Senin, 08 September 2014

MPKP (Konsep Model Praktik Keperawatan Profesi)


MPKP
   Konsep Model Praktik Keperawatan Profesi
Menurut Hoffart mendefinisikan modal keperawatan professional adalah sebagai suatu system (struktur, proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan kperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart dan Wood, 1996).
Model praktik keperawatan professional (MPKP) sendiri merupakan suatu model yang memberikan kesempatan kepada para perawat professional untuk menerapkan otonominya dalam mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien sebagai bentuk pelayanan prima keperawatan.

Jenis MPKP memiliki beberapa tingkatan diantaranya:
1.      MPKP dasar, yang terdiri atas perawat pelaksana dengan jenjang pendidikan SPK dengan jenjang karir PK2, sedangkan untuk jabatan kepala ruang dan ketua tim minimal jenjang pendidikannya adalah DIII Keperawatan.
2.      MPKP Pemula
Merupakan MPKP dasar, dimana semua tenaga keperwatan memiliki jenjang karir PK1, kepala ruang dan ketua tim dengan jenjang karir PK3.
3.      MPKP Profesional
Dalam MPKP professional terdapat beberapa bagian diantaranya:
a.         MPKP 1, dimana perawat pelaksana memiliki jenjang pendidikan DIII dengan jenjang karir PK2, sedangkan untuk kepala ruang dan ketua tim memiliki jenjang pendidikan SI keperawatan dengan jenjang karir PK3.
b.        MPKP II, dimana perawat pelaksana memiliki jenjang pendidikan DIII Keperawatan dan mayoritas SI serta adanya perawat spesialis.
c.         MPKP III, dimana semua perawat memiliki jenjang pendidikan SI Keperawatan dan S2 spesialis dan juga sudah terdapat Doktor Keperawatan.  
2.1.2.      Pilar-Pilar atau Nilai Model Praktek Keperawatan Professional
       Pilar-pilar professional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan yang dipaparkan sebagai berikut:


2.1.2.1.     Pendekatan Manajemen Keperawatan
1.      Perencanaaan (planning)
       Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diaartikan sebagai sesuatu rencana kegiatan tetang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan. Sehingga perencanaan yang matang akan memberikan petunjuk dan mempermudah dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam suatu organisai perencanaan merukan pola pikir yang dapat menentukan keberhasilan suatu kegiatan dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaan selanjutnya.
Kegiatan perencanaan dalam peraktek keperawatan profesional merupakan upaya meningkatkan upaya profesionalisme dalam pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat dipertahankan tapi bisa terus meningkat sampai tercapai derajat kepuasan tertinggi bagi penerima jasa pelayanan keperawatan dan pelaksanaan pelayanan itu sendiri. Dengan demikian sangat dibutuhkan perencanaan yang professional juga.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencan jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek. Perencana jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3-10 tahun. Perencannaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1-5 tahun. Sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat 1 jam – 1 tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, mmisi, filosofi, peraturan, kebijakan dan prosedur (Marquis dan Houston, 1998).
Didalam proses keperawatan perencanaan membantu perawat dalam menentukan tindakan yang tepat bagi klien dan menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka butuhkan dan sesuai dengan konsep dasar keperawatan.
a.        Tujuan perencanaan
1)             Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.
2)             Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia efektif.
3)             Membantu dalam koping terhadap situasi krisis.
4)             Efektif dalam biaya.
5)             Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa lalu dan akan datang.
6)             Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
b.      Tahapan dalam perencanaan
1)        Menentukan tujuan.
2)        Merumuskan keadaan sekarang.
3)        Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan.
4)        Mengembangkan serangkaian kegiatan.
5)        Jenis perencanaan.

c.         Keuntungan perencanaan
1)        Meningkatkan peluang sukses.
2)        Mengarahkan orang ketindakan.
3)        Membantu pemikiran analisis.
4)        Memodifikasikan gaya manajemen.
5)        Meningkatkan keterlibatan anggota.
d.      Kelemahan perencanaan
1)        Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan berlebihan pada kontribusi nyata.
2)        Cenderung menunda pekerjaan.
3)        Terkadang membatasi inovasi dan inisiatif.
4)        Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh penyelesaian situasional individu dan penanganan suatu masalah pada suatu masalah itu terjadi.
5)        Terdapat rencana yang di akui oleh atau dengan rencana yang tidak konsisten.
       Diruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat dalam jangka pendek. Menurut Keliat, dkk (2006), rencana jangka pendek yang dapat diterapkan diruang perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan, rencana tahunan.

a.       Rencana harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua tim  atau perawat primer dan perawat pelaksana.
b.      Rencana bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang diberisi kegiatan dalam satu bulan. Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana bulanan ini dibuat oleh kepala ruang atau ketua tim atau perawat primer.
c.       Rencana tahunan
Rencana tahunan merupakan rencana yang dibuat setiap setahun sekali. Rencana tahunan ini disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya. Rencana tahunan ini dibuat oleh kepala ruang.

2.        Pengorganisasi
       Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, mengelompokan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewengan seseorang, pendelegasian wewenangan dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memandukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam mencapi tujuan yang telah di tetapkan (Muninjaya, 1999).
Pengorganisasian menurut Korn dan Thora (1981) adalah koordinasi beberapa aktivitas organisasi untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian itu sendiri meliputi pembentukan strukur untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian didalam keperawatan meliputi menentukan jumlah tenaga berdasarkan tingkat ketergantungan pasien dan metode penugasan.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat diruang MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi keperawatan tim-primer. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
a.         Pengorganisasian diruang MPKP, terdiri dari :
1)      Struktur organisasi : struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukan adanya pembagian kerja dan menunjukan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintergrasikan atau dikoordinasikan. Strukur organsisasi juga menunjukan spesialisasi pekerjaan.
2)      Daftar dinas ruang : daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab dinas atau shift.
3)      Daftar pasien : daftar pasien adalah daftar daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, ama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas di tiap shift.
b.        Tiga hal dalam pengorganisasian
1)        Pola strukur yang berarti proses hubungan interksi yang berhubungan secara efektif.
2)        Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi.
3)        Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kerja kegiatan yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antara perawat.
c.         Prinsip-prinsip dalam pengorganisasian
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap orang memliki tugas tertentu. Hal-hal yang harus diperlukan :
1)      Jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan kemampuannya.
2)      Tiap bangsal/bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis.
3)      Tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas.
4)      Variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau jelas atau erat hubungannya.
5)      Mencegah terjadinya pengotakan antar staf/bagian.
6)      Penggolongan tugas berdasarkan kegiatan mendesak, kesulitan atau waktu.
Pengetahuan pimpinan keperawatan
a)    Pendidikan dan pengalaman setiap staf.
b)   Peran dan fungsi perawat yang diterapkan dirumah sakit tersebut.
c)    Mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukan dalam organisasi.
d)   Mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
e)        Mengetahui hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada tenaga non keperawatan.

d.        Tipe-Tipe Organisasi
       Pengorganisasian diruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan diruang perawatan. Berikut akan dijelaskan beberapa tipe organisasi diliat dari strukturnya.
1)        Struktur organisasi secara umum
Struktur organisasi diruang menyesuaikan dengan metode penugasan yang dijalankan diruang perawatan. Akan tetapi, secara umum organisasi dibagi menjadi 3 macam, antara lain sebagai berikut :
a)    Organisasi lini   
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua didunia. Organisasi lini dicirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pemimpin sangat sangat dominan, segala kendali ada ditangan pemimpin dan dalam melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan perintah.
 




                      Bagan 1. Organisasi Lini
       Organisasi ini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan jumlah karywan sedikit, sarana prasarana yang terbatas, serta tujuan dan kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi lini mepunyai keuntungan mengambil keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat, kesatuan arah perintah lebih terjamin, serta koordinasi dan pengawasan lebih mudah. Sedangkan kelemahannya adalah keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan pimpinan yang benar-benar dapat memegang kendali dan berwibawa, dan unsur manusiawi sering terabaikan. Berdasarkan penjelasan di atas, organisasi lini sangat cocok diterapkan diruang perawatan.
b)        Organisasi Staf
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi staf yang berperan sebagai pembantu pemimpin. Orang yang duduk dalam satuan organisasi staf adalah individuahli yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Hal ini terjadi karena pimpinan organisasi menghadapi permasalahan yang komplek dan kesulitan untuk memecahkan permasalahan yang ada sehingga dibutuhkan orang yang sanggup dan membantu pimpinan dalam memecahkan masalah organisasi.
                                                                             
                             ---------------------          
                                                                             
              Bagan 2. Organisasi Staf
       Dalam organisasi staf, fungsi staf hanyalah sebagai pembantu. Pengambilan keputusan tetap ditangan pimpinan. Keuntungan organisasi staf adalah pengambilan keputusan dapat lebih baik. Kerugiannya adalah pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lama dibandingkan organisasi lini.
c)         Organisasi Lini Dan Staf
       Bentuk organisasi lini dan staf merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk ini organisasi ini, staf tidak hanya diplot sebagai penasehat, tetapi staf juga diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasehat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya diharapkan memberikan buah pikirnya, tetapi staf juga harus membantu pelaksanaannya.
       Keuntungan organisai lini staf adalah pengambilan keputusan lebih baik lagi karena pengambilan keputusan tetap dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab pemimpin berkurang  karena pimpinan dapat lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting, serta pengembangan bakat dan kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya adalah pengambilan keputusan memakan waktu yang lebih lama lagi, dapat menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak mengetahui batas-batas wewenangnya. Bagan organisasi lini staf dapat dilihat dalam gambar berikut.


                                                                                         
                                                           ---------------------    
                                                                             





Bagan 3. Organisasi Lini Staf
       Seperti disampaikan pada kalimat di atas, stuktur organisasi pelayanan kesehatan diruang rawat menyesuaikan dengan metode penugasan yang ditetapkan.
e.         Manfaat pengorganisasian, akan dapat diketahui :
1)      Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
2)      Hubungan organisatoris antara orang-orang didalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
3)      Pendelegasian wewenangan.
4)      Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.
5)      Tahapan dalam pengorganisasian.
6)      Tujuan organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah tertuang dalam fungsi manajemen.
7)      Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapaian tujuan.
8)      Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.
9)      Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan penugasan personil yang tepat dalam melaksanan tugas.
10)    Mendelegasikan wewenangan.

f.         Struktur  Organisasi Pelayanan Kesehatan
1)      Metode kasus
       Metode kasus merupakan metode penugasan paling tua karena metode ini adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang pertama kali digunakan. Pada metode ini perawat bertugas dan bertanggung jawab merawat satu pasien selama periode dinas (Sitorus, 2006). Metode ini biasa diterapkan diruang perawatan intensif.
Kepala Ruang
                                                      
Perawat

Perawat

Perawat

Perawat
Pasien

Pasien

Pasien

Pasien
 







Bagan 4. Organisasi Metode Primer
2)      Metode Fungsional
       Metode penugasan fungsional merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang menekankan pada penyelesaian tugas pada prosedur (Sitorus, 2006). Prioritas metode ini adalah pemenuhan kebutuhan fisik sehingga kurang memperhatikan kebutuhan manusia secara hilostik dan komprehensif.

Kepala Ruang
Perawat : merawat luka

Perawat : pengobatan

Perawat : merawat luka

Perawat : pengobatan

Pasien

 








Bagan 5. Organisasi Metode Fungsional
Pada metode penugasan fungsional ini, seorang kepala ruang membawahi secara langsung perawat-perawat pelaksana yang ada diruang tersebut. Metode ini satu-satunya pemegang kendali manajerial dan laporan klien adalah kepala ruang, sedangkan perawat lainya hanya sebagai perawat pelaksana tindakan.
Peran perawat pada metode ini adalah melakukan tindakan sesuai dengan spesifikasi atau spesialisasi yang dimilikinya. Setiap perawat mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memberikan tindakan keperawatan satu atau dua jenis tindakan. Jenis tindakan launya diberikan oleh perawat lainnya. Berdasarkan stuktur di atas, tergambar dengan jelas bahwa ada pembagian tugas perawat, yaitu ada perawat yang tugasnya hanya memberikan obat, ada perawat yang tugasnya hanya merawat luka.
3)      Metode Tim
       Menurut Sitorus (2006) menyampaikan metode tim merupakan pengawasan tim, setiap anggota kelompok/tim mempunyai kesempatan untuk berkontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga pada perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Kepala Ruang
TIM I
TIM II
Ketua Tim
Anggota Tim
Ketua Tim

Anggota Tim

 





Pasien

Pasien
                                                                                                              
Bagan 6. Organisasi Metode Tim
       Guna menunjang tercapainya asuhan keperawatan yang efektif dan efisien, tugas pokok dan fungsi masing-masing posisi harus jelas dan dipahami oleh masing-masing personil perawat.
4)      Metode Keperawatan Primer
Metode keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keprerawatan yang mempunyai karekteriastik kontinuitas dan komprehensif dalam pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawarat yang bertanggung jawab dalam merencanakan, melakukan dan mengoordinasi selama pasien dirawat diruang keperawatan. Perawat yang bertanggung jawab selama 24 jam atas pasien-pasiennya tadi disebut “perawat primer”. Perawat primer biasanya bertanggung jawab anatara 4-6 pasien. Berikut akan dijelaskan secara rinci tugas pokok dan fungsi masing-masing posisi pada struktur organisasi metode keperawatan primer.

a.         Tugas Pokok Dan Fungsi Perawat Primer
1)      Perawat primer menerima dan mengorientasian pasien yang masuk diruang perewatan.
2)      Perawat primer mengkaji secara komprehensif dan merumuskan diagnosis keperawatan.
3)      Perawat primer membuat rencana keperawatan (tujuan, kreteria hasil, rencana tindakan, dan rasional) 
4)      Perawat primer mengadakan komunikasi dan koordinasi dengan perawat lain dan tenaga kesehatan yang lain ataas rencana yang telah dibuat.
5)      Perawat primer melaksanakan rencana yang telah dibuat.
6)      Perawat primer melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai.
7)      Perawat primer membuat rencana pulang pasien (termasuk rencana penyuluhan).
8)      Perawat primer melakukan rujukan kepada pekerja sosial dan kontak dengan lembaga sosial di masyarakat.
9)      Perawat primer membuat jadwal perjanjian klinik.
10)    Perawat primer mengadakan kunjungan rumah.
Medis
Sarpra RS
Kepala Ruang
 
 


Perawat Primer

Pasien


 
PA
Pagi
PA
Malam
PA
Siang
 







Bagan 7. Organisasi Metode Primer.
3.      Pengarahan
       Pengarahan adalah langkah ke empat dari fungsi manajemen, yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya akan bermuara pada “melaksanakan” kegiatan yang talah direncankan sebelumnya (Marquis dan Houston, 1998). Pengarahan juga berkaitan dengan manajemen sumberdaya manusia, yaitu : motivator, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi dalam tim dan memfasilitasi kolaborasi antar anggota tim. Salah satu proses pengarahan dalam keperawatan adalah serah terima tugas yang overan.
a.      Pengarahan dalam manajemen pelayanan dan keperawatan
       Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuaan suatu organisasi. Didalam manajemen pelayanan dan pengarahan ini bersifat sangat konfleks karena disamping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku manusia yang berbeda-beda (Maninjaya 1999).
b.      Tujuan dalam pengarahan
Menurut Muninjaya (1999), terdapat lima tujuaan dan fungsi pengarahan, yaitu sebagai berikut :
1)        Pengarahan bertujuan menciptakan kerja sama yang efisien. Pengarahan memungkinkan terjadinya komunikasi antara atasan dan bawahan. Manajer keperawatan setingkat kepala ruang yang mampu menggerakan dan mengarahkan bawahannya akan memberikan kontribusi dalam meningkatkan efisien kerja. Sebagai contoh kegiatan supervisi tindakan keperawatan akan dapat meminimalisasi bahan, alat atau waktu tindakan bila dibandingkan jika terjadi kesalahan karena tidak ada supervisi.
2)        Pengarahan bertujuan mengembangkan kesempatan mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf. Banyak hal yang terkait dengan pengarahan didalam ruang keperawatan. Seperti hal supervisi pendelegasian didalam ruang keperawatan akan dapat memberikan delegasi untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab secara otonomi.
       Didalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas yang mampu dikelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Upaya-upaya untuk memaksimalkan pelaksanan pekerjan oleh staf, seseorang manajer harus melakukan sebagai berikut :
a.       Menciptakan budaya motivasi
Iklim motivasi dapat ditumbuhakan melalui :
1)      Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan harapan tersebut secara efektif.
2)      Bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf.
3)      Membuat keputusan yang bijaksana.
4)      Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf dengan kebutuhan fan tujuan organisasi.
5)      Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf mengetahui bahwa pimpinan mengetahui keunikan dirinya.
6)      Menghilangkan blok tradisional antara staf dengan pekerjaan yang telah dikerjakan.
7)      Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri.
8)      Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan.
9)      Memastikan bahwa staf mengetahui alasan dibelakang semua keputusan dan tindakan.
10)    Memberikan kesempatan kepada staf untuk membuat penilaian sesering mungkin.
11)    Menciptakan hubungan saling percaya dan saling menolong dengan staf.
12)    Memberikan kesempatan staf untuk mengontrol lingkungan kerja.
13)    Memberikan reinforcemen sesering mungkin.

b.      Penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan cara :
1)      Budayakan pemberian reinforcement positif
Reinforcement positif adalah upaya untuk menguatkan perilaku positif dengan memberikan reward. Reward yang diberikan di MPKP adalah pemberian pujian yang tulus. Masing-masing staf di budayakan untuk memberikan pujian yang tulus di antara mereka terhadap kinerja dan penampilan.
2)      Doa bersama sebelum memulai kegiatan
Doa bersama di lakukan setiap pergantian dinas. Setelah selesai operan semua staf berkumpul untuk melakukan ritual doa bersama sesuai agama dan kepercayaan  masing-msing. Dengan berdoa di harapkan timbul selfawareness dan dorongan spiritual.
3)      Memanggil staf secara periodik untuk mengenal masalah setiap personil secara mendalam dan membantu penyelesaiannya. Kepala ruang perlu berkomunikasi secara intensif dengan semua staf baik ketua tim maupun perawat pelaksanaan untuk memperbetat hubungan dengan semua staf, memahami problematika masing-masing sehingga pendekatan kepada staf disesuaikan dengan kepribadian masing-masing. Hal ini diharapkan dapat memacu motivasi staf perawat yang bekerja di MPKP.
4)      Manajemen sumber daya manusia melalui penerapan pengembangan jenjang karir dan kompetensi.
5)      System reward yang fair sesuai dengan kinerja.

c.       Mengelola waktu secara efisien
       Manajemen pelayanan dan manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu di punyai. Tahapan manajemen pelayanan dan manajemen  waktu meliputi tiga tahapan yaitu : Membuat perencanaan waktu dan prioritas, melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan, menyelesaikan tugas sebelum memulai tugas yang lain, membuat prioritas ulang berdasarkan informasi yang di terima, dengan memperhatikan :
1)      Penerapan Manajemen Pelayanan Dan Manajemen Waktu Di MPKP
               Dalam MPKP manajemen pelayanan dan manajemen waktu di terapkan dalam bentuk penerapan rencana harian yaitu sesuatu bentuk perencnaan kerja melalui jadwal kerja yang disusun secara berurutan yang di susun sebelum pekerjaan tersebut dilakukan. Rencana harian di bahas secara detail dalam modul perencanaan.


2)      Evaluasi aktivitas manajemen waktu
Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrument: mendemonstrasikan keterampilan komunikasi yang terbaik, mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi negosiasi.
3)      Komunikasai Efektif
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi  yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan, pendapatan saran yang terjadi antara dua manusia atau lebih yang bekerja bersama.

Penerapan komunikasi di MPKP, ada beberapa bentuk komunikasi diruang MPKP :
a)      Operan yaitu berkomunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore di pimpin oleh kepala ruang. Sedangkan dari dinas sore ke dinas malam di pimpin oleh penanggung jawab shift sore.
b)      Pre conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk merencanakan kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh Katim atau Pj Tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat  (rencana harian) dan tambahan rencana dari Katim atau Pj tim.
c)      Post conference adalah komuniksai katim dan perawat  pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post coference adalah hasil askep tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj Tim.

4)      Manajemen Pelayanan dan Konflik
       Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide satu orang dengan orang lain. Dalam organisasi yang akan dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik mudah menjadi. Dengan demikian diruang MPKP konflik pun bisa terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini mungkin diruang MPKP.
Cara-cara penanganan konflik ada beberapa macam, yaitu :
a)      Bersaing
b)      Berkolaborasi
c)      Menghindar
d)     Mengakomodasi
       Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik dimana seseorang atau sekelompok berupaya memuaskan kepentingan sendiri tanpa memperdulikan dampaknya pada orang lain atau kelompok lain. Cara ini kurang sehat karena bisa menimbulkan potensi konflik yang lebih besar terutama pada pihak yang dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya menghindari metode penyelesaian konflik jenis ini.
       Berkolaborasi adalah upaya yang ampuh untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Berbagai pihak yang terlibat konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menentukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi yang digunakan adalah tidak ada satu pihak pun yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini disebut win-win solution.
       Menghindar adalah cara penyelesaian konflik di mana pihak yang sedang berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain tetapi menarik diri atau menekan konflik tersebut. Cara ini tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik karena masalah mendasar tidak diselesaikan, penyelesaian yang terjadi adalah penyelesaian semu.
       Akomodasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan cara salah pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang berkonflik mengalah kepada pihak yang lain. Ini suatu upaya lose-win solution. Upaya penyelesaian konflik dengan akomodasi sebaiknya tidak digunakan terlalu sering karena kepuasan tidak terjadi secara penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik dimasa mendatang.
       Kompromi adalah cara penyelesaian konflik dimana semua pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjadinya keharmonisan hubungan dua belah pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak ada satu pihak yang menang atau kalah. Ini adalah lose-lose solution dimana masing-masing pihak akan mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang dijalani tetap harmonis.
d.      Penerapan Manajemen Konflik di MPKP
       Upaya mengatasi koflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya yang win-win solution. Suatu upaya berkolaborasi untuk itu pembudayaan kolaborasi  antara staf menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pengolahan ruang MPKP.
       Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan penyelesaian masalah (problem solving) yang meliputi  :
1)        Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan melakukan klarifikasi pada pihak yang berkonflik.
2)        Mengidentikasi penyebab timbulnya konflik.
3)        Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin diterapkan.
4)        Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan.
5)        Menerapkan solusi pilihan.
6)        Mengevaluasi perbedaan konflik.
       Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi belum berhasil maka kepala rungan dapat berkonsultasi dengan kepala seksi perawatan atau konsultan.
4.      Supervisi atau Pengawasan
       Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanalan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai standar yang telah ditetapkan.
       Supervisi dilaksanakan oleh seseorang memiliki kemampuan yang mampu didalam bidang yang di supervisi. Dalam struktur organisasi, supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpan dan menghasilkan keluaran (produk) seperti yang diinginkan. 
a.      Unsur-unsur pokok dalam supervisi yang harus diperhatikan adalah  sebagai berikut:
1)      Pelaksana
Yang bertanggung jawab melakukan supervisi adalah atasan (supervisor) yang memiliki “kelebihan” dalam organisasi, karena fungsi supervisi memang banyak terdapat pada tugas atasan. Namun untuk keberhasilan supervisi yang telah diutamakan adalah kelebihan dalam hal pengetahuan dan keterampilan. Bertilik tolak dari ciri tersebut sering dikatakan bahwa keberhasialan supervisi lebih ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atasan untuk pekerjaan yang tidak di supervisi, bukan oleh wewenangannya.
2)      Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta yang melakukan pekerjaan, jika supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung. Sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan yang di sebut bawahan tidak langsung.
3)      Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi hanya dilakukan hanya sekali bila dikatakan bukan supervisi yang baik, karena organisasi selalu dapat mengikuti berbagai perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan berbagai penyesuaian tersebut, yaitu melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan. Tidak ada pedoman pasti mengenai beberapa kali supervisi harus dilakukan tergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan.
4)      Tujuan
Tujuan dari supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan hasil yang lebih baik. Supervisi memberikan “bekal” kepada bawahan, sehingga dengan bekal tersebut bawahan seterusnya dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.
5)      Teknik 
Teknik pokok supervisi pada dasarnya mencakup empat hal yaitu :
a)      Menetapkan masalah prioritasnya.
b)      Menetapkan penyabab maslah.
c)      Melaksanakan jalan keluar.
d)     Menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut.

5.      Pengendalian
       Pendelegaian adalah melalukan pekerjaan melalui orang lain yang bertujuan agar aktivitas organisasi tetap berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Bentuk delegasi diruang keperawatan antara lain kepala ruang mendelegasikan tugas kepada ketua tim/perawat primer atau penanggung jawab shift. Sedangkan, ketua tim/perawat primer mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana.
Pendelegasiana dilaksanakan melalui proses :
a)      Buat rancangan tugas yang perlu di tuntaskan.
b)      Identifikasi keterampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.
c)      Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan.
d)     Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya.
e)      Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas.
f)       Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapai masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan maslah yang dihadapi.
g)      Evaluasi kinerja setelah tugas selesai.
h)      Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan.

a.      Penerapan pendelegasian di ruang MPKP
       Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruang kepada ketua tim, ketua tim kepada perawat pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekasnisme pelimpahan tugas dan wewenang. Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang.
       Penerapan dibagi menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentia. Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan diruang MPKP. Berikutnya dapat berupa :
a)      Pendelegasian tugas kepala ruang kepada ketua tim untuk menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu.
b)      Pendelegasian tugas kepala ruang kepada penanggung jawab shift.
c)      Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan.
       Pendelegasian insidential terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi keperawatan, kepala rungan, kepala tim atau penanggung jawab shift, tergantung pada personil yang langsung berhalangan. Mekanismenya sebagai berikut :
a)      Bila kepala rung berhalangan, maka kepala seksi menunjuk salah satu tim ketua untuk menggantikan tugas kepala ruang.
b)      Bila ketua tim berhalangan hadir, maka kepala ruang menunjuk salah satu anggota tim (perawat pelaksana) menjalankan tugas ketua tim.
c)      Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir sehingga satu tim kekurangan personil maka kepala runang/penanggung jawab shift berwenang memindahkan perawat pelaksana dari tim lain masuk tim yang kekurangan personil tersebut atau katim melimpahkan pasien kepada perawat pelaksana.
                                                         
b.      Prinsip pendelegasian tugas di MPKP
1)        Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format pendelegasian  tugas.
2)        Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil yang berkompeten dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya.
3)        Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal secara terinci, baik lisan maupun tertulis.
4)        Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor pelaksana tugas dan menjadikan rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi.
5)        Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah dilaksanakan dan hasilnya.

c.       Evaluasi penerapan pendelegasian tugas
       Pendekatan tugas di MPKP dievaluasi dengan menggunakan instrumen yang di isi oleh seluruh staf perawat dengan cara self evaluasi.

d.      Staffing (Kepegawaian)
      Staffing adalah metodologi pengaturan staf, merupakan proses yang teratur, sistematis, berdasarkan rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personal suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Aydelotte, dikutip oleh Swanburg, 2001). Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekruitmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien.
     Terdapat beberapa langkah yang di ambil untuk menentukan waktu kerja dan istirahat pegawai, yaitu :
1)      Menganalisa jadwal kerja dan rutinitas unit.
2)      Memberikan waktu masuk dan libur pekerjaan.
3)      Memeriksa jadwal yang telah selesai.
4)      Menjamin persetujuan jadwal yang dianjurkan dari manajemen keperawatan.
5)      Memasang jadwal untuk memberitahu anggota staf.
6)      Memperbaki dan memperbarui jadwal setiap hari.
       Audit menjadi hal yang penting dalam manajemen keperawatan. Pencapaian suatu perencanaan dan kinerja yang telah dilaksanakan oleh perawat, dievaluasi untuk menilai relevansi dengan program yang telah diterapkan. Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Ada tiga kategori audit keperawatan yaitu :
a.       Audit struktur
Audit struktur berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan, perawatan termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP, dan rekam medik. Standar dan indikator diukur dengan menggunaka cek list.
b.      Audit proses
Audit proses merupakan pengukuran pelakasanaan pelayanan keperawatan untuk menentukan apakah standar keperawatan tercapai. Pemerikasaan dapat bersifat restropektif, concurrent, atau peer review. Restropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat kejadian keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.


c.       Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu dapat berupa BOR, aLOS, TOI, angka infeksi nosokomial (NI) dan angka dekubitus.

e.       Compensatory reword
       Pada pilar kedua ini menjelaskan tentang manajemen SDM keperawatan yang berfokus pada pengolahan tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Seseorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang terstruktur.  Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan pengaturan tertentu.  
       Fungsi manajemen SDM meliputi; analisis pekerjaan, pengembangan organisasi, staffing, hubungan kerja dan evaluasi. Manajemen SDM diruang model praktek keperawatan professional (MPKP) befokus pada proses rekuitmen, seleksi, kontak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawat baru.
       Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenagga keperawatan agar dapat prodoktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai.
Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus pada :
1)      Proses rekrutmen tenaga perawat diruang MPKP.
2)      Seluruh perawat di rumah sakit harus menyepakati level MPKP yang akan di pilih, disesuaikan denagn sumber daya keperawatan yang ada di rumah sakit tersebut, diharapkan minimal memilih MPKP level awal. 
3)      Setelah level disepakati, maka kepala bidang keperawatan melakukan sosialisasi pembentukan ruang MPKP kepada pimpinan dan para pejabat struktur yang ada di rumah sakit untuk mendapatkan komitmen dan dukungan.
4)      Kepala ruang melakukan sosialisai kepada semua perawat yang ada diruang tentang pembentukan ruang MPKP disertai kreteria perawat yang dibutuhkan dengan tujuan merekrut perawat yang memenuhi keteria.

f.       Proses seleksi tenaga perawat di ruang MPKP
1)      Proses seleksi dimulai dari telah dokumentasi untuk menetapakan perawat yang memenuhi syarat menjadi kepala ruang, perawat primer/ketua tm dan perawat pelaksana/asosiet.
2)      Semua perawat yang memenuhi kreteria di panggil untuk tes tulis.
3)      Perawat yang lulus tes mengikuti tes wawancara.
4)      Tahap seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti oleh perawat yang memenuhi kreteria karu dan katim untuk memilih kepala ruang.

g.      Proses orientasi tenaga perawat diruang MPKP
Orientasi berupa pelatihan tentang informasi budaya kerja MPKP dan informasi umum tantang rumah sakit (visi, misi, program jangka pendek, jangka panjang, program mutu, kebijakan dan peraturan).
h.      Penilaian kerja
Kemampuan tiap SDM dievaluasi dengan menggunakan supervisi baik secara langsung (observasi) maupun tidak langsung (melalui dokumentasi).
i.        Pengembangan kinerja
Tujuan pengembangan tenaga perawat adalah membantu masing-masing perawat mencapai kinerja sesuai dengan posisinya untuk pengarahan terhadap kemampuan professional tenaga perawat yang akan memaksimalkan pencapaian jenjang karir.
j.        Professional relationship
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim kesehatan) dan penerima pelayanan keperawatan (klien dan keluarga) (Cameron, 1997). Bentuk jaringan dalam komunikasi hubungan profesional yaitu :
1)      Horizontal yaitu komuikasi yang terjadi anatara sesame manajer.
2)      Vertical yaitu komunikasi yang terjadi antara pimpimnan atas dengan bawahan.
3)      Diagonal yaitu komunikasi yang terjadi antara berbagai jenjang dan masih dalam lingkungan yang sama.

         i.      Hubungan professional yang terjadi diruang MPKP, yaitu :
1)      Rapat perawat ruang adalah suatu media komunikasi untuk menyampaikan informasi permasalahan yang ditemukan pada klien, evaluasi hasil kerja secara keseluruhan, informasi/peraturan/ perkembangan IPTEK.
2)      Case conference adalah media diskusi kelompok tentang kasus asuhan keperawatan klien/keluarga.
3)      Rapat tim kesehatan adalah media komunikasi antara tim kesehatan (rapat multidisiplin) untuk membahas manajerial ruang MPKP.
4)      Kolaborasi dengan doter (visit dokter) adalah kunjungan doter ke ruang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pada pasien, dan ketua tim bertanggung jawab melakukan kolaborasi serta mendampingi dokter saat melakukan pemerikasaan dan menyampaikan informasi tentang pasien.

6.      Standar Asuhan Keperawatan
       Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (dikutip Nursalam, 2008), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
a.         Standar 1 : Pegkajian keperawatan
Pengumpulan data berisikan analisi data, pemeriksaan fisik dan status kesehatan klien secara menyeluruh akurat dan singkat, merupakan suatu informasi bagi perawat untuk menentukan masalah sehingga dapat merumuskan diagnosa keperawatan.
Kriteria pengkajian meliputi :
a)      Pengumpulan data yang dilakukan secara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang.
b)      Sumber data adalah klien, keluarga dan orang yang terkait, tim medis, rekam medis dan catatan lainnya.
c)      Data yang dikumpulakan difokuskan untuk mengidentifikasi :
-          Status kesehatan masa lalu.
-          Status biologis-psikologis-sosial-spiritual.
-          Respon terhadap tingkat kesehatan yang optimal.
-          Resiko tinggi masalah.
d)     Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (Lengkap, Akurat, Relevan, Baru).

b.      Standar 2 : diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata maupun yang potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahaannya dapat dilakukan dalam merumukan diagnosis keperawatan dapat digunakan pendekatan sebagai berikut : PES (Problem, Etiologi, Symtom) atau PE (Problrm, Etiologi).

       Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses pembuatan diagnosa adalah :
1)      Proses diagnosa terdiri dari analisa, interprestasi data, identifikasi masalah, perumusanan diagnosa.
2)      Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
3)      Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa keperawatan.

c.       Standar 3 : perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan interprestasi dari tujuan yang akan dicapai oleh perawat setelah merumuskan diagnosa keperawaran, oleh karena itu perencanaan yang dilakukan oleh perawat harus sesuai dengan keadaan dan masalah prioritas yang klien miliki. Oleh karena itu perawat membuat rencana tindakana keperawatan untuk mengatasi masalah, meningkatkan kesehatan dan memandirikan klien, kriteria perencanaan keperawatan meliputi :
1)      Perencanaan terdiri dari penetapan masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan.
2)      Berkerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
3)      Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien.
4)      Mendokumentasikan rencana keperawatan.

d.      Standar 4 : Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan perawat berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, kriteria implementasi meliputi :
1)      Bekerjasama dengan klien dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
2)      Kolaborasi dengan tim kesehatan lainya.
3)      Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
4)      Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai konsep dan keterampilan asuhan diri, serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.
5)      Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperatatan berdasarkan respon klien.
e.       Standar 5 : evaluasi
Evaluasi merupakan hasil akhir dari proses keperawatan yaitu melihat dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai oleh perawat terhadap klien serta melihat kemanjuan dan peningkatan kesehatan pasien, adapun kriteria prosesnya adalah :
1)      Menyusun perencanna evaluasi hasil dari evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
2)      Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur kearah pencapaian tujuan.
3)      Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.
4)      Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan.
Melalui aplikasi standar asuhan keperawatan tersebut diharapkan mutu pelayanan keperawatan akan menjadi lebih baik.  
f.       Catatan asuhan keperawatan
       Catatan keperawatan diisi secara lengkap dan jelas setiap memberikan asuhan keperawatan maupun tindakan keperawatan atau tindakan-tindakan yang diinstruksikan oleh dokter.
Meliputi :
1)      Catatan dilakukan selama pasien dirawat inap, rawat jalan dan kamar tindakan.
2)      Catatan digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan.
3)      Catatan dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan.
4)      Penulisan catatan harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku.

5)      Catatan mengacu kepada pelaksanaan proses keperawatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar