MPKP
Konsep
Model Praktik Keperawatan Profesi
Menurut Hoffart mendefinisikan modal
keperawatan professional adalah sebagai suatu system (struktur, proses dan
nilai-nilai) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
kperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
(Hoffart dan Wood, 1996).
Model praktik keperawatan professional
(MPKP) sendiri merupakan suatu model yang memberikan kesempatan kepada para
perawat professional untuk menerapkan otonominya dalam mendesain, melaksanakan
dan mengevaluasi pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
sebagai bentuk pelayanan prima keperawatan.
Jenis MPKP memiliki beberapa tingkatan diantaranya:
1.
MPKP
dasar, yang terdiri atas perawat pelaksana dengan jenjang pendidikan SPK dengan jenjang karir PK2,
sedangkan untuk jabatan kepala ruang dan ketua tim minimal jenjang
pendidikannya adalah DIII Keperawatan.
2.
MPKP
Pemula
Merupakan
MPKP dasar, dimana semua tenaga keperwatan memiliki jenjang karir PK1, kepala
ruang dan ketua tim dengan jenjang karir PK3.
3.
MPKP
Profesional
Dalam MPKP professional terdapat beberapa bagian
diantaranya:
a.
MPKP
1, dimana perawat pelaksana memiliki jenjang pendidikan DIII dengan jenjang
karir PK2, sedangkan untuk kepala ruang dan ketua tim memiliki jenjang
pendidikan SI keperawatan dengan jenjang karir PK3.
b.
MPKP
II, dimana perawat pelaksana memiliki jenjang pendidikan DIII Keperawatan dan mayoritas
SI serta adanya perawat spesialis.
c.
MPKP
III, dimana semua perawat memiliki jenjang pendidikan SI Keperawatan dan S2
spesialis dan juga sudah terdapat Doktor Keperawatan.
2.1.2. Pilar-Pilar
atau Nilai Model Praktek Keperawatan Professional
Pilar-pilar professional diaplikasikan dalam bentuk
aktivitas-aktivitas pelayanan yang dipaparkan sebagai berikut:
2.1.2.1. Pendekatan
Manajemen Keperawatan
1. Perencanaaan
(planning)
Perencanaan
adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang
akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diaartikan sebagai sesuatu
rencana kegiatan tetang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan. Sehingga perencanaan yang matang
akan memberikan petunjuk dan mempermudah dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam
suatu organisai perencanaan merukan pola pikir yang dapat menentukan
keberhasilan suatu kegiatan dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaan
selanjutnya.
Kegiatan perencanaan dalam peraktek keperawatan
profesional merupakan upaya meningkatkan upaya profesionalisme dalam pelayanan
keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat dipertahankan tapi bisa
terus meningkat sampai tercapai derajat kepuasan tertinggi bagi penerima jasa
pelayanan keperawatan dan pelaksanaan pelayanan itu sendiri. Dengan demikian
sangat dibutuhkan perencanaan yang professional juga.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencan jangka
panjang, rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek. Perencana jangka
panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3-10 tahun.
Perencannaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1-5 tahun. Sedangkan
perencanaan jangka pendek dibuat 1 jam – 1 tahun. Hirarki dalam perencanaan
terdiri dari perumusan visi, mmisi, filosofi, peraturan, kebijakan dan prosedur
(Marquis dan Houston, 1998).
Didalam proses keperawatan perencanaan membantu
perawat dalam menentukan tindakan yang tepat bagi klien dan menjamin bahwa
klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka butuhkan dan sesuai
dengan konsep dasar keperawatan.
a.
Tujuan perencanaan
1)
Untuk
menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.
2)
Agar
penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia efektif.
3)
Membantu
dalam koping terhadap situasi krisis.
4)
Efektif
dalam biaya.
5)
Membantu
menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa lalu dan akan
datang.
6)
Dapat
digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
b. Tahapan
dalam perencanaan
1)
Menentukan
tujuan.
2)
Merumuskan
keadaan sekarang.
3)
Mengidentifikasi
kemudahan dan hambatan.
4)
Mengembangkan
serangkaian kegiatan.
5)
Jenis
perencanaan.
c.
Keuntungan perencanaan
1)
Meningkatkan
peluang sukses.
2)
Mengarahkan
orang ketindakan.
3)
Membantu
pemikiran analisis.
4)
Memodifikasikan
gaya manajemen.
5)
Meningkatkan
keterlibatan anggota.
d. Kelemahan
perencanaan
1)
Kemungkinan
pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan berlebihan pada kontribusi nyata.
2)
Cenderung
menunda pekerjaan.
3)
Terkadang
membatasi inovasi dan inisiatif.
4)
Kadang-kadang
hasil yang lebih baik didapatkan oleh penyelesaian situasional individu dan
penanganan suatu masalah pada suatu masalah itu terjadi.
5)
Terdapat
rencana yang di akui oleh atau dengan
rencana yang tidak konsisten.
Diruang
perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat dalam jangka pendek. Menurut
Keliat, dkk (2006), rencana jangka pendek yang dapat diterapkan diruang
perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan, rencana tahunan.
a.
Rencana
harian
Rencana
harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat
setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua
tim atau perawat primer dan perawat
pelaksana.
b.
Rencana
bulanan
Rencana
bulanan adalah rencana yang diberisi kegiatan dalam satu bulan. Rencana bulanan
ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana bulanan ini dibuat oleh
kepala ruang atau ketua tim atau perawat primer.
c.
Rencana
tahunan
Rencana
tahunan merupakan rencana yang dibuat setiap setahun sekali. Rencana tahunan
ini disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya. Rencana
tahunan ini dibuat oleh kepala ruang.
2.
Pengorganisasi
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk
menetapkan, mengelompokan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas-tugas dan wewengan seseorang, pendelegasian wewenangan dalam rangka
mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memandukan semua
kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam
mencapi tujuan yang telah di tetapkan (Muninjaya, 1999).
Pengorganisasian menurut Korn dan Thora (1981)
adalah koordinasi beberapa aktivitas organisasi untuk mencapai tujuan.
Pengorganisasian itu sendiri meliputi pembentukan strukur untuk mencapai
tujuan. Pengorganisasian didalam keperawatan meliputi menentukan jumlah tenaga
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien dan metode penugasan.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat diruang
MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan
modifikasi keperawatan tim-primer. Setiap tim bertanggung jawab terhadap
sejumlah pasien.
a.
Pengorganisasian diruang MPKP, terdiri
dari :
1)
Struktur
organisasi : struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi
(Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukan adanya pembagian
kerja dan menunjukan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda
diintergrasikan atau dikoordinasikan. Strukur organsisasi juga menunjukan
spesialisasi pekerjaan.
2)
Daftar
dinas ruang : daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas,
penanggung jawab dinas atau shift.
3)
Daftar
pasien : daftar pasien adalah daftar daftar yang berisi nama pasien, nama
dokter, ama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat
saat menjalankan dinas di tiap shift.
b.
Tiga hal dalam pengorganisasian
1)
Pola
strukur yang berarti proses hubungan interksi yang berhubungan secara efektif.
2)
Penataan
tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi.
3)
Struktur
kerja organisasi termasuk kelompok kerja kegiatan yang tepat dan pembinaan cara
komunikasi yang efektif antara perawat.
c.
Prinsip-prinsip dalam pengorganisasian
Prinsip
dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap
orang memliki tugas tertentu. Hal-hal
yang harus diperlukan :
1)
Jumlah
tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan kemampuannya.
2)
Tiap
bangsal/bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis.
3)
Tiap
staf memiliki perincian tugas yang jelas.
4)
Variasi
tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau jelas atau erat hubungannya.
5)
Mencegah
terjadinya pengotakan antar staf/bagian.
6)
Penggolongan
tugas berdasarkan kegiatan mendesak, kesulitan atau waktu.
Pengetahuan pimpinan
keperawatan
a)
Pendidikan
dan pengalaman setiap staf.
b)
Peran
dan fungsi perawat yang diterapkan dirumah sakit tersebut.
c)
Mengetahui
ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukan dalam organisasi.
d)
Mengetahui
batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
e)
Mengetahui
hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada tenaga non keperawatan.
d.
Tipe-Tipe Organisasi
Pengorganisasian diruang perawatan harus
menyesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan diruang perawatan. Berikut
akan dijelaskan beberapa tipe organisasi diliat dari strukturnya.
1)
Struktur
organisasi secara umum
Struktur organisasi diruang menyesuaikan
dengan metode penugasan yang dijalankan diruang perawatan. Akan tetapi, secara
umum organisasi dibagi menjadi 3 macam, antara lain sebagai berikut :
a) Organisasi lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua
didunia. Organisasi lini dicirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat
perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi
pelaksana. Peran pemimpin sangat sangat dominan, segala kendali ada ditangan
pemimpin dan dalam melaksanakan
kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan perintah.
Organisasi ini
lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan jumlah karywan sedikit, sarana
prasarana yang terbatas, serta tujuan dan kegiatan organisasi yang sederhana.
Bentuk organisasi lini mepunyai keuntungan mengambil keputusan dapat
dilaksanakan dengan cepat, kesatuan arah perintah lebih terjamin, serta
koordinasi dan pengawasan lebih mudah. Sedangkan kelemahannya adalah keputusan
sering kurang sempurna, dibutuhkan pimpinan yang benar-benar dapat memegang
kendali dan berwibawa, dan unsur manusiawi sering terabaikan. Berdasarkan
penjelasan di atas, organisasi lini sangat cocok diterapkan diruang perawatan.
b)
Organisasi Staf
Organisasi staf merupakan pengembangan dari
organisasi lini. Organisasi staf dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan
satuan organisasi staf yang berperan sebagai pembantu pemimpin. Orang yang
duduk dalam satuan organisasi staf adalah individuahli yang disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi. Hal ini terjadi karena pimpinan organisasi menghadapi
permasalahan yang komplek dan kesulitan untuk memecahkan permasalahan yang ada
sehingga dibutuhkan orang yang sanggup dan membantu pimpinan dalam memecahkan masalah
organisasi.
Dalam organisasi
staf, fungsi staf hanyalah sebagai pembantu. Pengambilan keputusan tetap ditangan pimpinan.
Keuntungan organisasi staf adalah pengambilan keputusan dapat lebih baik. Kerugiannya adalah pengambilan
keputusan membutuhkan waktu yang
lama dibandingkan organisasi lini.
c)
Organisasi Lini Dan Staf
Bentuk
organisasi lini dan staf merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada
bentuk ini organisasi ini, staf tidak hanya diplot sebagai penasehat, tetapi
staf juga diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasehat tersebut.
Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga
staf tidak hanya diharapkan memberikan buah pikirnya, tetapi staf juga harus
membantu pelaksanaannya.
Keuntungan
organisai lini staf adalah pengambilan keputusan lebih baik lagi karena
pengambilan keputusan tetap dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab
pemimpin berkurang karena pimpinan dapat
lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih
penting, serta pengembangan bakat dan kemampuan
dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya
adalah pengambilan keputusan memakan waktu yang lebih lama lagi, dapat
menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak mengetahui batas-batas
wewenangnya. Bagan organisasi lini staf dapat dilihat dalam gambar berikut.
Bagan 3. Organisasi Lini Staf
Seperti
disampaikan pada kalimat di atas, stuktur organisasi pelayanan kesehatan
diruang rawat menyesuaikan dengan metode penugasan yang ditetapkan.
e.
Manfaat
pengorganisasian, akan dapat diketahui :
1)
Pembagian
tugas untuk perorangan dan kelompok.
2)
Hubungan
organisatoris antara orang-orang didalam organisasi tersebut melalui kegiatan
yang dilakukannya.
3)
Pendelegasian
wewenangan.
4)
Pemanfaatan
staf dan fasilitas fisik.
5)
Tahapan
dalam pengorganisasian.
6)
Tujuan
organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah tertuang dalam fungsi
manajemen.
7)
Membagi
habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapaian tujuan.
8)
Menggolongkan
kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.
9)
Menetapkan
berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh staf dan menyediakan fasilitas
yang diperlukan penugasan personil yang tepat dalam melaksanan tugas.
10)
Mendelegasikan
wewenangan.
f.
Struktur
Organisasi Pelayanan Kesehatan
1)
Metode
kasus
Metode kasus
merupakan metode penugasan paling tua karena metode ini adalah metode pemberian
asuhan keperawatan yang pertama kali digunakan. Pada metode ini perawat
bertugas dan bertanggung jawab merawat satu pasien selama periode dinas
(Sitorus, 2006). Metode ini biasa diterapkan diruang perawatan intensif.
Kepala Ruang
|
Perawat
|
Perawat
|
Perawat
|
Perawat
|
Pasien
|
Pasien
|
Pasien
|
Pasien
|
Bagan 4. Organisasi Metode Primer
2)
Metode
Fungsional
Metode penugasan
fungsional merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang menekankan pada
penyelesaian tugas pada prosedur (Sitorus, 2006). Prioritas metode ini adalah pemenuhan kebutuhan fisik
sehingga kurang memperhatikan kebutuhan manusia secara hilostik dan
komprehensif.
Kepala Ruang
|
Perawat : merawat luka
|
Perawat : pengobatan
|
Perawat : merawat luka
|
Perawat :
pengobatan
|
Pasien
|
Bagan 5. Organisasi Metode Fungsional
Pada metode penugasan fungsional ini,
seorang kepala ruang membawahi secara langsung perawat-perawat pelaksana yang
ada diruang tersebut. Metode ini satu-satunya pemegang kendali manajerial dan
laporan klien adalah kepala ruang, sedangkan perawat lainya hanya sebagai
perawat pelaksana tindakan.
Peran perawat pada metode ini adalah
melakukan tindakan sesuai dengan spesifikasi atau spesialisasi yang
dimilikinya. Setiap perawat mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memberikan
tindakan keperawatan satu atau dua jenis tindakan. Jenis tindakan launya
diberikan oleh perawat lainnya. Berdasarkan stuktur di atas, tergambar dengan
jelas bahwa ada pembagian tugas perawat, yaitu ada perawat yang tugasnya hanya
memberikan obat, ada perawat yang tugasnya hanya merawat luka.
3)
Metode
Tim
Menurut Sitorus
(2006) menyampaikan metode tim merupakan pengawasan tim,
setiap anggota kelompok/tim mempunyai kesempatan untuk berkontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga pada perawat timbul
motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Kepala Ruang
|
TIM I
|
TIM II
|
Ketua Tim
|
Anggota Tim
|
Ketua Tim
|
Anggota Tim
|
Pasien
|
Pasien
|
Bagan 6. Organisasi Metode Tim
Guna menunjang tercapainya asuhan
keperawatan yang efektif dan
efisien, tugas pokok dan fungsi
masing-masing posisi harus jelas dan dipahami oleh masing-masing personil
perawat.
4)
Metode
Keperawatan Primer
Metode keperawatan primer adalah suatu metode
pemberian asuhan keprerawatan yang mempunyai karekteriastik kontinuitas dan
komprehensif dalam pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh seorang
perawarat yang bertanggung jawab dalam merencanakan, melakukan dan
mengoordinasi selama pasien dirawat diruang keperawatan. Perawat yang
bertanggung jawab selama 24 jam atas pasien-pasiennya
tadi disebut “perawat primer”.
Perawat primer biasanya bertanggung jawab anatara 4-6 pasien. Berikut akan
dijelaskan secara rinci tugas pokok dan fungsi masing-masing posisi pada
struktur organisasi metode keperawatan primer.
a.
Tugas
Pokok Dan Fungsi Perawat Primer
1)
Perawat
primer menerima dan mengorientasian pasien yang masuk diruang perewatan.
2)
Perawat
primer mengkaji secara komprehensif dan merumuskan diagnosis keperawatan.
3)
Perawat
primer membuat rencana keperawatan (tujuan, kreteria hasil, rencana tindakan,
dan rasional)
4)
Perawat
primer mengadakan komunikasi dan koordinasi dengan perawat lain dan tenaga
kesehatan yang lain ataas rencana yang telah dibuat.
5)
Perawat
primer melaksanakan rencana yang telah dibuat.
6)
Perawat
primer melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai.
7)
Perawat
primer membuat rencana pulang pasien (termasuk rencana penyuluhan).
8)
Perawat
primer melakukan rujukan kepada pekerja sosial dan kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat.
9)
Perawat
primer membuat jadwal perjanjian klinik.
10)
Perawat
primer mengadakan kunjungan rumah.
Medis
|
Sarpra RS
|
Kepala Ruang
|
Perawat Primer
Pasien
|
PA
Pagi
|
PA
Malam
|
PA
Siang
|
Bagan 7. Organisasi Metode Primer.
3. Pengarahan
Pengarahan adalah langkah ke empat dari fungsi
manajemen, yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang
digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan.
Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya akan bermuara pada “melaksanakan”
kegiatan yang talah direncankan sebelumnya (Marquis dan Houston, 1998).
Pengarahan juga berkaitan dengan manajemen sumberdaya manusia, yaitu :
motivator, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi dalam tim dan
memfasilitasi kolaborasi antar anggota tim. Salah satu proses pengarahan dalam
keperawatan adalah serah terima tugas yang overan.
a. Pengarahan
dalam manajemen pelayanan dan keperawatan
Pengarahan
merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar
bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga secara efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuaan suatu organisasi. Didalam manajemen pelayanan dan pengarahan
ini bersifat sangat konfleks karena disamping menyangkut manusia juga
menyangkut berbagai tingkah laku manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku
manusia yang berbeda-beda (Maninjaya 1999).
b.
Tujuan dalam pengarahan
Menurut
Muninjaya (1999), terdapat lima tujuaan dan fungsi pengarahan, yaitu sebagai berikut
:
1)
Pengarahan
bertujuan menciptakan kerja sama yang efisien. Pengarahan memungkinkan
terjadinya komunikasi antara atasan dan bawahan. Manajer keperawatan setingkat
kepala ruang yang mampu menggerakan dan mengarahkan bawahannya akan memberikan
kontribusi dalam meningkatkan efisien kerja. Sebagai contoh kegiatan supervisi tindakan keperawatan akan dapat meminimalisasi
bahan, alat atau waktu tindakan bila dibandingkan jika terjadi kesalahan karena
tidak ada supervisi.
2)
Pengarahan
bertujuan mengembangkan kesempatan mengembangkan kemampuan dan keterampilan
staf. Banyak hal yang terkait dengan pengarahan didalam ruang keperawatan.
Seperti hal supervisi pendelegasian didalam
ruang keperawatan akan dapat memberikan delegasi untuk mengerjakan tugas dan
tanggung jawab secara otonomi.
Didalam
pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas yang mampu dikelola, jika perlu
dilakukan pendelegasian. Upaya-upaya untuk memaksimalkan pelaksanan pekerjan
oleh staf, seseorang manajer harus melakukan sebagai berikut :
a.
Menciptakan
budaya motivasi
Iklim
motivasi dapat ditumbuhakan melalui :
1)
Memberikan
harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan harapan tersebut secara
efektif.
2)
Bersikap
fair dan konsisten terhadap semua staf.
3)
Membuat
keputusan yang bijaksana.
4)
Mengintegrasikan
kebutuhan dan keinginan staf dengan kebutuhan fan tujuan organisasi.
5)
Mengenali
staf secara pribadi dan membiarkan staf mengetahui bahwa pimpinan mengetahui
keunikan dirinya.
6)
Menghilangkan
blok tradisional antara staf dengan pekerjaan yang telah dikerjakan.
7)
Memberikan
tantangan kerja sebagai kesempatan untuk
mengembangkan diri.
8)
Melibatkan
staf dalam pengambilan semua keputusan.
9)
Memastikan
bahwa staf mengetahui alasan dibelakang semua keputusan dan tindakan.
10)
Memberikan
kesempatan kepada staf untuk membuat penilaian sesering mungkin.
11)
Menciptakan
hubungan saling percaya dan saling menolong dengan staf.
12)
Memberikan
kesempatan staf untuk mengontrol lingkungan kerja.
13)
Memberikan
reinforcemen sesering mungkin.
b.
Penciptaan
iklim motivasi diterapkan dengan cara :
1)
Budayakan
pemberian reinforcement positif
Reinforcement
positif adalah upaya untuk menguatkan perilaku positif dengan memberikan reward. Reward yang
diberikan di MPKP adalah pemberian pujian yang tulus. Masing-masing staf di
budayakan untuk memberikan pujian yang tulus di antara mereka terhadap kinerja
dan penampilan.
2)
Doa
bersama sebelum memulai kegiatan
Doa
bersama di lakukan setiap pergantian dinas. Setelah selesai operan semua staf
berkumpul untuk melakukan ritual doa bersama sesuai agama dan kepercayaan masing-msing. Dengan berdoa di harapkan
timbul selfawareness dan dorongan spiritual.
3)
Memanggil
staf secara periodik untuk mengenal masalah
setiap personil secara mendalam dan membantu penyelesaiannya. Kepala ruang
perlu berkomunikasi secara intensif dengan semua staf baik ketua tim maupun
perawat pelaksanaan untuk memperbetat hubungan dengan semua staf, memahami
problematika masing-masing sehingga pendekatan kepada staf disesuaikan dengan
kepribadian masing-masing. Hal ini diharapkan dapat memacu motivasi staf
perawat yang bekerja di MPKP.
4)
Manajemen
sumber daya manusia melalui penerapan pengembangan jenjang karir dan
kompetensi.
5)
System
reward yang fair sesuai dengan kinerja.
c. Mengelola waktu secara efisien
Manajemen
pelayanan dan manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu di punyai.
Tahapan manajemen pelayanan dan manajemen waktu meliputi tiga tahapan yaitu : Membuat perencanaan waktu dan prioritas,
melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan, menyelesaikan tugas
sebelum memulai tugas yang lain, membuat prioritas ulang berdasarkan informasi
yang di terima, dengan memperhatikan :
1)
Penerapan
Manajemen Pelayanan Dan Manajemen Waktu Di MPKP
Dalam
MPKP manajemen pelayanan dan manajemen waktu di terapkan dalam bentuk penerapan
rencana harian yaitu sesuatu bentuk perencnaan kerja melalui jadwal kerja yang disusun secara
berurutan yang di susun sebelum pekerjaan tersebut dilakukan. Rencana harian di
bahas secara detail dalam modul perencanaan.
2)
Evaluasi
aktivitas manajemen waktu
Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui
instrument: mendemonstrasikan keterampilan komunikasi yang terbaik, mengelola
konflik dan memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
negosiasi.
3)
Komunikasai
Efektif
Berkomunikasi
merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya pengarahan. Setiap
orang berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi. Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan, pendapatan
saran yang terjadi antara dua manusia atau lebih yang bekerja bersama.
Penerapan
komunikasi di MPKP, ada beberapa bentuk komunikasi diruang MPKP :
a)
Operan
yaitu berkomunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas
pagi ke dinas sore di pimpin oleh kepala ruang. Sedangkan dari dinas sore ke
dinas malam di pimpin oleh penanggung jawab shift sore.
b)
Pre
conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk merencanakan kegiatan
pada shift tersebut yang dipimpin oleh Katim atau Pj Tim. Jika yang dinas pada
tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian) dan tambahan rencana dari Katim atau Pj tim.
c)
Post
conference adalah komuniksai katim dan perawat
pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan
kepada shift berikut. Isi post coference adalah hasil askep tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj Tim.
4)
Manajemen
Pelayanan dan Konflik
Konflik adalah
perbedaan pandangan atau ide satu orang dengan orang lain. Dalam organisasi
yang akan dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang
berbeda konflik mudah menjadi. Dengan demikian diruang MPKP konflik pun bisa
terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan
upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini mungkin diruang
MPKP.
Cara-cara penanganan konflik ada beberapa macam,
yaitu :
a) Bersaing
b) Berkolaborasi
c) Menghindar
d) Mengakomodasi
Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan
konflik dimana seseorang atau sekelompok berupaya memuaskan kepentingan sendiri
tanpa memperdulikan dampaknya pada orang lain atau kelompok lain. Cara ini
kurang sehat karena bisa menimbulkan potensi konflik yang lebih besar terutama
pada pihak yang dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya menghindari metode penyelesaian
konflik jenis ini.
Berkolaborasi adalah upaya yang ampuh untuk
memuaskan kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Berbagai pihak yang
terlibat konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan
mencari dan menentukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi yang
digunakan adalah tidak ada satu pihak pun yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik
ini disebut win-win solution.
Menghindar adalah cara penyelesaian konflik di mana
pihak yang sedang berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan
orang lain tetapi menarik diri atau menekan konflik tersebut. Cara ini tidak
dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik karena masalah mendasar tidak
diselesaikan, penyelesaian yang terjadi adalah penyelesaian semu.
Akomodasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan
cara salah pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang
berkonflik dengan dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang berkonflik
mengalah kepada pihak yang lain. Ini suatu upaya lose-win solution. Upaya
penyelesaian konflik dengan akomodasi sebaiknya tidak digunakan terlalu sering
karena kepuasan tidak terjadi secara penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik
dimasa mendatang.
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik dimana
semua pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjadinya
keharmonisan hubungan dua belah pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak ada satu pihak yang menang
atau kalah. Ini adalah lose-lose solution dimana masing-masing pihak akan
mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang dijalani tetap harmonis.
d.
Penerapan Manajemen Konflik di MPKP
Upaya mengatasi koflik yang diterapkan di MPKP
adalah upaya yang win-win solution. Suatu upaya berkolaborasi untuk itu
pembudayaan kolaborasi antara staf menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan
pengolahan ruang MPKP.
Pendekatan
penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan penyelesaian
masalah (problem solving) yang meliputi
:
1)
Mengidentifikasi
akar permasalahan yang terjadi dengan melakukan klarifikasi pada pihak yang berkonflik.
2)
Mengidentikasi
penyebab timbulnya konflik.
3)
Mengidentifikasi
alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin diterapkan.
4)
Memilih
alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan.
5)
Menerapkan
solusi pilihan.
6)
Mengevaluasi
perbedaan konflik.
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi belum berhasil maka kepala rungan dapat
berkonsultasi dengan kepala seksi perawatan atau konsultan.
4.
Supervisi atau Pengawasan
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanalan sesuai
dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan yang akan
dilaksanakan sesuai standar yang telah ditetapkan.
Supervisi
dilaksanakan oleh seseorang memiliki kemampuan yang mampu didalam bidang yang
di supervisi. Dalam struktur organisasi, supervisi biasanya dilakukan oleh
atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi
diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak
menyimpan dan menghasilkan keluaran (produk) seperti yang diinginkan.
a. Unsur-unsur pokok dalam supervisi yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1)
Pelaksana
Yang bertanggung jawab melakukan supervisi adalah atasan (supervisor) yang memiliki
“kelebihan” dalam organisasi, karena fungsi supervisi memang banyak terdapat
pada tugas atasan. Namun untuk
keberhasilan supervisi yang telah
diutamakan adalah kelebihan dalam hal pengetahuan dan keterampilan. Bertilik
tolak dari ciri tersebut sering dikatakan bahwa keberhasialan supervisi lebih
ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atasan untuk
pekerjaan yang tidak di supervisi, bukan oleh wewenangannya.
2)
Sasaran
Sasaran
atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta
yang melakukan pekerjaan, jika supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan
yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung. Sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan yang di
sebut bawahan tidak langsung.
3)
Frekuensi
Supervisi
harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi hanya dilakukan
hanya sekali bila dikatakan bukan supervisi yang baik, karena organisasi selalu dapat mengikuti
berbagai perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan berbagai penyesuaian
tersebut, yaitu melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan. Tidak
ada pedoman pasti mengenai beberapa kali supervisi harus dilakukan tergantung
dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan.
4)
Tujuan
Tujuan
dari supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung
sehingga dengan bantuan tersebut bawahan memiliki bekal yang cukup untuk
melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan hasil yang lebih baik. Supervisi
memberikan “bekal” kepada bawahan, sehingga dengan bekal tersebut bawahan
seterusnya dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.
5)
Teknik
Teknik
pokok supervisi pada dasarnya mencakup empat hal yaitu :
a)
Menetapkan
masalah prioritasnya.
b)
Menetapkan
penyabab maslah.
c)
Melaksanakan
jalan keluar.
d)
Menilai
hasil yang dicapai untuk tindak lanjut.
5. Pengendalian
Pendelegaian adalah melalukan pekerjaan melalui
orang lain yang bertujuan agar aktivitas organisasi tetap berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Bentuk
delegasi diruang keperawatan antara lain kepala ruang mendelegasikan tugas
kepada ketua tim/perawat primer atau penanggung jawab shift. Sedangkan, ketua
tim/perawat primer mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana.
Pendelegasiana dilaksanakan melalui
proses :
a) Buat rancangan
tugas yang perlu di tuntaskan.
b) Identifikasi keterampilan dan tingkat
pendidikan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.
c) Pilih orang yang mampu melaksanakan
tugas yang didelegasikan.
d) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan
dikerjakan dan apa tujuannya.
e) Buat batasan waktu dan monitor
penyelesaian tugas.
f) Jika bawahan tidak mampu melaksanakan
tugas karena menghadapai masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model
peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan maslah yang dihadapi.
g) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai.
h) Pendelegasian terdiri dari tugas dan
kewenangan.
a.
Penerapan pendelegasian di ruang MPKP
Delegasi
dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruang kepada
ketua tim, ketua tim kepada perawat pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui
mekasnisme pelimpahan tugas dan wewenang. Pendelegasian tugas ini dilakukan
secara berjenjang.
Penerapan dibagi
menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentia.
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi
sebagai konsekuensi sistem penugasan yang
diterapkan diruang MPKP. Berikutnya dapat berupa :
a)
Pendelegasian
tugas kepala ruang kepada ketua tim untuk menggantikan tugas sementara karena
alasan tertentu.
b)
Pendelegasian
tugas kepala ruang kepada penanggung jawab shift.
c)
Pendelegasian
ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang
telah direncanakan.
Pendelegasian insidential terjadi apabila salah satu
personil ruang MPKP berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi
keperawatan, kepala rungan, kepala tim atau penanggung jawab shift, tergantung
pada personil yang langsung berhalangan. Mekanismenya sebagai berikut :
a)
Bila
kepala rung berhalangan, maka
kepala seksi menunjuk salah satu tim ketua untuk menggantikan tugas kepala
ruang.
b)
Bila
ketua tim berhalangan hadir, maka kepala ruang
menunjuk salah satu anggota tim (perawat pelaksana) menjalankan tugas ketua
tim.
c)
Bila
ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir sehingga satu tim kekurangan
personil maka kepala runang/penanggung jawab shift berwenang memindahkan
perawat pelaksana dari tim
lain masuk tim yang kekurangan personil
tersebut atau katim melimpahkan pasien kepada perawat pelaksana.
b.
Prinsip pendelegasian tugas di MPKP
1)
Pendelegasian
tugas yang terencana harus menggunakan format pendelegasian tugas.
2)
Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah
personil yang berkompeten dan
setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya.
3)
Uraian
tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal secara terinci, baik lisan maupun tertulis.
4)
Pejabat
yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor pelaksana tugas dan
menjadikan rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi.
5)
Setelah
selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah dilaksanakan dan hasilnya.
c.
Evaluasi
penerapan pendelegasian tugas
Pendekatan tugas di MPKP dievaluasi dengan menggunakan instrumen yang di
isi oleh seluruh staf perawat dengan cara self evaluasi.
d.
Staffing (Kepegawaian)
Staffing adalah metodologi pengaturan staf,
merupakan proses yang teratur, sistematis, berdasarkan rasional diterapkan untuk
menentukan jumlah dan jenis personal suatu organisasi yang dibutuhkan dalam
situasi tertentu (Aydelotte, dikutip oleh Swanburg, 2001). Komponen yang
termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip
rekruitmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi
pasien.
Terdapat
beberapa langkah yang di ambil untuk menentukan
waktu kerja dan istirahat pegawai, yaitu :
1)
Menganalisa
jadwal kerja dan rutinitas unit.
2)
Memberikan
waktu masuk dan libur pekerjaan.
3)
Memeriksa
jadwal yang telah selesai.
4)
Menjamin
persetujuan jadwal yang dianjurkan dari manajemen keperawatan.
5)
Memasang
jadwal untuk memberitahu anggota staf.
6)
Memperbaki
dan memperbarui jadwal setiap hari.
Audit menjadi hal yang penting
dalam manajemen keperawatan. Pencapaian suatu perencanaan dan kinerja yang
telah dilaksanakan oleh perawat, dievaluasi untuk menilai relevansi dengan
program yang telah diterapkan. Audit
merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Ada tiga kategori audit keperawatan yaitu :
a.
Audit
struktur
Audit
struktur berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan, perawatan termasuk fasilitas fisik, peralatan,
organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP, dan rekam medik. Standar dan indikator
diukur dengan menggunaka cek list.
b.
Audit
proses
Audit
proses merupakan pengukuran pelakasanaan pelayanan keperawatan untuk menentukan
apakah standar keperawatan tercapai. Pemerikasaan dapat bersifat restropektif,
concurrent, atau peer review. Restropektif adalah audit
dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan
dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat kejadian
keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
c.
Audit
hasil
Audit
hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM,
atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa
keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu dapat berupa BOR, aLOS, TOI, angka infeksi
nosokomial (NI) dan angka dekubitus.
e. Compensatory reword
Pada pilar kedua
ini menjelaskan tentang manajemen SDM keperawatan yang berfokus pada pengolahan
tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi
dapat tercapai. Seseorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang profesional apabila perawat
tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang
terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya
teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan
yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan pengaturan tertentu.
Fungsi manajemen SDM meliputi; analisis pekerjaan,
pengembangan organisasi, staffing,
hubungan kerja dan evaluasi. Manajemen
SDM diruang model praktek keperawatan professional (MPKP) befokus pada proses
rekuitmen, seleksi, kontak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan
pengembangan staf perawat. Proses
ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan
perawat baru.
Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan
tenagga keperawatan agar dapat prodoktif sehingga misi dan tujuan organisasi
dapat tercapai.
Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus
pada :
1)
Proses
rekrutmen tenaga perawat diruang MPKP.
2)
Seluruh
perawat di rumah sakit harus menyepakati level MPKP yang akan di pilih,
disesuaikan denagn sumber daya keperawatan yang ada di rumah sakit tersebut,
diharapkan minimal memilih MPKP level awal.
3)
Setelah
level disepakati, maka kepala bidang keperawatan melakukan sosialisasi pembentukan ruang MPKP kepada
pimpinan dan para pejabat struktur yang ada di rumah sakit untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan.
4)
Kepala
ruang melakukan sosialisai kepada semua perawat yang ada diruang tentang
pembentukan ruang MPKP disertai kreteria perawat yang dibutuhkan dengan tujuan
merekrut perawat yang memenuhi keteria.
f. Proses
seleksi tenaga perawat di ruang MPKP
1)
Proses
seleksi dimulai dari telah dokumentasi untuk menetapakan perawat yang memenuhi syarat menjadi kepala ruang,
perawat primer/ketua tm dan perawat pelaksana/asosiet.
2)
Semua
perawat yang memenuhi kreteria di panggil untuk tes tulis.
3)
Perawat
yang lulus tes mengikuti tes wawancara.
4)
Tahap
seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti oleh perawat yang memenuhi
kreteria karu dan katim untuk memilih kepala ruang.
g. Proses
orientasi tenaga perawat diruang MPKP
Orientasi
berupa pelatihan tentang informasi budaya kerja MPKP dan informasi umum tantang
rumah sakit (visi, misi, program jangka pendek, jangka panjang,
program mutu, kebijakan dan peraturan).
h. Penilaian
kerja
Kemampuan
tiap SDM dievaluasi dengan menggunakan
supervisi baik secara langsung (observasi) maupun tidak langsung (melalui
dokumentasi).
i.
Pengembangan kinerja
Tujuan
pengembangan tenaga perawat adalah membantu masing-masing perawat mencapai
kinerja sesuai dengan posisinya untuk pengarahan terhadap kemampuan
professional tenaga perawat yang akan memaksimalkan pencapaian jenjang karir.
j.
Professional relationship
Hubungan
professional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim kesehatan) dan penerima
pelayanan keperawatan (klien dan keluarga) (Cameron,
1997). Bentuk jaringan dalam komunikasi hubungan profesional yaitu :
1)
Horizontal
yaitu komuikasi yang terjadi anatara sesame manajer.
2)
Vertical
yaitu komunikasi yang terjadi antara pimpimnan atas dengan bawahan.
3)
Diagonal
yaitu komunikasi yang terjadi antara berbagai jenjang dan masih dalam
lingkungan yang sama.
i.
Hubungan professional yang terjadi
diruang MPKP, yaitu :
1)
Rapat
perawat ruang adalah suatu media komunikasi untuk menyampaikan informasi
permasalahan yang ditemukan pada klien, evaluasi
hasil kerja secara keseluruhan, informasi/peraturan/ perkembangan IPTEK.
2)
Case
conference adalah media diskusi kelompok
tentang kasus asuhan keperawatan klien/keluarga.
3)
Rapat
tim kesehatan adalah media komunikasi antara tim kesehatan (rapat
multidisiplin) untuk membahas manajerial ruang MPKP.
4)
Kolaborasi
dengan doter (visit dokter) adalah kunjungan doter ke ruang untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan pada pasien, dan ketua tim bertanggung jawab melakukan
kolaborasi serta mendampingi dokter saat melakukan
pemerikasaan dan menyampaikan informasi tentang pasien.
6. Standar
Asuhan Keperawatan
Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh
PPNI (dikutip Nursalam, 2008), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
a.
Standar 1 : Pegkajian keperawatan
Pengumpulan data berisikan analisi data, pemeriksaan
fisik dan status kesehatan klien secara menyeluruh akurat dan singkat,
merupakan suatu informasi bagi perawat untuk menentukan masalah sehingga dapat
merumuskan diagnosa keperawatan.
Kriteria pengkajian meliputi :
a)
Pengumpulan
data yang dilakukan secara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik serta dari
pemeriksaan penunjang.
b)
Sumber
data adalah klien, keluarga dan orang yang terkait, tim medis, rekam medis dan
catatan lainnya.
c)
Data
yang dikumpulakan difokuskan untuk mengidentifikasi :
-
Status
kesehatan masa lalu.
-
Status
biologis-psikologis-sosial-spiritual.
-
Respon
terhadap tingkat kesehatan yang optimal.
-
Resiko
tinggi masalah.
d)
Kelengkapan
data dasar mengandung unsur LARB (Lengkap, Akurat, Relevan, Baru).
b. Standar
2 : diagnosa
keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata maupun yang
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahaannya dapat dilakukan
dalam merumukan diagnosis keperawatan dapat
digunakan pendekatan sebagai berikut : PES (Problem, Etiologi, Symtom) atau PE
(Problrm, Etiologi).
Perawat
menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses pembuatan diagnosa adalah :
1)
Proses
diagnosa terdiri dari analisa, interprestasi data, identifikasi masalah,
perumusanan diagnosa.
2)
Diagnosa
keperawatan terdiri dari masalah (P),
penyebab (E), dan tanda gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
3)
Bekerjasama
dengan klien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa
keperawatan.
c. Standar
3 : perencanaan keperawatan
Perencanaan
keperawatan merupakan interprestasi dari tujuan yang akan dicapai oleh perawat
setelah merumuskan diagnosa keperawaran, oleh karena itu perencanaan yang
dilakukan oleh perawat harus sesuai dengan keadaan dan masalah prioritas yang
klien miliki. Oleh karena itu perawat membuat rencana tindakana keperawatan
untuk mengatasi masalah, meningkatkan kesehatan dan memandirikan klien, kriteria perencanaan keperawatan meliputi :
1)
Perencanaan
terdiri dari penetapan masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan.
2)
Berkerjasama
dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
3)
Perencanaan
bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien.
4)
Mendokumentasikan
rencana keperawatan.
d. Standar
4 : Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan
perawat berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, kriteria implementasi
meliputi :
1)
Bekerjasama
dengan klien dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
2)
Kolaborasi
dengan tim kesehatan lainya.
3)
Melakukan
tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
4)
Memberikan
pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai konsep dan keterampilan
asuhan diri, serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.
5)
Mengkaji
ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperatatan berdasarkan respon klien.
e. Standar
5 : evaluasi
Evaluasi merupakan hasil akhir dari proses
keperawatan yaitu melihat dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai oleh
perawat terhadap klien serta melihat kemanjuan dan peningkatan kesehatan
pasien, adapun kriteria prosesnya adalah :
1)
Menyusun
perencanna evaluasi hasil dari evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
2)
Menggunakan
data dasar dan respon klien dalam mengukur kearah pencapaian tujuan.
3)
Memvalidasi
dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.
4)
Bekerjasama
dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan.
Melalui aplikasi
standar asuhan keperawatan tersebut diharapkan mutu pelayanan keperawatan akan
menjadi lebih baik.
f.
Catatan
asuhan keperawatan
Catatan
keperawatan diisi secara lengkap dan jelas setiap memberikan asuhan keperawatan
maupun tindakan keperawatan atau tindakan-tindakan yang diinstruksikan oleh
dokter.
Meliputi
:
1) Catatan
dilakukan selama pasien dirawat inap, rawat jalan dan kamar tindakan.
2) Catatan
digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan.
3) Catatan
dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan.
4) Penulisan
catatan harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku.
5) Catatan
mengacu kepada pelaksanaan proses keperawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar