Selasa, 02 September 2014

askep Kanker kolorektum

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    PENGERTIAN
Kanker kolorektum, atau usus dan rektum, sering dijumpai di Amerika Serikat. Sebagian besar kanker kolorektum adalah karsinoma yang biayasanya  berasal dari sekretorik lapisan mukosa yang terjadi dikolorektum. (J. Elizabeth Corwin, 2009).

Polip adalah massa jaringan yang menonjol kedalam saluran usus dan rektum. Polip dapat diklasifikasika sebagai neoplastik (adenima dan karsinoma) atau non-plastik (mukosal dan hiperplastik). (Brunner & Suddarth, 2001).

Karsinoma Rekti adalah suatu neoplasma ganas yang merupakan suatu pertumbuhan jaringan pada rektum yang abnormal yang melebihi jaringan disekitarnya, tumbuh infiltratif dan destruktif dan dapat bermetastase atau dengan kata lain karsinoma adalah tumor ganas epitel  dan dapat mensekresi mukus yang jumlahnya berbeda-beda yang menyebar melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon. (Price S.A, 2005).

Dari ketiga definisi diatas penilus menyimpulkan bahwa kanker rekti adalah karsinoma yang berada pada rektum atau kolon yang merupakan suatu neoplasma ganas yang biasanya diawalai dari polip atau tumor yang mengganas dan bermetastase dapat menyebar melalui pembuluh limfe karna dapat mensekresi mukus dalam jumlah yang berbeda-beda.


B.     ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektum tidak diketahui, akan tetapi Sebagian besar kanker kolorektum berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya. Faktor resiko untuk kanker kolorektum adalah mencangkup makanan diet tinggi lemak dan rendah serat. Menahan feses juga menyebabkan pelepasan toksin – toksin yang terdapat dalam fases untuk mencetuskan kanker. Terdapat faktor resiko genetik untuk kanker kolorektum, dan gen spesifik yang berkaitan dengan kanker kolom telah diidentifikasi. Adanya atau riwayat polip dikolon dan rektum mengidentifikasikan peningkatan resiko pengembangan kanker.

C.     PATOFISIOLOGI
1.      Perjalanan Penyakit
Dimulai dari faktor resiko untuk kanker kolorektum adalah mencangkup makanan diet tinggi lemak dan rendah serat, yang menyebabkan kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenikarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebagai polip jinak tetapi menjadi ganas dan menyusup serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke Hati).

2.      Manifestasi  Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Terdapat darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencangkup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurun berat badan, dan keletihan.

Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penampisan feses, konstipasi, dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal dalam feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses disertai darah.

3.      Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan/atau sepsis dapat menimbulkan syok.

Insidens komplikasi untuk pasien kolostomi sedikit lebih tinggi dibandingkan pasien ileustomi. Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma (biasanya akibat obesitas), perforasi (akibat ketidaktepatan irigasi stoma), retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari anastomosis usus menyebabkan distensi abdomendan kekakuan, peingkatan suhu tubuh, serta syok.

Komplikasi paru selalu menjadi perhatian pada pembedahan abdomen pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dianggap beresiko, khususnya bila mereka telah mendapat antibiotik atau sedatif, atau dipertahankan tirah baring untuk waktu lama. 

D.    PENATALAKSANAAN MEDIS
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat pendarahan yang cukup bermakna, terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan tergantung pada tahapan penyakit dan komplikasi yang berahubungan. Endoskopi, ultrasonografi, dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam pentahapan kanker kolorektal pada periode pra operatif. Metode tahapan yang digunakam secara luas adalah klasifikasi Duke:
1.      Kelas A – tumor dibatasi pada mukosa dan sub mukosa
2.      Kelas B – penetrasi melalui dinding usus
3.      Kelas C – invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional
4.      Kelas D –metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran luas
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi anjruan. Terapi anjuran biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencangkup kemoterapi, terapi radiasi dan/atau imunoterapi. Tetapi anjuran standart yang diberikan untuk pasien dengan kanker kolorektal kelas C. Terapi radiasi sekarang digunakan pada periode praoperatif, dan pascaoperatif untuk memperkecil tumor, mencapai hasil yang lebih baik dari pembedahan dan untuk mengurangi resiko kekambuhan. Untuk tumor yang tidak dioperasi atau tidak dapat diseksresi, radiasi digunakan untuk menghilangkan gejala secara bermakna. Alat radiasi intravakitas yang dapat diimplantasikan dapat digunakan.
Adapun penatalaksanaan lain yaitu :
1.      Tindakan pencegahan perlu dilakukan dan mencangkup pendidikan mengenai diet agar individu meningkatkan asupan buah, sayur, makanan kasar, dan padi-padian untuk meningkatkan massa makanan, mengurangi lemak dan menyediakan antioksidan sebagai pelindung.
2.      Sebagai pencegahan, asupan yang tinggi buah dan sayuran dapat melindungi individu dari perkembangan kanker kolorektum dengan kandungan serat dalam diet dan menyediakan antioksidan yang melindungi kerusakan sel dari karsinogen. Penggunaan aspirin dan NSAID lainnya dalam jangka lama (>10 tahun) mengurangi secara bermakna resiko kanker kolorektum dengan penggunaan yang sesuai dosis.

E.     PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan  informasi tentang perasaan lelah :
1.      Adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya ( lokasi, frekuensi, durasi berhubungan makanan atau defekasi)
2.      Pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi warna, bau, dan konsistensi feses, mencangkup adanya darah atau mukus.
3.      Informasi tambahan mencangkup riwayat masa lalu tentang penyakit usus dan imflamasi kronis atau polip kolorektal
4.      Riwayat keluarga terdahulu dari penyakit kolorektal dan terapi pengobatan sampai saat ini.
5.      Riwayat kebiasaan diet diidentifikasikan mencangkup asupan lemak dan atau serat serta jumlah konsumsi alkohol
6.      Riwayat penurunan berat badan penting untuk pengkajian dini.

Pengkajian objektif mencangkup :
1.      Auskultasi abdomen terhadap bising usus
2.      Palpasi abdomen terhadap daerah / area nyeri tekan, distensi, dan masa padat.
3.      Spesimen feses diinpeksi terhadap karakter dan adanya darah
4.      Anemia dapat terlihat dari hasil hitung sel darah lengkap, memerlukan evaluasi lebih lanjut.
5.      Pada pemeriksaan dengan jari mungkin teraba adanya massa.
6.      Pemeriksaan darah samar untuk fases dapat mengidentifikasikan adanya kanker.
7.      Identifikasi dini polip dengan pemeriksaan jari, sigmoidoskopi atau kolonoskopi (Pemeriksaan seluruh bagian rektum dan kolon sigmoid dengan memasukan lensa serat–optik), serta pengangkatan secara bedah semua polip yang dapat mencegah pembentukan kanker.
8.      Penanda genetik untuk kanker kolon dapat memperkirakan siapa yang paling berisiko menderita penyakit tersebut, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan pembentukan kanker.
9.      Pemeriksaan darah untuk antigen spesifik yang berkaitan dengan kanken kolorektum, terutama antigen karsinoembrionik (carcinoembryonic antigen, CEA), mungkin bermanfaat untuk identifikasi dini kekambuhan kanker kolorektum. Kadar CEA bukan merupakan alat penapis yang baik unuk popilasi umum karena kadar CEA yang dapat diukur hanya muncul pada kanker stadium lanjut. Selain itu, kesalahan (prediksi adanya kanker jika tidak ada) sering terjadi.



F.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
praoperatif
1.      Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruktif
2.      Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
3.      Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia
4.      Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
5.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
Pascaoperatif
1.      Nyeri berhubungan dengan insisi bedah / pasca operasi (abdomen dan perianal)
2.      Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan mual dan anoreksia
3.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal.
4.      Kurang pengetahuan mengenai diagnosa prosedur pembedahan, dan perawatan diri setelah pulang berhubungan dengan kurangnya informasi.
5.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi.

G.    PERENCANAAN KEPERAWATAN
Pascaoperatif
1.      Diagnosa Keperawatan : Integritas Kulit, Kerusakan, Resiko Tinggi berhubungan dengan pasca operasi Ca. Rekti / Kolostomi
Tujuan dan KH : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak terjadi kerusakan integritas kulit, idak adanya lesi atau radang.
Intervensi :
a.       Lihat stoma/area kulit peristomal pada tiap penggantian kantong. Bersihkan dengan air dan keringkan. Catat iritasi,  kemerahan ( warna gelap, kebiru-biruan).



Rasional :
Memantau proses penyembuhan alat dan mengidentifikasi masalah pada area, kebutuhan untuk evaluasi / intervensi lanjut. Mempertahankan kebersihan / mengerinkan area untuk membantu pencegahan kerusakan kulit. Identifikasi dini nekrosis stoma/iskemia atau infeksi jamur (dari perubahan flora normal usus) memberikan intervensi tepat waktu untuk mencegah komplikasi serius. Stoma harus kemerahan dan lembab. Area ulkus pada stoma mungkin pada lubang kantung yang terlalu sempit atau lempengan yang menekan kedalam stoma. Pada pesien dengan ileostomi, fases kaya akan enzim, meningkatkan bahwa iritasi pada kulit. Pada pasien dengan kolostomi perawatan kulit. Pada pasien dengan kolostomi perawatan kulit bukanlah masalah besar, karena enzim tak ada lagi pada fases.
b.      Ukur stoma secara periodik, mis, tiap perubahan kantong selama 6 minggu pertama, kemudian sekali sebulan selama 6 bulan.
Rasional :
Sesuai dengan penyembuhan edema pascaoperasi (selama 6 minggu pertama) ukuran kantong yang dipakai harus tepat sehingga fases berkumpul sesuai aliran dari ostomi dan kontak dengan kulit dicegah.
c.        Yakinkan bahwa lubang pada bagian belakang kantung berperekat setidaknya lebih besar 1/8 ukuran stoma dengan perekat adekuat menempel pada kantong.
Rasional :
Mencegah trauma pada jaringan stoma dan melindungi kulit. Perekatan area yang adekuat penting untuk mempertahankan cincin kantong. Catatan : perekatan terlalun kencang menyebabkan iritasi kulit pada peng angkatan kantung.
d.      Berikan pelindung kulit yang efektif, mis, wafer stomahesive, karaya gum, reliaseal (davol) atau produk semacamnya.
Rasional :
Melindungi kulit dari perekat kantong, meningkatkan perekatan kantong dan memudahkan pengangkatan kantong bila perlu. Catatan: kolostomi signoid tak perlu menggunakan pelindung kulit karena fases berbentuk dan eliminasi terjadi teratur melalui irigasi.
e.       Kosongkan, irigasi, dan bersihkan kantong astomi dengan rutin, gunakan alat yang tepat.
Rasional :
Pergantian kantong yang sering mengiritasi kantong kulit dan harus dihindari. Pengosongan dan pencucian kantong dengan cairan yang tepat tidak hanyan menghilangkan bakteri dan menyebabkan bau fases dan flatus tetapi juga kantung menjadi bau.
f.       Sokong kulit sekitar bila mengangkat kantong dengan perlahan. Lakukan pengangkatan kantong sesuai indikasi, kemudian cuci dengan baik.
Rasional :
Mencegah iritasi jaringan/kerusakan sehubungan dengan “penarikan” kantong.
g.      Selidiki keluhan rasa terbakar / gatal / melepuh dsekitar stoma.
Rasional :
Indikasi kebocoran fases dengan iritasi periostomal, atau kemungkinan infeksi kandida yang memerlukan intervensi.
h.      Selidiki keluhan rasa terbakar / gatal / melepuh dsekitar stoma.
Rasional :
Indikasi kebocoran fases dengan iritasi periostomal, atau kemungkinan infeksi kandida yang memerlukan intervensi.
Kolaborasi
i.        Konsul dengan ahli terapi/enterostomal.
Rasional :
Membantu memelihara produk yang tepat untuk kebutuhan penyembuhan pasien, termasuk tipe kolostomi, status, fisik/mental dan sumber finansial.


j.        Berikan sprei aerosol kortikosteroid dan bedak nistatin sesuai indikasi.
Rasional :
Membantu penyembuhan bila terjadi iritasi periostomal / infeksi jamur. Catatan : produk ini mempunyai efeksamping yang besar dan harus digunakan dengan jumlah sedikit saja.

2.      Diagnosa Keperawatan : Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan kolostomi
Tujuan dan KH : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak terjadi kerusakan integritas kulit, tidak terjadi iritasi ataupun .
Intervensi :
a.       Pastikan apakah konseling dilakukan bila mungkin dan/atau kolostomi perlu untuk didiskusikan.
Rasional :
Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan pasien/orang terdekat terhadap pengetahuan tentang stuasi pasien dan proses penerimaan.
b.      Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perasaan tentang ostomi. Akui kenormalan perasaan marah, depresi, dan kehilangan. Diskusikan “naik dan turunnya” yang dapat terjadi sehari-hari.
Rasional :
Membantu pasien untuk menyadari perasaannya tidak biasa dan perasaan bersalah tentang mereka tidak perlu/tidak membantu. Pasien perlu untuk mengenali perasaan sebelum mereka dapat menerima dengan efektif.
c.       Kaji ulang untuk pembedahan dan harapan masa datang.
Rasional :
Pasien dapat menerimanya ini lebih mudah bahwa ostomi dilakukan untuk memperbaiki penyakit kronis/jangka panjang dari pada sebagi cedera traumatik, meskipun ostomi hanya sementara. Juga pasien yang akan mengalami prosedur kedua (untuk merubah kolostomi kepenampung anal atau kontinen) mungkin menimbulkan derajat yang lebih kecil pada masalah gambaran diri karena fungsi tubuh akan menjadi “lebih normal.”
d.      Catat perilaku menarik diri. Peningkatan ketergangungan, manipulasi, atau tidak terlibah pada perawatan.
Rasional :
Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih ketat.
e.       Berikan pada pasien/orang terdekat untuk memandang dan menyentuh stoma, gunakan kesempatan untuk memberikan tanda positif tentang penyembuhan, penampilan normal, dan sebagainya. Ingatkan pasien bahwa penerimaan memerlukan waktu, baik secara fisik dan emosi.
Rasional :
Meskipun integrasi stoma pada gambaran diri memerlukan waktu berbulan–bulan atau juga tahunan, melihat pada stoma dan mendengarkan komentar (dibuat dengan normal kejadian yang nyata) dapat membantu pasien dalam penerimaan ini. Menyentuh stoma meyakinkan pasien/orang terdekat bahwa hal ini tidak mudah rusak dan bahwa gerakan pada stoma secara nyata menunjukkkan peristaltik yang normal.
f.       Berikan kesempatan pada pasien untuk menerima ostomi melalui partisipasi pada perawatan diri.
Rasional :
Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk memperbaiki kepercayaan diri dan penerimaan stuasi.
g.      Rencanakan/jadwalkan aktivitas perawatan dengan pasien.
Rasional :
Meningkatkan rasa kontol dan memberika pesan pada pasien bahwa ia dapat mengangani hal tersebut, meningkatkan harga diri.
h.      Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan, hindari ekspresi menghina atau reaksi berubah mendadak, jangan perlihatkan rasa marah secara pribadi.


Rasional :
Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri. Marah paling sering ditujukan pada situasi dan kurang kontrol individu terhadap apa yang terjadi (tidak berdaya), bukan pada pemberi perawatan.
i.        Diskusikan kemungkinan kontak dengan pengunjung ostomi, dan buat perjanjian untuk kunjungan bila diperlukan.
Rasional :
Dapat memberikan pendukung sistem yang baik. Membantu menguatkan pendidikan (berbagai pengalaman) dan memudahkan penerimaan perubahan sesuai dengan kesadaran pasien akan “hidup harus berjalan terus” dan dapat menjadi relatif normal.

3.      Diagnosa Keperawatan : Nyeri (Akut) berhubungan dengan pascaoperatif Ca. Rekti / kolostomi
Tujuan dan KH: setelah dilakukan tindakan keperawatan harapkan klien tidak Nyeri dan tidak gelisah.
Intervensi :
a.       Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0 – 10)
Rasional :
Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi, mis, karena nyeri abdominal biasanya terasa secara bertahap pada hari ketiga-keempat pasca operasi, berlanjut atau meningkatkan nyeri menunjukan melambatnya penyembuhan atau iritasi kulit periostomal. Catatan : nyeri pada area anal sehubungan dengan reseksi abdominal perianal dapat terjadi selama satu bulan.
b.      Dorong pasien untuk menyatakan masalah. Mendengarkan dengan aktif pada masalah ini, dan memberikan informasi yang tepat.
Rasional :
Menurunnya ansietas/takut dapat meningkatkan kemampuan koping.

c.       Berikan tindakan kenyamanan, mis, perawatan mulut, pijatan punggung, ubah pisisi (gunakan tindakan pendukung sesuai kebutuhan). Yakinkan pasien bahwa perlu bahan posisi tidak akan mencedrai stoma.
Rasional :
Mencegah pengeringan mukosa oral dan ketidaknyamanan, menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksi, dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
d.      Dorong penggunaan teknik relaksasi, misisalnya : bimbingan ajinasi, visualisasi. Berikan aktivitas senggang.
Rasional :
Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian, sehingga menurunkan nyeri ketidaknyamanan.
e.       Bantu melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini. Hindari posisi duduk lama.
Rasional :
Menurunkan kekakuan otot/sendi. Ambulan mengembalikan organ keposisi normal dan meningkatkan kembalinya fungsi ketingkat normal. Catatan : adanya edema, tempon dan (bila reaksi perihal telah dilakukan) peningkatan ketidaknyamanan dan adanya rasa ingin defekasi. Ambulasi dan perubahan posisi sering menurunkan tekanan perianal.
f.       Selidiki dan laporkan adanya kekuatan otot abdominal, kehati-hatian yang tak disengaja, dan nyeri tekanan.
Rasional :
Diduga inflasi peritonial, yang memerlukan intervensi medik cepat.
Kolaborasi
g.      Berikan obat sesuai indikasi, misalnya narkotik, analgesik, analgesi dikontrol pasien (ADP).
Rasional :
Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan, khususnya setelah perbaikan jaringan pasca operatif.

h.      Berikan rendam duduk.
Rasional :
Menurunkan ketidaknyamanan lokal, menurunkann edema dan meningkatkan penyembuhan luka perineal.
i.        Lakukan/pantau efek unit TENS.
Rasional :
Perangsangan kutaneus dapat digunakan untuk menghambat transmisi rangsangan nyeri.

4.      diagnosa keperawatan : nutrisi, perubahan : kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi terhadap
Tujuan dan KH : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  diharapkan klien tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Intervensi :
a.       Lakukan pengkajian nutrisi dengan skema.
Rasional :
Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan untuk membantu memilih intervensi.
b.      Auskultasi bising usus.
Rasional :
Kembalinya fungsi usus menunjukan kesiapan untuk memulai makan lagi.
c.       Mulai dengan makanan cairan perlahan.
Rasional : Menurunkan insiden kram abdomen, mual.
d.      Mulai identifikasi bau yang ditimbulkan oleh makanan (mis, kol, ikan, kacang – kacangan) dan sementara batasi diet, secara bertashap kenalkan kembali satu makanan pada saat makan.



Rasional :
Sensitivitas terhadap makanan tertentu tidak umum setelah bedah usus. Pasien dapat mencoba berbagai makanan sebelum menentukan apakah ini membantu masalah.
e.       Anjurkan pasien meningkatkan penggunaan yogurt dan mentega susu.
Rasional :
Dapat membantu menurunkan pembentukan bau.
f.       Berikan pasien dengan latihan ileostomi kewaspadaan pada buah prem, strawberi, anggur, pisang, keluarga kol, kacang – kacangan, buah kurma aprikot rebus, dan kacang dan menghindari produk berserat contoh kacang tanah.
Rasional :
Produk ini menginkatkan fases ileum, pencernaan selulosa memerlukan bakteri kolom yang tak ada lagi karena reseksi.
g.      Diskusikan mekanisme menelan udara sebagai faktor pembentukan flatus dan beberapa cara pasien yang dapat mengontrol latihan.
Rasional :
Minum melalui sedotan, menggorok, ansietas, merokok, sakit gigi, dan meneguk makanan meningkatkan produksi flatus, terlalu banyak flatus tidak hanya perlu untuk pengosongan sering, tetapi dapat menjadi faktor penyebab kebocoran dari banyaknya tekanan dalam kantong.
kolaborasi
h.      Konsul dengan ahli diet.
Rasional :
Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus.
i.        Tingkatkan diet dari cairan sampai makanan rendah residu bila masukan oral dimulai.


Rasional :
Diet rendah sisa dapat dipertahankan selama 6 – 8 jam minggu pertama untuk memberikan waktu yang adekuat untuk penyembuhan usus.
j.        Berikan makanan central/parental bila diindikasikan.
Rasional :
Pada kelemahan/tidak toleran pada masukan per oral, hiperalimentasi digunakan untuk menambah kebutuhan komponen pada penyembuhan dan mencegah status katabolisme

5.      Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan, mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan informasi.
Kriteria Hasil dan Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien diharapkan klien mengerti tentang penyakit, pengobatan, dan cara pencegahan.
Intervensi keperawatan :
a.       Evaluasi kemampuan emosi dan fisik konsumen
Rasional :
 Faktor – faktor ini mempengaruhi kemampuan pasien untuk menguasai tugas – tugas dan keinginan untuk melakukan tanggung jawab perawatan kolostomi.
b.      Tinjau ulang anatomi, fisiologi, dan implikasi intervensi bedah. Diskusikan harapan masa datang, termasuk perubahan yang diantisipasi dalam karakter keluarga fases.
Rasional :
Berikan dasar pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi dan kesempatan untuk menjelaskan kesalahan konsepsi mengenai situasi individu. (Iliostomi sementara dapat diubah menjadi reservoar ileonal pada masa datang; ileostomi dan kolostomi asenden tidak dapat diatur dengan diet, irigasi, atau obat – obatan, dan sebagainya).



c.       Masukan sumber – sumber tertulis/gambar.
Rasional :
Memberikan referensi pasca pulang untuk mendukung pasien berupaya untuk mandiri dalam perawtan diri.
d.      Intruksikan pasein/orang terdekat dalam perawatan stomaa. Berikan waktu untuk mendemostrasikan kembali dan berikan umpan balik positif upaya – upaya tersebut.
Rasional :
Mengingat penatalaksanaan pisitif dan menurunkan risiko ketidaktepatan perawatan sotomi/perkembangan komplikasi.
e.       Anjurkan peningkatan masukan cairan selama bulan cuaca hangat.
Rasional :
Kehilangan fungsi normal kolon untuk cadangan air dan elektrolit dapat menimbulkan dehidrasi dan konstipasi.
f.       Diskusikan kemungkinan kebutuhan untuk menurunkan masukan garam.
Rasional :
Garam dapat meningkatkan haluran ileal, mempotensialkan resiko dehidrasi dan menignkatkan frekuensi kebutuhan perawatan kolostomi/ketidaknyamanan pasien.
g.      Identifikasi gejala – gejala kekjurangan elektrolit, misalnya; anoreksia, kram otot, abdomen, perasaan atau tangan/kaki “dingin”; kelelahan umum/kelemahan, pening, penurunan sensasi pada lengan/kaki.
Rasional :
Keluhan fungsi kolon dengan perubahan absorpasi cairan/elektrolit dapat mengakibatkan kekurangan natrium/kalium yang memerlukan koreksi diet dengan makanan/cairan tinggi natrium (misalnya kaldu, gatorade) atau kalium (misalnya jus jeruk, prem, tomat, pisang, atau gatorade).
h.      Tekankan pentingnya mengunyah makanan dengan baik, masukan cairan adekuat dengan/diikuti makan dan hanya menggunakan makanan tinggi serat sedang, hindari selulosa.
Rasional :
Menurunkan resiko obstruksi usus, khususnya pada pasien dengan ileostomi.
i.        Tinjau ulang makanan sumber flatus (misalnya minuman karbonat, bir, buncis, keluarga kol, bawang putih, ikan, dan makanan berbumbu tinggi) atau berbau (misalnya bawang putih, keluarga kol, telur, ikan, dan buncis.
Rasional :
Makanan ini dapat dibatasi atau dihindari untuk kontrol ostomi lebih baik, atau ini perlu untuk mengosongkan kantung lebih sering, bila makanan ini dimakan.
j.        Mengidentifikasi makanan dengan diare, seperti buncis hijau, brokoli, makanan berbumbu tinggi.
Rasional :
Meningkatkan kontrol usus lebih baik.
k.      Anjurkan makanan digunakan untuk konstipasi (misalnya beras, saledri, buah mentah) serta meningkatkan peningkatan masukan cairan.
Rasional :
Pengaturan yang tepat dapat mencegah/meminnimalkan masalah konstipasi.
l.        Diskusikan tentang melakukan kembali aktivitas seperti sebelum pembedahan.
Rasional :
Pasien harus mampu mengatasi derajat yang sama dari aktivitas serta menikmati seperti sebelumnya dan pada beberapa kasus meningkatkan tingkat aktivitas.
m.    Bicara tentang kemungkinan gangguan tidur, anoreksia, kehilangan minat pada aktivitas umum.

Rasional :
“Depresei di rumah” dapat terjadi, berakhir selama 3 bulan setelah pembedahan, memerlukan kesabaran/ dukungan dan evaluasi terus menerus.
n.      Jelaskan perlunya memberi tahu pemberi perawatan kesehatan dan ahli farmasi tentang tipe kolostomi dan menghindari obat – obatan yang langsung dikeluarkan.
Rasional :
Adanya kolostomi dapat mengubah kecepatan/luasnya absorpasi obat – obatan oral dan meningkatkan risiko komplikasi yang berhungan dengan obat, misalnya diare/konstipasi atau  ekskoriasi periostomal. Bentuk obat cair, dapat dikunyah atau injeksi lebih disukai untuk pasien dengan ileostomi untuk memaksimalkan absorpasi obat.
o.      Konsulkan pasien mengenai penggunaan obat –obatan dan masalah berkenaan dengan perubahan fungsi usus. Rujuk pada ahli farmasi untuk penyuluhan/anjurkan dengan tepat.
Rasional :
Pasien dengan ostomi mempunyai 2 kunci masalah, misalnya perubahan disintregasi dan absorvasi obat oral dan efeksamping merigikan atau takbiasanya. Beberapa obat –obatan yang oleh pasien ini drespon berbeda, meliputi laksatif, salisilat, antagonis reseptor H2, \antibiotik, dan diuretik.
p.      Diskusikan efek obat – obatan pada aliran keluar, misalnya perubahan warna, bau, konsistensi feses, kebutuhan untuk mengobservasi residu yang manandakan absorpasi tak lengkap.
Rasional :
Pemahaman menurunkan ansietas mengenai fungsi intestinal dan meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri.
q.      Tekanan perlunya pemantauan ketat tentang kondisi kesehatan kronis yang memerlukan obat oral ritun.
Rasional :
Pemantauan gejala klinis dan kadar darah serum diindikasikan karena perubahan absorpasi obat memerlukan penilaian dosis periodik.
r.        Identifikasi sumber – sumber komunitas, misalnya kelompok kolostomi (bila ada).
Rasional :
Dukungan kontinu setelah pulang penting untuk memudahkan proses pemulihan dan kemandirian pasien dalam perawatan. Perawat enterostoma dapat sangat membantu dalam mengatasi masalah alat, mengidentifikasi alternatif untuk memenuhi kebutuhan pasien individual.

H.    PELAKSANAAN KEPERAWATAN
1.      Pengertian
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik
2.      Tahapan pelaksanaan terdiri dari
a.       Persiapan
Kesiapan tersebut meliputi kegiatan – kegiatan
1)      Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan.
2)      Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan.
3)      Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul.
4)      Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
5)      Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan yang dilakukan.
6)      Mengidentifikasi aspek hukum dan etika terhadap resiko dari potensial tindakan
b.      Intervensi adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosial . tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung - jawab secara professional sebagaimana terdapat dalam standar praktek keperawatan meliputi :
1)      Independen
Tindakan keperawatan independent adalah suatu tindakan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya

2)      Interdependen
Interdependen tindakan keperawatan menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya : tenaga sosial, ahli gizi fisioterapi dan dokter
3)      Dependent
Tindakan dependent berhubungan dengan pelaksanaan rencana medis
c.       Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap kejadian dalam proses keperawatan.

I.       EVALUASI KEPERAWATAN
Hasil yang diharapkan ;
1.      Mempertahankan  eliminasi usus adekuat.
2.      Mengalami sedikit nyeri.
3.      Meningkatkan toleransi aktivitas
4.      Mencapai tingkat nutrisi optimal
a.       Makanan diet rendah residu, tinggi protein, dan tinggi kalori.
b.      Kram abdomen berkurang
5.      Keseimbangan cairan tercapai
a.       Membatasi asupan makanan dan cairan oral bila terjadi mual.
b.      Berkemih sedikitnya 1,5 liter / 24 jam.
6.      Mengalami penurunan ansietas.
a.       Mengungkapkan masalah dan rasa takut dengan bebas.
b.      Menggunakan tindakan koping untuk menghadapi stres.
7.      Memerlukan informasi tentang diagnosis, prosedur bedah, dan perawatan diri setelah pulang.
a.       Mendiskusikan diagnosa, prosedur bedah dan perawatan diri pasca operatif
b.      Mendemonstrasikan teknik perawatan colostomi
8.       Mempertahankan insisi tetap bersih, stoma dan luka perineal
a.       Secara bertahap meningkatkan partisipasi dalam perawatan stoma dan kulit periostomal.
9.      Mengungkapkan perasaan dan masalah tentang diri sendiri secara verbal.
10.  Tidak mengalami komplikasi ;
a.       Menggunakan antibiotik oral sesuai resep.
b.      Berkerja sama dalam protokol pembersihan  usus
c.       Tidak demam
d.      Bising usus ada
e.       Lingkar abdomen dalam batas normal atau menurun
f.       Tidak ada bukti perforasi atau pendarahan.


1 komentar:

  1. terimakasih buat artikelnya.. informasi yang sangat bermanfaat..

    http://tokoonlineobat.com/obat-penyakit-kanker-hati-alami/

    BalasHapus