BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ginjal merupakan organ yang mempunyai pembuluh darah yang banyak dan
tugasnya sangat penting misalnya menyaring darah,membuang zat-zat yang tidak
berguna serta menyerap kembali zat yang berguna. Bila ginjal tidak dapat melakukan
fungsinya maka akan mengalami kerusakan yang lama kelamaan bersifat menahun
yang disebut gagal ginjal kronik. Umumnya ditandai dengan keluhan kencing
sedikit, sesak nafas, pucat dan lemah. Sehingga harus mengalami cuci darah.
Di
indonesia termasuk dengan tingkat penderita gagal ginjal cukup tinggi. Saat ini
jumlah penderita gagal ginjal mencapai 4500 jiwa. Dari jumlah yang ada, banyak
penderita yang meninggal dunia akibat tidak mampu berobat atau cuci darah (
hemodialisis ) permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah karena mahalnya
biaya cuci darah. (www.geogle .com)
Berdasarkan Selama masa delapan tahun, 5,7% pasien mengembangkan kondisi tersebut pada
titik tertentu, tetapi risiko ARF lebih dari sepuluh kali lebih tinggi selama
tiga bulan pertama perawatan HIV (ARF mulai dini) dibandingkan setelah bulan
keenam
Kejadian gagal ginjal yang mulai lambat, yang
berdampak pada tidak lebih dari 1,6% pasien setahun setelah enam bulan pertama
dirawat dan menurun lagi setelah beberapa waktu, berdampak pada pasien yang
berbeda dan tampaknya karena faktor yang berbeda.
Kondisi tersebut cukup berat sehingga
membutuhkan dialisis untuk 29% pasien gagal ginjal yang baru didiagnosis HIV,
dan 17% pasien lain dengan HIV. Kematian terjadi dalam 90 hari peristiwa ARF
pada kurang lebih sepertiga pasien.
data dengan adanya peningkat jumlah
penderita gagal kronik dari tahun ketahun dan tingginya angka kematian sehingga
diperlukan peran. ( www.geogle.com ) perawat dengan
upaya promotif yaitu meningkatkan daya tahan tubuh misalnya mengkonsumsi
makanan yang bergizi, rajin berolahraga tidak mengkonsumsi minuman berakohol,
peran preventif perawat memotivasi klien untuk memeriksakan kesehatan secara
teratur dan peran kuratif yaitu menganjurkan klien minum obat secara teratur
sesuai indikasi dokter dan berikan support mental.
Dan berdasarkan data diatas
penyususun tertarik untuk mengambila judul makalah “ Asuhan Keperawatan Dengan
Gagal Ginjal Akut “ sebagai makalah kami “
B.
Tujuan penulisan
Adapun tujuan umum dan
khusus penulisan makalah ini adalah sebagai berikut;
a.
Tujuan Umum
Utuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata ajar
perkuliahan KMB III sistem perkemihan
b.
Tujuan khusus
Agar mahasiswa/i dapat mengerti atau memahami tentang :
1.
Pengertian gagal ginjal
2.
Etiologi gagal ginjal
3.
Patofisiologi gagal ginjal
4.
Manifestasi gagal ginjal
5.
Komplikasi
6.
Penatalaksanaan Medis
7.
Pemeriksaan diagnostik
C.
Metode penulisan
Dalam pembuatan makalah ini kami mengunakan metode penulisan study
kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku-buku dan
literatur-literatur tentang askep gagal ginjal.
D.
Sistematika penulisan
Adapun sistematika dalam
penulisan makalah ini akan kami uraikan secara garis besar ke dalam bab, antara
lain:
BAB I : PENDAHULUAN yang terdiri dari latar
belakang, tujuan (umum dan khusus). Ruang lingkup, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
Bab II : TINJAUAN TEORITIS yang terdiri dari konsep
dasar yang berisi anatomi fisiologi, pengertian etiologi, patofisiologi, tanda
dan gejala, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksaan medis dan asuhan keperawatan.
Bab III : PENUTUP yang terdiri dari, kesimpulan dan
saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I.
KONSEP DASAR
A.
PENGERTIAN
Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir
yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal (Brunner &
Suddarth.1997.hal.1443).
Gagal
ginjal akut (Acute Renal Failure/ARF) merupakan suatu sindrom klinis yang
ditandai dengan fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasanya dalam
beberapa hari) yang menyebabkan azotemia yang berkembang cepat (Sylvia
A.Price.2003.hal.992).
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan
hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan
glomerular (Brunner & suddarth.1997.hal.).
B.
ETIOLOGI (2)
3 kategori utama
penyebab gagal ginjal akut adalah:
1.
Prarenal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi
ginjal dan turunnya laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah
status penipisan volume (hemoragi atau kehilangan cairan melalui saluran
gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis), dan gangguan fungsi
jantung (infark miokardium, gagal jantung kongestif, atau syok kardiogenik)
2.
Intrarenal (kerusakan actual
jaringan ginjal)
Penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat dai kerusakan
struktur glomerulus dan tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera
akibat benturan, dan infeksi serta agens nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis
tubulus akut (ATN) dan berhentinya fungsi renal.
3.
Pascarenal (obstruksi aliran
urin)
Pasca renal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari
obstruksi dibagian distal ginjal. Tekanan di tubulus ginjal meningkat akhirnya
laju filtrasi glomerulus meningkat.
- PATOFISIOLOGI
(2)
- TANDA DAN
GEJALA (2)
1.
Tampak letargi, mual, muntah
& diare
2.
Kulit & membran mukosa
kering
3.
Produk urine sedikit
4.
Peningkatan BUN
5.
Hiperkalemia
6.
Asidosis metabolic
7.
Abnormalitas Ca dan PO4
- MANIFESTASI
KLINIS
Gagal ginjal
akut
1.
Letargi
2.
Muntah persisten
3.
Diare
4.
Kulit dan membran mukosa kering
5.
Nafas mungkin berbau urin
(fetor uremik)
6.
Lemas
7.
Sakit kepala
8.
Kedutan otot
9.
Kejang
- KOMPLIKASI
1.
Hipokalsemia
2.
Hiprtensi
3.
Anemia
4.
Dehidrasi
5.
Asidosis
6.
Hipernatrimia
7.
Hipornatrimia
- PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Urine.
Volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase
oliguria), yang terjadi dalam 24-48 jam setelah ginjal rusak.
Warna : Kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin.
Berat jenis : kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit
ginjal, contoh glomerulonefritis, pielonefritis, dengan kehilangan kemampuan
untuk memekatkan; menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat.
pH : lebih besar dari 7 ditemukan pada ISK,
nekrosis tubular ginjal, dan gagal ginjal kronis (GGK).
Osmolalitas : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan
kerusakan ginjal, dan rasio urine/serum sering 1:1
Klirens kreatinin : mungkin secara bermakna
menurun sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukkan peningkatan bermakna.
Natrium : biasanya meunrun tetapi dapat lebih dari 40
mEq/L bila ginjal tidak mampu mengabsorpsi natrium.
Bikarbonat : meningkat bila asidosis metabolic.
SDM : mungkin ada karena ada infeksi, batu,
trauma, tumor, atau peningkatan GF.
Protein : proteinuria derajat tinggi (3-4+) sangat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada.
Proteinuria derajat rendah (1-2+) dan SDM dapat menunjukan infeksiatau nefritis
interstisial. Pada NTA biasanya ada proteinuria minimal.
Warna tambahan : biasanya tanda penyakit
ginjal atau infeksi. Warna tambahan seluler dengan pigmen kecoklatan dan
sejumlah sel epitel tubular ginjal tergiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah
diduga nefritis glomular.
Darah.
Hb : menurun pada adanya anemia
SDM : sering enurun mengikuti
peningkatan/penurunan hidup.
pH : asidosis metabolic (kurang dari 7,2) dapat
terjadi karena penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hydrogen dan
hasil akhir metabolisme.
BUN/ kreatinin : biasanay meningkat pada proporsi rasio 10:1
Osmalitas serum : lebih besar dari 285 mOsm/
kg; sering sama dengan urin.
Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring
dengan perpindahan selular ( asidosis ) atau pengeluaran jaringan (hemolisis
sel darah merah).
Natrium : biasanya meningkat tetapi dapat bervariasi
pH,kalsium, dan bikarbonat : menurun.
Klorida,fospat,dan magnesium : meningkat
Protein : penurunan pad kadar serum dapat menunjukan
kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan dan
penurunan sintesis karena kekurangan asam amino esensial.
Pencitraan radionuklida : dapat menunjukan
kaliketasis, hidronefrosis, penyempitan, dan lambatnyan pengisian dan
pengosongan sebagai akibat dari GGA.
KUB (abdomen) : menunjukan ukuran ginjal/ ureter/
kandung kemih, adanya kista, tumor,dan perpindahan ginjal atau obsruksi (batu).
Pielogram retrogad : menunjukan abnormalitas
pelpis ginjal dan ureter.
Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi
ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskularitas dan massa.
Sistouretogram berkemih : menunjukan ukuran kandung
kemih, refluks kedalam ureter, retensi.
Ultrasound ginjal : menentukan ukuran ginjal
dan hanya massa kista, obsruksi pada saluran perkemihan atas.
Ct scan : gambaran bagian menyilang dari ginjal dan
saluran perkemihan mendeteksi adanya/luas penyakit.
MRI : memberikan informasi tentang jaringan
lunak.
Urografi ekskeretorius ( urogram atau
pielogram intravena ) : kosentrasi zat tembus pandang kontras pada urine dan
dan memudahkan pengelihatan pada ginjal, ureter, dan kandung kemih.
Endourologi : penglihatan langsung dapat dilakukan pada
uretra, kandung kemih, ureter, dan ginjal untuk mendiagnosa masalah, biopsy,
dan pembuangan lesi kecil dan / batu.
EKG : mungkin abnormal menunjukan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam/ basa.
- PENATALAKSANAAN
1.
Dialysis
Dialysis dapat
dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius seperti
hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas
biokimia,menyebabkan cairan,protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas,
menghilangkan kecendrungan.
2.
Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan
cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ;
hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada ganguan ini.
Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian
pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq / L ; SI : 5.5
mmol/ L ), perubahan EKG ( tinggi
elektrolit gelombang T rendah atau tinggi ), dan perubahan status klinis.peningkatan
kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion penganti ion resin ( natrium
polistiren sulfonat ( kayexalatel ) secara oral atau melalui retensi enema.
3.
Mempertahankan keseimbangan
cairan
Penatalaksanaan
keseimbangan cairan di dasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan
vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan
status klinis pasien. Masukan dan haluaran oral dan parentral dari urine,
drainase lambung feses, drainase lukadan perspirasi di hitung dan digunakan
sebagai dasar untuk terapi penganti cairan.
II.
ASUHAN KEPERAWATAN
- PENGKAJIAN
Aktivitas dan latihan.
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus.
Sirkulasi
Tanda : hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi
malignan, eklampsia/hipertensi akibat kehamilan, disritmia jantung, nadi
lemah/halus, hipotensi ortostatik (hpovolemia), DVJ, nadi kuat (hipervolemia),
edema jaringan umum (termasuk periorbital, mata kaki, sacrum), pucat,
kecenderungan pendarahan.
Eliminasi.
Gejala : perubahan pola berkemih (peningkatan
frekuensi, poliuria, atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir), disuria,
abdomen kembung, diare tau konstipasi.
Tanda : perubahan warna urin, oliguria.
Makanan
dan cairan.
Gejala : peningkatan berat badan, penurunan berat
badan, mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, pengguaan diuretic.
Tanda : perubahan turgor kulit, edema.
Neurosensori.
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot.
Tanda : gangguan status mental, penurunan tingkat
kesadaran, kejang faskikulasi otot, aktiivitas kejang.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri tubuh, sakit kepala.
Tanda : prilaku berhati-hati, gelisah.
Pernapasan
Gejala : napas pendek
Tanda : takipnea, dipsnea, peningkatan frekuensi,
kedalaman, napas amonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda (edema
paru).
Keamanan
Gejala : adanya reaksi transfuse
Tanda : demam (sepsis, dehidrasi), petekie, area
kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.
Penyuluhan
dan pembelajaran
Gejala : gejala penyakit polikistik keluarga, nefritis,
herediter,batu urianarius, riwayat
terpapar toksin
- DIAGNOSA
(2)
1. Kelebihan volume
cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi
cairan serta natrium.
2. Perubahan nutrisi
: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah,
pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
3. Intoleran
aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
- INTERVENSI
1.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan : mempertahankan berat
tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria hasil :
·
Menunjukkan pemasukan dan pengeluaran mendekati seimbang
·
Turgor kulit baik
·
Membran mukosa lembab
·
Berat badan dan tanda vital stabil
·
Elektrolit dalam batas normal
Intervensi
a.
Kaji status cairan :
o
Timbang berat badan harian
o
Keseimbangan masukan dan haluaran
o
Turgor kulit dan adanya oedema
o
Distensi vena leher
o
Tekanan darah, denyut dan irama nadi
R/
Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan
dan mengevaluasi intervensi. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner
& Suddart, hal 1452).
b.
Batasi masukan cairan
R/
Pembatasan cairan akan menentukan berat badan ideal, haluaran urine dan respons
terhadap terapi. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner &
Suddart, hal 1452). Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat
diidentifikasi. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner &
Suddart, hal 1452).
c.
Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan.
R/
Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
d.
Pantau kreatinin dan BUN serum.
R/
Perubahan ini menunjukkan kebutuhan dialisa segera. (Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah, vol 1, Barbara Ensram, hal 156).
2.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane
mukosa mulut.
Tujuan : Mempertahankan
masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
·
Mempertahankan/meningkatkan berat badan seperti yang
diindikasikan oleh situasi individu.
·
Bebas oedema
Intervensi
a.
Kaji / catat pemasukan diet
R/
Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi fisik
umum gejala uremik dan pembatasan diet multiple mempengaruhi pemasukan makanan.
(Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620).
b.
Kaji pola diet nutrisi pasien
o
Riwayat diet
o
Makanan kesukaan
o
Hitung kalori
R/
Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu.
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
c.
Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
o
Anoreksia, mual dan muntah
o
Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien
o
Depresi
o
Kurang memahami pembatasan diet
R/
Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan
untuk meningkatkan masukan diet.
d.
Berikan makan sedikit tapi sering.
R/
Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik/menurunnya
peristaltik. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620).
e.
Berikan pasien / orang terdekat daftar makanan / cairan yang
diizinkan dan dorong terlibat dalam pilihan menu.
R/
Memberikan pasien tindakan kontrol dalam pembatasan diet. Makanan dan rumah dapat
meningkatkan nafsu makan. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal
620).
f.
Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.
R/
Mendorong peningkatan masukan diet
g.
Tinggikan masukan protein yang mengandung nilai biologis
tinggi: telur, susu, daging.
R/
Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan penyembuhan. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2,
Brunner & Suddart, hal 1452).
h.
Timbang berat badan harian.
R/
Untuk memantau status cairan dan nutrisi.
3.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,
retensi, produk sampah.
Tujuan : Berpartisipasi dalam
aktifitas yang dapat ditoleransi.
Kriteria hasil :
·
Berkurangnya keluhan lelah
·
Peningkatan keterlibatan pada aktifitas social
·
Laporan perasaan lebih berenergi
·
Frekuensi pernapasan dan frekuensi jantung kembali dalam
rentang normal setelah penghentian aktifitas.
Intervensi
a.
Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
o
Anemia
o
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
o
Retensi produk sampah
o
Depresi
R/
Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454).
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454).
b.
Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang
dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.
R/
Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri.
c.
Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
R/
Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan
istirahat yang adekuat. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner &
Suddart, hal 1454).
d.
Anjurkan untuk beristirahat setelah dialysis.
R/
Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak pasien
sangat melelahkan. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner &
Suddart, hal 1454).
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir
yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal.
Gagal
ginjal akut (Acute Renal Failure/ARF) merupakan suatu sindrom klinis yang
ditandai dengan fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasanya dalam
beberapa hari) yang menyebabkan azotemia yang berkembang cepat.
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan
hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan
glomerular (Brunner & suddarth.1997.hal.).
Peningkatan kadar kreatinin juga bisa disebabkan oleh
obat-obatan (misalnya cimitidin dan
trimehoprim) yang menghambat sekresi
tubular ginjal. Peningkatan tingkat BUN juga dapat terjadi tanpa disertai
kerusakan ginjal, seperti pada pendarahan mukosa atau saluran pencernaan,
pengunaan steroid, pemasukan protein. Oleh karena itu diperlukan
pengkajian yang hati-hati dalam
menentukan apakah seseorang terkena kerusakan ginjal atau tidak.
- Saran
1.
Mahasiswa
Diharapkan
mahasiswa/i mengerti dan memahami tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan
dengan gagal ginjal akut
2.
Perawat
Diharapkan
perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal akut.
Berikan
penjelasan yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan untuk mencegah
terjangkitnya penyakit gagal ginjal dan mempercepat penyembuhan .
Penatalaksanan
yang efektif dan efisien pada pasien
untuk mendapat hasil maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes,Marilynn E, (1999) ,dkk.Rencana
Asuhan Keperawatan.Edisi 3..Jakarta;EGC
Brunner & Suddarth.KEPERAWATAN MEDICAL-BEDAH.Edisi 8.(1997).
Jakarta;EGC
Price,Sylvia A;Wilson,Lorraine M.PATOFISIOLOGI Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit.(2003).Jakarta;EGC
www.geogle . com
terimakasih banyak infonya, sangat menarik sekali dan bermanfaat
BalasHapushttp://landongobatherbal.com/obat-herbal-infeksi-ginjal/