atas dasar sikap seperti itu pelayanan
kesehatan di RS merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (komperhensif dan
holistik).
Pelayanan RS di Indonesia saat ini sudah bersifat padat modal, padat karya,
dan padat teknologi dalam menghadapi persaingan global. Dalam hal
rujukan medik, RS juga diandalkan untuk memberikan pengayoman medik (pusat
rujukan) untuk pusat-pusat pelayanan yang ada di wilayah kerjanya. Sifat
pengayoman sangat erat kaitannya dengan klasifikasi Rumah Sakit. Ada
empat jenis RS berdasarkan klasifikasi perumahsakitan di Indonesia yaitu kelas
A, B, C, dan D. Kelas RS yang lebih tinggi (A) mengayomi kelas Rumah Sakit yang
lebih rendah dan mempunyai pengayoman wilayah yang lebih luas.
Pengayoman dilaksanakan melalui dua sistem rujukan yaitu sistem rujukan
kesehatan (berkaitan dengan upaya promotif dan preventif seperti bantuan
teknologi, bantuan sarana dan operasionalnya) dan rujukan medik (berkaitan
dengan pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif)
Dan berubahnya RS kelas A dan B menjadi RS seadanya, bahkan ada yang
menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), menejemen klasik RS di Indonesia sudah
pasti mengalami perubahan. Perubahan dalam hal peningkatan
profesionalisme staf, tersedianya peralatan yang lebih canggih, dan lebih
sempurnanya sistem administrasi RS yang akan bermanfaat untuk peningkatan mutu
pelayanan kesehatan RS
a.
Jenis Rumah Sakit Di Indonesia
Di
Indonesia dikenal tiga jenis RS sesuai dengan kepemilikan, jenis pelayanan dan
kelasnya. Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan tiga macam RS yaitu RS
Pemerintah (RS Pusat, RS Propinsi, RS Kabupaten), RS BUMN/ABRI, dan RS Swasta
yang menggunakan dana investasi dari sumbar dalam negeri (PMDN) dan sumber luar
negeri (PMA). Jenis RS yang kedua adalah RS Umum, RS Jiwa, RS Khusus
(mata, paru, kusta, rehabilitasi, jantung, kanker, dsb). Jenis RS yang
ketiga adalah RS kelas A, kelas B (pendidikan dan non-pendidikan), RS kelas C
dan RS kelas D (Kepmenkes No.51 Menkes/SK/II/1979). Pemerintah
sudah meningkatkan status semua RS Kabupaten menjadi kelas C.
Kelas
RS juga dibedakan berdasarkan jenis pelayanan yang tersedia. Pada RS
kelas A tersedia pelayanan spesialistik yang luas termasuk spesialistik.
RS kelas B mempunyai pelayanan minimal sebelas spesialistik dan subspesialistik
terdaftar. RS kelas C mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah,
penyakit dalam, kebidanan, dan anak). Di RS kelas D hanya terdapat
pelayanan medis dasar.
Keputusan
Menteri Kesehatan No.134 Menkes/SK/IV/78 Th.1978 tentang susunan
organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum di Indonesia antara lain
Pasal 1 : Rumah Sakit Umum adalah organisasi
di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Dirjen Yan Medik.
Pasal 2 : Rumah Sakit Umum
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kesehatan (caring) dan penyembuhan
(curing) penderita serta pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa
(rehabilitation).
Pasal 3 : Untuk menyelenggarakan tugas
tersebut RS mempunyai fungsi :
1.
Melaksanakan usaha pelayanan medik
2.
Melaksanakan usaha rehabilitasi medik
3.
Usaha pencegahan komplikasi penyakit dan peningkatan
pemulihan kesehatan
4.
Melaksanakan usaha perawatan
5.
Melaksanakan usaha pendidikan dan latihan medis dan
paramedis
6.
Melaksanakan sistem rujukan
7.
Sebagai tempat penelitian
Pasal
4 :
1. RS Umum yang
dimaksud dalam keputusan ini adalah RS kelas A, kelas B, kelas C.
2. RS Umum kelas
A adalah RSU yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik dan
subspesialistik yang luas
3. RS Umum
kelas B adalah RSU yang melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik yang luas.
4. RS Umum
kelas C adalah RSU yang melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik paling
sedikit empat spesialis dasar yaitu: Penyakit Dalam, Penyakit Bedah, Penyakit
Kebidanan/Kandungan, dan Kesehatan Anak.
b.
Susunan Organisasi Rsu Di Indonesia
Untuk Rumah
Sakit Umum kelas A, susunan organisasinya diatur sesuai dengan SK Menkes No.
543/VI/1994 adalah sebagai berikut.
1. Direktur
2. Wakil
Direktur yang terdiri dari:
a.
Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan
b.
Wadir Penunjang Medik dan Instalasi
c.
Wadir Umum dan Keuangan
d.
Wadir komite Medik
Tiap-tiap
Wadir diberikan tanggung jawab dan wewenang mengatur beberapa bidang/bagian
pelayanan dan keperawatan serta instalasi. Instalasi RS diberikan tugas
untuk menyiapkan fasilitas agar pelayanan medik dan keperawatan dapat
terlaksana dengan baik. Instalasi RS dipimpin oleh seorang kepala yang
diberikan jabatan non struktural. Beberapa jenis instalasi RS yang ada
pada RS kelas A adalah instalasi rawat jalan, rawat darurat, rawat inap, rawat
intensif, bedah sentral, farmasi, patologi klinik, patologi anatomi, gizi,
laboratorium, perpustakaan, pemeliharaan sarana rumah sakit (PSRS), pemulasaran
jenazah, sterilisasi sentral, pengamanan dan ketertiban lingkungan, dan binatu.
Komite Medik (KM) juga diberikan jabatan
nonstruktural yang fungsinya menghimpun anggota yang terdiri dari para kepala
Staf Medik Fungsional (SMF). KM diberikan dua tugas utama yaitu menyusun
standar pelayanan mediks dan memberikan pertimbangan kepada direktur dalam hal:
1.
Pembinaan, pengawasan dan penelitian mutu palayanan
medis, hak-hak klinis khusus lepada SMF, program pelayanan medis, pendidikan
dan pelatihan (diklat), serta penelitian dan pengembangan (litbang).
2.
Pembinaan tenaga medis dan bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan etika profesi.
Semua kepala SMF diangkat oleh Dirjen Yan.
Medik Depkes RI berdasarkan usulan dari Direktur RS. Dengan mengkaji
struktur organisasi dan tugas-tugas pokok RS, dapat dibayangkan bahwa manajemen
sebuah RS hampir mirip dengan manajemen hotel. Yang berbeda, tujuan
mereka yang berkunjung dan jenis pelayanannya. Masyarakat yang
berkunjung ke RS bertujuan untuk memperoleh pelayanan medis karena kejadian
sakit yang dideritanya, sedangkan mereka yang berkunjung ke hotel adalah untuk
bersenag-senang.
Pembentukan KM di RS sangat diperlukan
untuk membantu tugas-tugas direktur RS dalam menjaga mutu dan etika pelayanan
RS. KM dibentuk berdasarkan SK Dirjen Yan. Medik Depkes RI sesuai dengan
usul Direktur RS. Masa kerja Wadir KM adalah tiga tahun. Di bawah Wadir
KM terdapat panitia infeksi nasokomial, panitia rekam medis, farmasi da terapi,
audit medik, dan etika.
SMF yang menggantikan UPF ( Unit
Pelaksanaan Fungsional) terdiri dari dokter umum, dokter gigi, dokter
spesialis, dan dokter subspesialis. Mereka mempunyai tugas pokok
menegakkan diagnosis, memberikan pengobatan, pencegahan penyakit, peningkatan
dan pemulihan kesehatan, penyuluhan, pelatihan dan penelitian pengembangan
pelayanan medis. Untuk RS kelas A jumlah SMF yang dimiliki minimal 15
buah yakni(1) Bedah (2) Kesehatan Anak (3) Kebidanan dan Penyakit Kandungan (4)
Penyakit Dalam (5) Penyakit Saraf (6) Penyakit Kulit dan Kelamin (7) THT (8)
Gigi dan Mulut (9) Mata (10) Radiologi (11) Patologi Klinik (12) Patologi
Anatomi (13) Kedokteran Kehakiman (14) Rehabilitasi Medik (15) Anestesi.
Masing-masing Wadir juga dilengkapi
sekretariat khusus dan bidang-bidang yang dibagi lagi menjadi subbagian
dan seksi ( sesuai dengan SK Menkes No. 134). Susunan RSU kelas B hampir
sama dengan kelas A. Bedanya hanya terletak pada jumlah dan jenis-jenis
masing-masing SMF. Untuk RSU kelasB tidak ada subspesialisasinya.
Susunan organisasi RS kelas C dan D lebih
sederhana jika dibandingkan dengan kelas A dab B. Di sini tidak ada wakil
direktur, tetapi dilengkapi dengan staf khusus yang mengurus administrasi.
Kondisi ini berpengaruh pada jenis pelayanan medis dan jumlah staf profesional
(medis dan paramedis) yang dipekerjakan pada tiap-tiap RS ini. Secara
umum, jenis kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan juga akan ikut
menentukan peningkatan kelas sebuah RS di suatu wilayah, terutama yang
berlokasi di ibu kota provinsi.
c.
Fungsi Manajemen Pelayanan Kesehatan di Rumah
Sakit
Fungsi
manajemen yang dilakukan di rumah sakit secara garis besar meliputi ; perencanaan,pengorganisasian,
penggerakan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian.
1)
Perencanaan
Merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting,
karena perencanaan memegang peranan yang sangat strategis dalam keberhasilan
upaya pelayanan kesehatan di RS. Terdapat beberapa jenis perencanaan spesifik
yang dilaksanakan di RS, yaitu : (a) perencanaan pengadaan obat dan logistik,
yang disusun berdasarkan pola konsumsi dan pola epidemiologi, (b) perencanaan
tenaga professional kesehatan, dalam menentukan kebutuhan tenaga tersebut
misalnya ; tenaga perawat dan bidan, menggunakan beberapa pendekatan, antara
lain ; ketergantungan pasen, beban kerja, dll.
2)
Pengorganisasian
Merupakan
upaya untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki RS dan memanfaatkannya
secara efisien untuk mencapai tujuannya. Pengorganisasian dalam
manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit, sama hal dengan di organisasi
lainnya.
3)
Penggerakan pelaksanaan
Manajemen
rumah sakit hampir sama dengan hotel atau penginapan, hanya pengunjungnya
adalah orang sakit (pasen) dan keluarganya, serta pada umumnya mempunyai beban
sosial-psikologis akibat penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya yang
sedang dirawat. Kompleksitas fungsi penggerakan pelaksanaan di RS
sangat dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu : (1) sifat pelayanan kesehatan
yang berorientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan kesehatan (customer
service), dengan hasil pelayanan kemungkinan ; sembuh dengan sempurna,
sembuh dengan cacat dan meninggal. Apapun hasilnya kualitas pelayanan
diarahkan untuk kepuasan pasen dan keluarganya. (2) Pelaksanaan fungsi
actuating ini sangat kompleks,karena tenaga yang bekerja di RS terdiri dari
berbagai jenis profesi.
4)
Pengawasan dan pengendalian
Merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus
(bekesinambungan) pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan
koreksi (perbaikan) terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk
menjalankan fungsi ini diperlukan adanya standar kinerja yang jelas.
Dari standar tersebut dapat ditentukan indikator kinerja yang akan dijadikan
dasar untuk menilai hasil kerja (kinerja) pegawai. Penilaian kinerja
pegawai di RS meliputi tenaga yang memberikan pelayanan langsung kepada pasen,
seperti ; perawat, bidan dan dokter maupun tenaga administratif. Adanya
indikator kinerja, akan memudahkan dalam melakukan koreksi apabila ada
penyimpangan.
Kecenderungan RS ke Depan
Terdapat dua hal yang perlu
diantisipasi oleh rumah sakit, yaitu adanya perubahan pola pemerintahan yang
bersifat desentralisasi, dimana setiap daerah mempunyai otonomi untuk
mengembangkan daerahnya termasuk dalam mengelola pelayanan kesehatan dan akan
memasuki era globalisasi.
Untuk itu RS perlu melakukan pembenahan secara internal, antara lain :
a.
Mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan
tuntutan perubahan dan kebutuhan yang spesifik
b.
Menerapkan manajemen strategis secara konkrit
c.
Mendayagunakan dan mengembangkan pengetahuan dan
kemampuan tenaganya, termasuk tenaga keperawatan (perawat dan bidan)
d.
Memanfaatkan pendapatan sendiri untuk memperoleh
kemandirian dan kesinambungan (sustainability)
d.
Penerapan Manajemen Rumah Sakit
Rumah sakit
perlu menerapkan sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Untuk itu rumah sakit di Indonesia harus menciptakan kinerja yang unggul.
Kinerja yang unggul atau Performance Excellence merupakan salah satu
faktor utama yang harus diupayakan oleh setiap organisasi untuk memenangkan
persaingan global, begitu juga oleh perusahaan penyedia jasa pelayanan
kesehatan.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh
para pengelola rumah sakit untuk menciptakan kinerja yang unggul diantaranya
melalui pemberian pelayanan yang bagus serta tindakan medis yang akurat dan
mekanisme pengelolaan mutu tentunya.
Salah satu strategi yang dilakukan oleh
pengelola rumah sakit swasta dalam mempertahankan atau meningkatkan jumlah
konsumen adalah pelayanan. Tuntutan untuk mendapatkan pelayanan yang
berkualitas dan nyaman semakin meningkat, sesuai dengan meningkatnya kesadaran
arti hidup sehat. Keadaan ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
sosial budaya dan sosial ekonomi masyarakat yang perlu mendapat perhatian dari
pengelola rumah sakit.
Untuk memenuhi tuntutan masyarakat
tersebut, di setiap kota besar seperti Jakarta banyak sekali usaha rumah sakit
dengan kualitas pelayanan dan peralatan medis yang prima dapat kita temukan di
setiap sudut kota, sehingga masyarakat konsumen yang tadinya harus ke luar
negeri demi servis dan kualitas dokter yang prima, sekarang tidak perlu lagi ke
luar negeri.
Dalam usaha peningkatan kualitas
pelayanan terhadap konsumen, rumah sakit berusaha untuk mempunyai tenaga dokter
ahli yang tetap, sekaligus memperkerjakan dokter waktu dan dokter kontrak.
Bahkan di beberapa rumah sakit di kota besar seperti Jakarta dapat kita jumpai
pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) yang ditangani oleh dokter tetap maupun
dokter kontrak.
Bahkan ada
rumah sakit yang menyediakan tempat dan sarana lengkap seperti laboratorium
dengan tenaga analis, radiologi dan tempat perawatan yang serba lengkap.
Sedangkan untuk tenaga dokternya mereka mengambil dokter-dokter spesialis yang
terkenal dan pengelola rumah sakit menganggap dokter spesialis dan pasiennya
sebagai “customer” merek.
Untuk menjaga agar dokter spesialis
ternama tersebut tetap menjadi customer mereka, maka pihak rumah sakit
melakukan strategi sedemikian rupa. Diantaranya dengan menyediakan
peralatan medis yang dikehendaki oleh para dokter tersebut.
Sedangkan untuk menghasilkan mekanisme
pengelolaan mutu yang bagus, perusahaan dalam hal ini rumah sakit perlu
menerapkan metode pengukuran yang efektif untuk dapat menganalisis dan
menemukan dimensi mutu 0 yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan untuk mencapai
mutu yang tinggi. Salah satu model pengukuran yang sudah dikenal luas
dan terbukti secara efektif membantu keberhasilan penerapan sistem manajemen
mutu adalah sistem Malcolm Baldrige National Quality Award. Malcolm
Baldrige National Quality Awards (MBNQA) merupakan sistem manajemen yang
sangat efektif untuk menghasilkan loyalitas pelanggan dan kinerja tinggi bila
diterapkan dengan tepat.
Kriteria penilaian/pengukuran kinerja
yang dimiliki oleh MBNQA juga dapat digunakan oleh industri jasa pelayanan
kesehatan, yang disebut dengan Performance Excellence for Health Care based
on MBNQA. Kriteria dari Performance Excellence for Health Care
based on MBNQA terdiri dari 7 kategori, yaitu: Health Care Results,
Patient -and Other Customer- Focused Results, Financial and Market Results,
Staff and Work System Results, Organizational Effectiveness Results, Governance
and Social Responsibility Results.
Dengan penerapan sistem manajemen mutu
secara menyeluruh dan model pengukuran tepat maka perusahaan akan menjadi
perusahaan kelas dunia yang siap memenangkan persaingan.
Dalam penerapannya, manajemen di rumah
sakit dapat dilihat dari fungsi perencanaan rumah sakit dan fungsi pergerakan
dan pelaksanaan rumah sakit.
3.
Asuhan
Keperawatan Pfrofesional Di
Rumah Sakit
A.
Konsep Dasar Model Asuhan
Keperawatan Profesional
1) Pengertian
Model Asuhan
Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai-
nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
(Hoffart & Woods, 1996).
2) Dasar
Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Mc. Laughin, Thomas dean Barterm
(1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model
yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan
Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu
mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian
asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:
1.
Sesuai dengan visi dan misi institusi
2.
Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3.
Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4.
Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5.
Kepuasan kinerja perawat.
3.
Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Menurut
Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:
a. Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model
fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1
– 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini
berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan
tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam,
2007).
b. Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus
Setiap
perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti
isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari
filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi
pada pasien tertentu (Nursalam, 2007).
c. Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Menurut
Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam
pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada
metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat
dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana
pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas ,
kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse)
d. Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode
tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas,
1984).
B.
Konsep
Dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode
tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model
tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul
motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu
asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model
tim harus berdasarkan konsep berikut:
1) Ketua
tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.
2) Komunikasi
yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3) Anggota
tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran
kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila
didukung oleh kepala ruang.
Metode
yang digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang
pendidikan dan kemampuannya.Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri
dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang
saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu
(Nursalam, 2007):
Kelebihan
:
1) Memungkinkan
pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung
pelaksanakaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan
komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada
anggota tim.
Kelemahan :
1) Komunikasi
antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
2) Akuntabilitas
dalam tim kabur
3) Perawat
tidak trampil berlindung pada perawat trampil
Pada
dasarnya di dalam Model Tim menurut Kron & Gray (1987) terkandung dua
konsep utama yang harus ada, yaitu:
a. Kepemimpinan
Kemampuan
ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat profesional (Registered Nurse)
yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan untuk bertanggung jawab terhadap sekelompok
pasien dalam merencanakan asuhan keperawatan, merencanakan penugasan kepada
anggota tim, melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan yang
diberikan.
b. Komunikasi
yang efektif
Proses
ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya kesinambungan asuhan keperawatan
yang diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara individual dan
membantunya dalam mengatasi masalah. Proses komunikasi harus dilakukan secara
terbuka dan aktif melalui laporan, pre atau post conference atau pembahasan
dalam penugasan, pembahasan dalam merencanakan dan menuliskan asuhan
keperawatan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai.
C.
Tanggung
Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
1) Tanggung
jawab anggota tim:
a) Memberikan
asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya.
b) Bekerjasama
dengan anggota tim dan antar tim.
c) Memberikan
laporan.
2) Tanggung
jawab ketua tim:
a) Membuat
perencanaan.
b) Membuat
penugasan, supervisi dan evaluasi.
c) Mengenal/
mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien.
d) Mengembangkan
kemampuan anggota.
e) Menyelenggarakan
konferensi.
3) Tanggung
jawab kepala ruang:
a) Perencanaan
a. Menunjuk
ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing- masing.
b. Mengikuti
serah terima pasien di shift sebelumnya.
c. Mengidentifikasi
tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan persiapan pulang bersama
ketua tim.
d. Mengidentifikasi
jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien
bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan.
e. Merencanakan
strategi pelaksanaan keperawatan.
f. Mengikuti
visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis, tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan
yang akan dilakukan terhadap pasien.
g. Mengatur
dan mengendalikan asuhan keparawatan:
ü Membimbing
pelaksanaan asuhan keperawatan.
ü Membimbing
penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan.
ü Mengadakan
diskusi untuk pemecahan masalah.
ü Memberikan
informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk RS.
h. Membantu
mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
i.
Membantu membimbing
terhadap peserta didik keperawatan.
j.
Menjaga terwujudnya
visi dan misi keperawatan di rumah sakit.
b) Pengorganisasian
§ Merumuskan
metode penugasan yang digunakan.
§ Merumuskan
tujuan metode penugasan.
§ Membuat
rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
§ Membuat
rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2
– 3 perawat.
§ Mengatur
dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur tenaga
yang ada setiap hari dan lain- lain.
§ Mengatur
dan mengendalikan logistik ruangan.
§ Mengatur
dan mengendalikan situasi tempat praktik.
§ Mendelegasikan
tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim.
§ Memberi
wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
§ Identifikasi
masalah dan cara penanganannya.
c) Pengarahan
§ Memberikan
pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
§ Memberikan
pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik.
§ Memberikan
motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
§ Menginformasikan
hal – hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan
pasien.
§ Melibatkan
bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
§ Membimbing
bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
§ Meningkatkan
kolaborasi dengan anggota tim lain.
d) Pengawasan
§ Melalui
komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim dalam
pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
§ Melalui
supervisi:
ü Pengawasan
langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung
secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahannya yang ada saat itu juga.
ü Pengawasan
tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa
rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas.
ü Mengevaluasi
upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah
disusun bersama ketua tim. Audit keperawatan.
D.
Strategi
Kerja Tim
Saat
pasien baru masuk di ruang rawat, pasien dan keluarga akan diterima oleh ketua
tim dan diperkenalkan kepada anggota tim yang ada. Kemudian ketua tim
memberikan orientasi tentang ruang, peraturan ruangan, perawat bertanggung
jawab (ketua Tim) dan anggota tim.
Ketua
tim (dapat dibantu anggota tim) melakukan pengkajian, kemudian membuat rencana
keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah ada setelah terlebih
dahulu melakukan analisa dan modifikasi terhadap rencana keperawatan tersebut
sesuai dengan kondisi pasien.
Setelah
menganalisa dan memodifikasi rencana keperawatan, ketua tim menjelaskan rencana
keperawatan tersebut kepada anggota tim, selanjutnya anggota tim akan
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan dan rencana
tindakan medis yang dituliskan rdi format tersendiri. Tindakan yang telah
dilakukan anggota tim kemudian didokumentasikan pada format yang tersedia.
Bila
anggota tim menerima pasien pada sore dan malam hari atau pada hari libur,
pengkajian awala dilakukan oleh anggota tim terutama yang terkait dengan
masalah kesehatan utama pasien, anggota tim membuat masalah keperawatan utama
dan melakukan tindakan keperawatan dengan terlebih dahulu mendiskusikannya
dengan penanggung jawab sore/malam/hari libur. Saat ketua tim ada, pengkajian
dilengkapi oleh ketua timkemudian membuat rencana yang lengkap dan selanjutnya
akan menjadi panduan bagi anggota tim dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien.
Pada
dinas pagi ketua tim bersama anggota tim melakukan operan dari dians malam (hanya
pasien yang dirawat oleh tim yang bersangkutan), selanjutnya dengan anggota tim
pagi melakukan konferens tentang permasalahan pasien untuk tiap anggota tim,
dan mengkoordinasikan tugas tiap anggota tim.
elain
dengan dokter anggota tim, ketua tim juga melakukan komunikasi langsung dengan
dokter, ahli gizi dan tim kesehatan lain untuk membahas perkembangan pasien dan
perencanaan baru yang pelu dibuat. Selain itu mengidentifikasi pemeriksaan
penunjang yang telah ada dan yang perlu dilakukan selanjutnya. Bila terdapat
rencana baru atau tindakan yang perlu dilakukan, maka ketua tim akan
mengkomunikasikan kepada anggota tim untuk melaksanakannya. Jika terdapat
tindakan spesifik yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh anggota tim maka
ketua tima yang akan melakukan langsung tindakan tersebut. Terutama melakukan
intervensi pedidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga akan dilakukan oleh
ketua timyang didasarkan atas hasil pengkajian pada kebutuhan peningkatan
pengetahuan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan mandiri oleh ketua tim atau
kolaborasi, misalnya ahli gizi untuk penjelasan mengenai diet pasien yang
benar.
Selama
anggota tim melakukan asuhan keperawatan pada pasien, ketua tim akan memonitor
tindakan yang akan dilakukan dan member bimbingan pada anggota tim. Anggota tim
selama melakukan asuhan keperawatan harus mendokumentasikan seluruh tindakan
yang dilakukan pada format-format yang terdapat pada papan dokumentasi.
Kemudian ketua tim akan memonitor dan mengevaluasi dokumentasi yang dibuat oleh
anggota tim.
Setiap
hari ketua tim mengevaluasi perkembangan pasien dengan mendokumentasikan pada
catatan perkembangan dengan metoda SOAP, catatan perkembangan pasien ini bagi
anggota tim juga menjadi panutan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien.
Bila
ada pasien yang akan pulang atau pindah ke unit perawatan lain, ketua tim akan
membuat resume keperawatan, sebagai inormasi tentang asuhan keperawatan yang
telah diberikan kepada pasien selama dirawat yang berisi masalah-masalah pasien
yang timbul dan masalah yang sudah teratasi, taindakan keperawatan yang telah
dilakukan dan pendidikan kesehatan yang telah diberikan.
Pada
pergantian dinas pagi-sore dilakukan peran anggota tim sore yang didampingi
oleh ketua tim. Komponen utama yang diinformasikan dalam operan antara lain
keadaan umum pasien, tindakan/intervensi yang telah dilakukan dan atau tindakan
yang belum dilakukan, hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh perawat
dinas sore dan malam yang berkaitan dengan perencanaan keperawatan pasien yang
akan dibuat oleh ketua tim. Selanjutnya bila perlu ketua tim melengkapi
informasi penting yang belum disampaikan kepada dinas sore. Anggota tim juga
menulis laporan pagi/sore/malampada format yang tersedia.
REFERENSI
1. A.A. Gde
Manunjaya, (1999) Manajemen Kesehatan, EGC – Jakarta
2. Arifin
Abdurahman (1973), Kerangka Pokok-pokok Manajemen Umum, Jakarta
3. Azrul Azwar (1988), Pengantar
Administrasi Kesehatan, Edisi kedua, PPT Bina Rupa Aksara.
4. Departemen
Kesehatan RI (2002), Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas di
Era Desentralisasi (DRAFT), Jakarta
5. Departemen
Kesehatan RI (1999), Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia
Sehat 2010, Jakarta.
6. James.AF
Stoner (1982), Management , edisi kedua, Prentice/ Hall
International, Inc. Englewood Cliffs, New York
7. Soedarmono
Soejitno, Ali Alkatari, Emil Ibrahim (2000), Reformasi
Perumahsakitan Indonesia, Dirjen Yanmedik Depkes RI & WHO, Jakarta
8. Soewarno
Handayaningrat (1981), Pengantar Ilmu Administrasi dan
Manajemen, CV Haji Masagung, Jakarta.
9. T. Hani
Handoko (1995), Manajemen, Edisi kedua, BPFE Yogyakarta, 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar