TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Dasar
1.
Pengertian
Carsinoma Mammae
adalah suatu neoplasma ganas yang merupakan suatu pertumbuhan jaringan payudara
yang abnormal yang melebihi jaringan disekitarnya, tumbuh infiltratif dan
destruktif dan dapat bermetastase atau dengan kata lain carcinoma adalah tumor
ganas epitel grandular dari kelenjar mammae (Price S.A, 1995).
Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah
jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat
terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 di antara
1000. Pengobatan yang paling lazim adalah dengan pembedahan dan jika
perlu dilanjutkan dengan kemoterapi maupun
radiasi (www.id-wikipedia.com, diakses tanggal 2 September
2007)
Ketika
sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali,
inilah yang disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh. Kumpulan besar dari
jaringan yang tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi,
tidak semua tumor merupakan kanker karena sifatnya yang tidak menyebar atau
mengancam nyawa. Tumor ini disebut tumor jinak. Tumor yang dapat menyebar
ke seluruh tubuh atau menyerang jaringan sekitar disebut kanker atau tumor
ganas. Teorinya, setiap jenis jaringan pada payudara dapat membentuk kanker,
biasanya timbul pada saluran atau kelenjar susu (www.pitapink.com,
situs resmi Yayasan Kanker Payudara Jakarta, diakses tanggal 1 September 2007).
2.
Anatomi Fisiologi
Keterangan
1.
Jaringan kelenjar mammae
2.
Lemak belakang mammae
3. Selubung subcutan memisahkan mammae dari
kulit diatasnya.
4. Septa fibrosa ligamentum cooperi yang
memfiksasi mammae pada kulit diatasnya.
5.
Lapisan lemak dan M-Pectoralis
di bawah facia profunda.
Untuk
dapat mengenal perjalanan penyakit carcinoma mammae dengan baik dan memahami perawatannya yang
baik maka sangat penting mengetahui anatomi mammae sehubungan dengan
penyembuhan penyakit.
Mammae terletak pada hemitoraks kanan dan
kiri dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar
:
a.
Superior : iga II atau III
b.
Inferior : iga III atau VII
c. Medial :
pinggir sternum
d. Lateral : garis aksilaris anterior
2. Batas-batas mammae yang sesungguhnya :
a. Superior : hampir sampai klavikula
b. Inferior : garis tengah
c. Lateral : m.Latissimus dorsi
3. Struktur
mammae :
Mammae
terdiri dari berbagai struktur :
a.
Parenkim epitel
b. Lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran
getah bening
c.
Otot dan fascia
Parenkum
epitalia di bentuk oleh kurang lebih 15 – 20 lobus yang masing-masing mempunyai
saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya dan bermuara pada putting susu.
Tiap lobus-lobus di bentuk oleh tubulus. Tubulus yang masing-masing terdiri
dari 10 -100 asini group. Lobulus-lobulus
ini merupakan struktur masing-masing terdiri dari 10 – 100 asini group.
Lobulus-lobulus merupakan struktur daftar dari glandula mammae.
Mammae di bungkus oleh
fasiapektoralis superficial dimana permukaan dan posterior dihubungkan oleh
ligamentum cooper yang berfungsi sebagai penyangga .
3.
Etiologi
Sebenarnya
penyebab dari kanker mammae ini belum diketahui secara pasti. Namun dapat di
cacat pula bahwa penyebab itu sangat mempengaruhi satu sama lain (E.M.
Coppeland, 1991).
Ada
beberapa factor yang merangsang atau memudahkan timbulnya atau terjadinya
carcinoma mammae adalah :
a.
Faktor endogen :
1.
Hormon, diduga tidak adanya
keseimbangan estrogen sehingga dapat menyebabkan carcinoma mammae. Oleh sebab
itu carcinoma mammae lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
2.
Mendapat haid pertama kurang
dari umur 10 tahun
3.
Menopause setelah umur 50 tahun
4. Tidak pernah melahirkan anak serta tidak pernah
menyusui
5. Melahirkan anak pertama sesudah umur 35
tahun
6. Ibu dan saudara dari penderita carcinoma
mammae mempunyai kemungkinan yang lebih besar menderita carcinoma mammae.
7.
Obesitas pasca maunopause
8.
Pemakaian alkohol.
b.
Faktor eksogen :
1.
Disebabkan oleh tumor yang
terjadi karena trauma yang berulang-ulang iritasi yang berjalan kronis oleh
karena rangsangan oleh bahan-bahan kimiawi, zat pewarna, sinar radioaktif.
2.
Pernah mengalami operasi pada
payudara kelainan jinak atau tumor ganas mammae
4.
Insiden
Di Indonesia, carsinoma mammae pada wanita menduduki tempat nomor
dua setelah carcinoma serviks uterus. Di
Amerika Serikat carcinoma mammae merupakan 28 % kanker pada wanita kulit putih
dan 25 % pada wanita kulit hitam. Kurva insidens usia bergerak naik terus sejak
usia 30 tahun. Kanker ini dapat dimukan pada usia 45 – 66 tahun. Insidens
carcinoma mammae pada laki-laki hanya 1 % sedangkan pada wanita 80 % (Ramli,
1995).
Penyakit carcinoma,
khususnya carcinoma mammae dapat ditemukan baik pada wanita maupun laki-laki,
frekuensi bertambah terutama pada usia 30 – 35 tahun dan meningkat pada umur 30
– 50 tahun (www.kingfoto.com.
akses tanggal 29 Agustus 2006)
Kanker payudara merupakan penyebab
kematian nomor 2 untuk perempuan di Indonesia (www.pitapink.com
situs resmi Yayasan Kanker Payudara Jakarta , diakses tanggal 1 September
2007).
5.
Patofisiologi
Carsinoma mammae biasanya timbul dari
sel-sel yang berasal dari jaringan lobular, kanker ini dapat bersifat invasive
(infiltrate) maupun noninfasif (in situ). Lebih jauh lagi kejadian kanker yang
paling sering kejadiannya pada mammae adalah carcinoma ductul invasive di ikuti
oleh lobular carsinoma infasif, carcinoma (in situ) memiliki insiden terkecil
(Syamsuddin dan De Jong, 1997).
Di dalam
ilmu kedokteran terdapat dua macam tumor, antara lain
1.
Tumor jinak :
Tumor jinak tidak membahayakan
jiwa manusia, kecuali jika tumor tersebut menekan alat-alat vital.
2.
Tumor ganas :
Yang di sebut kanker, ada dua macam tumor
ganas :
a. Carsinoma ini berasal dari sel epitel dan
kulit atau selaput lender.
b. Carsinoma berasal dari jaringan ikat.
Cara pertumbuhan kanker :
Rudolf
Virchow, (jerman), adalah
seorang yang pertama kali menggunakan dasar penyakit adalah sel kanker tumbuh
secara ganas.
1. Kanker tumbuh dari satu atau beberapa sel
dalam badan yang sebabnya belum diketahui dan mengalami perubahan yang tidak
normal. Kanker tumbuh secara lambat atau cepat dan masing-masing anak sel itu
tumbuh menjadi sel kanker pula, sehingga lama kelamaan menjadi besar dan
membentuk suatu benjelon yang disebut tumor.
2. Sesudah beberapa waktu sel kanker tumbuh
kea rah permukaan atau jaringan sekitarnya, ini dikenal dengan sifat infiltrasi
atau infasi. Untuk sementara waktu sel kanker berada disekitar sel asal
penyakit masih terbatas local, ini di sebut stadium T. Stadium ini adalajh
stadium permukaan dan masih di operasi atau diradiasi.
3.
Stadium
lanjut, beberapa sel kanker melepaskan diri oleh pembuluh limfe atau pembuluh
darah kebagian yang lain di badan. Proses “metaphase” ini dalam keadaan masih
punya alat untuk melindungi diri kemudian ditangkap oleh kelenjar limfe akan
tumbuh kanker baru dan menjadi besar kadang-kadang dapat diraba dari luar. Stadium ini disebut pertumbuhan kanker regoanal disebut stadium “
N”.
4. Jika kanker dibiarkan dan tidak diobati,
sel-sel kanker akan menyebar kebagian-bagian lain disebut metastase jauh atan
stadium “M” .
Klasifikasi penyebaran TNM.
T
Tx =
Tumor Primer tidak dapat ditentukan
TIS =Karsinoma
insitu dan penyakit paget pada papila tanpa teraba tumor
TO =
Tidak ada bukti adanya tumor primer
T1 =
Tumor < 2 cm
T2 =
Tumor 2 – 5 cm
T3 =
Tumor > 5 cm
T4 = Tumor dengan penyebaran
langsung ke dinding thorax atau ke kulit dengan tanda udem, luka, peau, atau d’orange
N
NX =
Kelenjar regional tidak dapat ditentukan
ND =
Tidak teraba kelenjar aksila
N1 =
Teraba kelenjar aksila homolateral yang satu sama
lain atau melekat pada jaringan
sekitarnya.
N2 =
Teraba kelenjar aksila yang satu sama lain atau melekat
pada jaringan
sekitarnya.
N3 = Terdapat
kelenjar mammavia interna
homolateral
M
MX =
Tidak dapat ditemukan metastase jauh
Mo =
Tidak ada metastase jauh
M1 =
Terdapat metastase jauh termasuk kekelenjar
suptara
klavikuler .
6.
Manifestasi Klinik
a.
Risiko tinggi :
1.
Carsinoma dapat ditemukan
metastase jauh
2.
Bekas kanker payudara
3. Tidak ada anak atau anak pertama tertunda
b.
Risiko dini : benjolan tunggal tanpa nyeri yang agak
keras batas kurang jelas.
c.
Tanda lama :
1.
Retraksi kulit atau ariola
2.
Retraksi atau inverse puting
3.
Kelenjar aksila dapat diraba
4.
Pengecilan mammae
5.
Pembesaran mammae
6.
Edema kulit
7.
Fiksasi pada kulit atau dinding
thoraks
d.
Tanda akhir : Tukak, kelenjar
supraklavikula di raba, edema lengan, metastase tulang, paru, atau tempat lain
Terdapat penilaian bahwa 90 % dari seluruh benjolan pada
mammae dapat di deteksi oleh klien. Gejala klinis/ciri-ciri carcinoma mammae
yang infiltrate :
1. Adanya massa yang payudara tanpa gejala
atau dengan gejala yang sangat sedikit.
2.
Lesi pada kuadran atas lateral,
tumbuh progresif keseluruh arah.
3.
Retraksi kulit.
4. Tidak dapat digerakkan dari dasar akibat
perlengketan pada fasia dinding thorax.
5.
Retraksi putting susu, keluar
lender dari putting susu.
6. Metastase, kelenjar regional atau tumbuh
yang jauh.
7.
Keadaan umum klien lemah
8. Penyebarannya yang melalui saluran limfe
dan pembuluh darah
Gejala dan tanda penyakit
mammae :
1.
Nyeri :
a. Berubah dengan daur, penyebab fisiologi
seperti saat mentruasi
b. Tidak tergantung daur menstruasi, tumor
jinak, tumor ganas, infeksi
c.
Kenyal, kelainan fibrokistin
d.
Lunak, lipoma
2.
Perubahan kulit :
a.
Bercawam, sangat mencurigakan
karsinoma
b.
Benjolan
kelihatan, kista, karsinoma, fibroadenoma besar
c.
Kulit
jeruk, khas benjolan adalah kanker (tanda khas)
d.
Kemerahan, infeksi (jika panas)
e.
Tukak, kanker lama (terutama
orang tua)
3.
Kelainan putting :
a.
Retraksi, fibrosis karena
kanker
b.
Infeksi
baru, retraksi fibrosis karena kanker
c.
Eksema, pelebaran duktus (ciri
khas penyakit kanker)
d.
Keluarnya cairan berwarna
hijau, pelebaran duktus dan kelainan fibrokistik
e.
Hemoragin, karsinoma
7.
Tes Diagnostik
a.
Mammografi
Pengujian
mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini. Memperlihatkan
struktur internal mammae, dapat untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau
tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang
bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
b.
Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas
yang berasal; dari mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai
titik panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang
lebih tinggi.
c.
Xerodiography
Memberikan
dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-pembuluh darah dan
jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
d.
Ultrasonography
Untuk mndeteksi luka-luka pada
daerah padat pada mammae ultrasonography berguna untuk menentukan adanya kista,
kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
e.
Aspirasi
Pengaliran
kista dan untuk mendapat preparat dan sediaan pemeriksaan sitologik.
f.
Biopsi
Untuk
menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara
pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna
klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
8.
Penatalaksanaan Medik
Pilihan pengobatan untuk kanker payudara
tergantung pada tipe, ukuran dan lokasi tumor, juga karakteristik klinis.
Terapi dapat termasuk intervensi bedah tanpa radiasi, kemoterapi dan terapi
hormone. Penggunaan trasnplantasi sumsum tulang masih dalam penelitian.
1.
Pembedahan
Tipe pembedahan secara
umum dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu mastektomi radikal,
inextektomi total dan prosedur lebih terbatas. Contoh: segmental., lumpektomi.
Mastektomi adalah pengangkatan seluruh atau sebagian payudara disebabkan oleh
kanker payudara stadium I dan II.
Mastektomi total mengangkat semua jaringan payudara tetapi modifikasi
mengangkat seluruh payudara atau seluruh nodus, kadang-kadang otot-otot,
pektoralis minor dan mayor, limfe, ketiak. Lumpektomi dianggap tumor non
metastatik bila kurang dari 5 cm ukurannya tidak melibatkan putting.
2.
Radiasi
a. Terapi eksternal
beam, melakukan kira-kira selama 5 minggu. Wanita
mengalami masa perpanjangan kelelahan dan depresi oleh kanker
katabolisme dan hilangnya jaringan.
b.
Terapi
interstitial, jarum iridium ditanamkan ke dalam payudara klien dan di bawah
pengawasan anestesi umum.
3. Pengobatan kemoterapi,
pemberian kemoterapi direncanakan berdasarkan hasil pengamatan terhadap
pembedahan-pembedahan dalam reaksi sel kanker dan normal terhadap obat
sistotik. Kemotherapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada
penyebaran secara sistemik dan juga dipakai sebagai terapi ajuvan.
Kemotherapi
ajuvan diberikan kepada pasien yang pada umumnya yang ditemukan ada metastasis
di beberapa kelenjar pada pemeriksaan hispatologi pasca bedah mastektomi.
Tujuannya adalah menghancurkan mikrometastis di dalam tubuh yang biasanya
terdapat pada klien yang kelenjar aksilanya sudah mengandung metastase, obat
yang diberikan kombinasi giklofamid, metotreksa dan fluorourasil selama enam
bulan pada wanita premanapouse sedangkan pada pascamenopouse diberikan terapi
ajura hormonal berupa pada antiestrogen.
Terapi hormonal adalah bila penyakit
telah sistemik berupa metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan
secara paliatif sebelum kemotherapinya karena efek lebih lama dan efek
sampingnya kurang, tetapi tidak semua kanker peka terhadap terapi hormonal.
B. PROSES KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Aktivitas/istirahat.
Gejala : aktivitas yang
melibatkan banyak gerakan
tangan/pengulangan pola tidur.
Makanan/cairan.
Gejala
: nyeri pada sekitar luka
Integritas ego
Gejala : stressor konstan dalam pekerjaan, takut
tentang diagnosa, harapan yang
datang
Keamanan
Gejala : :
massa nodul aksila, edema, eritema pda kulit
sekitarnya.
Seksualitas
Gejala
: masalah seksual misalnya dampak pada
hubungan,
perubahan pada tingkat kepuasan,
multigravida lebih besar dari usia 30
tahun.
2. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalahh
pernyataan atau kesimpulan yang di ambil dari pengkajian tentang status
kesehatan klien. Diagnosa keperawatan adalah diagnosa yang dirumuskan oleh
perawat professional, menggambarkan status atau masalah kesehatan yang
dirasakan oleh klien. Dari gejala yang timbul maka masalah keperawatan yang
dapat muncul adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan penekanan saraf
perifer
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan
perubahan status kesehatan
c.
Aktivitas intolerance
berhubungan dengan kelemahan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.
e. Defisit selfcare, kebersihan, berpakaian,
makan/minum, eliminasi berhubungan dengan kelemahan fisik
f.
Risiko infeksi berhubungan dengan adanya
luka
g. Cemas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
h. Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan pengangkatan bedah kulit
i.
Konstipasi berhubungan dengan tirah baring
yang lama
j.
Gangguan pola istirahat tidur berhubungan
dengan nyeri
3. Perencanaan/Intervensi
1.
NDx :
Nyeri berhubungan dengan penekanan saraf perifer, trauma jaringan, pembentukan
edema
Tujuan :
Klien akan melaporkan nyeri
berkurang/teratasi dengan criteria :
a)
Klien mengatakan nyeri hilang
b)
Ekspresi wajah ceria
c)
Vital sign dalam keadsaan
normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji
keluhan klien, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (0 – 10). Dan perhatikan reaksi verbal dan non verbal yang tunjukkan.
2.
Monitor tanda-tanda vital.
3.
Atur posisi yang
menyenangkan.
4.
Pemberian obat analgetik.
|
1.
Membantu dalam mengidentifikasi
derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgetik, karena pengangkatan
jaringan, otot dan system limfe dapat mempengaruhi nyeri yang alami.
2.
Perubaha tanda-tanda vital
dapat diakibatkan oleh rasa nyeri dan merupakan indicator untuk menilai keadaan
perkembangan penyakit.
3.
Perubahan
posisi dapat mengurangi stimulasi nyeri akibat penekanan.
4.
Analgetik
berfungsi menghambat rangsangan nyeri dari saraf perifer sehingga nyeri tidak
dipresepsikan.
|
2. NDx : Gangguan konsep diri berhubungan
dengan biofisika, prosedur bedah yang
mengubah gambaran tubuh.
Tujuan
Klien akan menunjukkan konsep diri yang adekuat dengan criteria :
a)
Penerimaan diri dalam situasi
kritis
b) Pengenalan dan tidak mengaktifkan harga
diri
c) Menyusun tujuan yang realistis dan secara
aktif berpartisipasi dalam program terapi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Dorong
untuk mengungkapkan pertanyaan tentang situasi saat ini dan harapan yang akan
datang. Berikan dukungan emosional .
2.
Dorong klien untuk mengekspresi-kan
perasaan, misalnya marah, bermusuhan dan duka.
3.
Kaji ulang kemungkinan untuk
dibedah rekonstruksi atau pemakaian prostektif.
4.
Berikan prostesis bila
diindikasikan
|
1.
Kehilangan payudara
menyebabkan reaksi, termasuk perasaan perubahan gambaran diri, takut reaksi
pasangan hidup terhadap perubahan tubuhnya.
2.
Kehilangan bagian tubuh
membu-tuhkan penerimaan, sehingga klien dapat membuat rencana masa depan.
3.
Rekonstruktif
memberikan sedikit penampilan tidak lengkap atau mendekati normal
4.
Prostesis
milon dan dakron dapat dipakai pada pra sampai insisi sembuh, bila bedah
rekonstruksi tidak dilakukan pada waktu mastektomi sehingga meningkatkan
penerimaan diri.
|
3. NDx : Aktivitas intolerance berhubungan
dengan kelemahan fisik.
Tujuan :
Klien akan
menunjukkan aktivitas intolerance yang adekuat, dengan kriteria :
a)
Klien mampu beraktivitas
sendiri
b) Klien tidak mengeluh sakit pada saat beraktivitas
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji derajat imobilitas klien
2.
Bantu
klien dalam pergerakan pasif. kehangat distal pada fraktur.
3.
Rubah posisi klien setiap 4
jam
4.
Membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari..
|
1.
Derajat
imobilisasi merupakan pedoman untuk menentukan intervensi.
2.
Membantu
dalam pergerakan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kekakuan otot.
3.
Mengubahan
posisi dapat memper-lancar sirkulasi darah keseluiruh tubuh sehingga tidak
terjadi kekakuan otot dan kerusakan kulit..
4.
Kebutuhan klien dapat
terpenuhi sehingga klien merasa diperhatikan.
|
4.
NDx :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
Tujuan :
Klien akan menunjukkan tidak
adanya tanda-tanda ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kriteria
:
a)
Nafsu makan baik
b)
Porsi makan dihabiskan
c) Berat badan normal, sesuai dengan tinggi
badan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji nafsu makan.klien.
2.
Kaji
hal-hal yang menyebabkan klien malas makan
3.
Anjurkan klien untuk makan
porsi sedikit tapi sering.
4.
Anjurkan
dan ajarkan melakukan kebersihan mulut sebelum makan.
5.
Kolaborasi
dengan tim gizi dalam pemberian TKTP.
|
1.
Mengetahui sejahmana
terjadinya perubahan pola makan dan sebagai bahan untuk melaksanakan
intervensi.
2.
Mendeteksi
secara diri dan tepat agar mencari intervensi yang cepat dan tepat untuk
penanggulangannya.
3.
Porsi
yang sedikit tapi sering membantu menjaga pemasukan dan rangsangan
mual/muntah.
4.
Menimbulkan
rasa segar, mengurangi rasa tidak nyaman, sehingga berefek meningkatkan nafsu
makan.
5.
Makanan
Tinggi Kalori Tinggi Protein dapat mengganti kalori, protein, dan cairan yang hilang dalam tubuh
dan mengganti sel-sel, jaringan yang rusak serta dapat meningkatkan nafsu
makan .
|
5.
NDx : Devisit self care
berhubungan dengan kelemahan fisik. .
Tujuan:
Klien akan
menunjukkan perawatan diri yang adekuat, dengan criteria :
a)
Klien merasa nyaman
b)
Kulit, rambut bersih
c)
Kuku pendek dan bersih.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji kemampuan rawat diri
klien
2.
Mandikan klien (lap Basah)
3.
Potong kuku klien
4.
Ganti alat tenun klien
5.
Beri HE tentang pentingnya
kebersihan diri.
|
1.
Sebagai indicator tindakan
perawatan selanjutnya
2.
Memenuhi
kebuituhan hygiene klien dan memberikan rasa nyaman dan segar.
3.
Menghindari kemungkinan
terjadinya infeksi pada kulit.
4.
Alat tenun yang bersih dan
rapi memberikan kenyamanan.
5.
Mendorong klien untuk
memenuhi kebutuhan kebersihan.
|
6. NDx : Risiko infeksi berhubungan dengan
luka
Tujuan : Klien akan menunjuukkan tidak adanya tanda-tanda infeksi dengan kriteria: tidak ada panas, tidak ada edema, tidak ada rasa sakit, tidak ada
kemerahan, Leucosit dalam keadaan normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji tanda-tanda infeksi
2.
Ganti
balutan dengan mempertahan-kan teknik aseptik dan septik
3.
Anjurkan
klien agar tidak menyentuh area luka .
4.
Pemberian antibiotik
|
1.
Infeksi
yang hebat dapat meng-ham-bat proses penyembuhan penyakit.
2.
Menghindari perpindahan kuman dan menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan..
3.
Meminimalkan kesempatan
infeksi dan kontaminasi
4.
Antibiotik
dapat membunuh bakteri sehingga mempercepat pertumbuhan jaringan dan
menghambat terjadinya infeksi.
|
7. NDx : Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan: klien akan mengatakan saya tidak cemas dengan kriteria
:
a)
Klien tidak bertanya tentang
penyakitnya
b)
Daerah akral tidak dingin
c)
Tanda-tanda vitak normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji tingkat kcemasan.
2.
Beri
informasi yang benar tentang penyakitnya.
3.
Dengarkan keluhan klien.
|
1.
Mengetahui sejauhmana tingkat
kecemasan yang dirasakan sehingga memudahkan dalam melakukan tindakan yang
sesuai.
2.
Klien memahami dan mengerti
tentang keadaan penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam perawatan dan
pengobatan.
3.
Klien
merasa diperhatikan sehingga klien merasa aman dan tenang .
|
8. NDx : Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit
Tujuan: Klien akan menunjukkan tidak adanya tanda-tanda
kerusakan integritas kulit, dengan kriteria:
a.)
Meningkatkan waktu penyembuhan
luka
b.) Menunjukkan perilaku/teknik untuk
meningkatkan penyembuhan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji balutan/karakteristik.
2. Rubah posisi ke posisi semi fowler
3.
Dorongan untuk menggunakan
pakaian yang tidak sempit.
|
1.
Penggunaan
balutan tergantung luas pembedahan
dan tipe penutupannya.
2.
Meningkatkan
risiko kontriksi, infeksi dan limpedema pada sisi yang sakit.
3.
Mengurangi
tekanan pada jaringan yang tertekan sehingga memungkinan memperbaiki
sirkulasi
|
9. NDx : Konstipasi berhubungan dengan tirah
baring yang lama
Tujuan : Klien
akan mengatakan saya tidak kontipasi dengan kriteria :
a)
Peristaltik usus meningkat
b)
Buang air besar lancar
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji kebiasaan buang air
besar
2.
Anjurkan klien minum banyak.
3.
Anjurkan makan makanan
berserat
4.
Anjurkan
klien melakukan mobilisasi ringan.
5.
Beri obat laktasif.
|
1.
Untuk mengetahui pola buang
air besar sehingga mudah dalam memberikan tindakan yang sesuai.
2.
Untuk mengimbangi peningkatan
absorpsi air dimukosa usus sehingga faeces lunak.
3.
Makanan
berserat meningkatkan reabsorpsi usus untuk merangsang usus meningkat.
4.
Mobilisasi
ringan dapat merangsang mobilitas usus sehingga peristalti usus meningkat.
5.
Obat
laktasif kerjanya dapat merangsang defekasi.
|
10. NDx : Gangguan pola tidur berhubungan
dengan nyeri.
Tujuan:
Klien akan m,elaporkan kebutuhan istirahat tidur
terpenuhi dengan criteria :
d)
Klien tidak sering terbangun
e)
Klien tidak susah tidur
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji pola tidur klien
2.
Beri posisi yang menyenangkan
waktu klien akan tidur.
3.
Ciptakan suasana tenang pada
waktu klien tidur
4.
Beri HE tentang pentingnya
istirhat yang cukup.
5.
Beri obat diazefam.
|
1.
Untuk mengetahui cukup
tidaknya waktu istirahat dalam 24 jam
2. Dapat mengurangi rangsangan pada
hipotalamus sebagai pusat kesadaran.
3. Suasana yang tenang dapat membantu klien
untuk memulai tidur.
4. Klien dapat mengerti dan mau
melakukannnya sehingga mempercepat penyembuhan.
5. Diazepam berfungsi merelaksasikan otopt
sehingga klien dapat tenang dan mudah untuk tidur.
|
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar