Selasa, 02 September 2014

OTITIS MEDIA, AKUT DAN KRONIK


OTITIS MEDIA, AKUT DAN KRONIK

Otitis media adalah inflamasi dan infeksi telinga tengah akibat disfunsional tuba eustachius. Pada otitis media supuratif, infeksi biasa terjadi Karena bakteri, yaitu oleh streptococcus pneumonia, haemophilus influenza, branhamela katarhelis, dan stpilococcus aureus. Pada otitis media serosa (bersekret), tidak terjadi infeksi prulen, tetapi sumbatan tuba eustachius menyebabkan teknan negative dan cairn transudat dari pembuluh darah dan pembentukan efusi di telinga tengah. Penyakit sekresi kronik ini dapat berkembang menjadi tuli konduktif.
Otitis media akut, dengan awitan tanda dan gejala yang cepat, adalah masalah utama pada anak-anak tetapi data terjadi pada semua usia. Jika tidak berhasil diobati, atau jika organisme penyebabnya resisten terhadap obat, maka penyakit ini dapat berkembang menjadi otitis media kronik dan kemungkinan mastoiditis, dimana akumulasi pus di bawah tekanan rongga telinga tengah menyebabkan nekrosis jaringan dan perluasan infeksi ke dalam sel – sel mastoid.

  1. Otitis media akut

1.      Pengertian

Otitis media akut adalah nfeksi akut telinga tengah. Penyebab utama otitis media akut masuknya bakeri patogenik ke dalam telinga tengah dan normalnya steril. Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah streptococcus pneumoniae, hemophilus influenza dan moraxella catarralis. cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada perporasi membrane timpani.



       
2.      Manifestasi klinik

Gejala otitis media dapat bervariasi menurut bertnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa, dan mungkin terdapat otalgia. Nyeri akan hilang secara spontan bila terjadi perporasi spontan membrane timpani atau setelah dilakukan miringotomi ( insisi membrane timpani ). Gejala lain dapat berupa keluarnya cairan dari telinga, demam, kehilangan pendengaran, dan tinitus. pada  pemeriksaan otoskopis, kanalis auditorius eksternus sering tampak normal, dan tak terjadi nyeri bila aurikula di gerakan. Membrane timpani tampak memerah dan menggelembung.

3.      Penatalaksanaan

Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektivitas, misalnya dosis antibiotika oral yang diresapkan dan durasi terapi, virulensi bakteri, dan status fisik pasien dengan terapi antibiotic spectrum luas dan tepat dan awal, otitis media dapat hilang tanpa gejala sisa yang serius. Bila terjadi pengeluaran cairan biasanya perlu di resapkan preparat optic antibiotic.

4.      Miringotomi (timpanitomi)

Insisi pada membrane timpani dikenal sebagai miringotomi atau timpanotomi. Membaran timpani dianastasi mengunakan anastasi local sepeti fenol atau menggunakan iontoforesis. Pada iontoforesis suatu harus elektris menggalir melelui larutan lidokain-epinefrin untuk membuat liang telinga dan membrane timpani kebas.





  1. Otitis Media Kronik

1.      Pengertian

Otitis media kronik adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan ireversibel dan biasanya disebebkan karena episode berulang otitis media akut. Infeksi kronik telinga tengah tahannya mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mestoit. Sebelum penemuan anti biotic infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa. Kebanyakan kasus mastoiditis akut ditemukan pada pasien yang tidak mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang tak ditngani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan bebrapa ahli infeksi kronik ini dapat mengakibatkan pembentukan kolesteotoma, yang merupakan pertumbuhan kulit kedalam efitel skuamosa dri lapisan luar membrane timpni ketelinga tengah.

2.      Manisfestasi klinis

Gejala dapat menimal dengan berbagai derajat kehilangan pendenggaran den terdapat otoreal intermiten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post-aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edama. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terliah sebagai masa putih dibelakang membra tepani atau ke luar ke  kanalis eksternus melalui ruang peporasi. Kolesteatoma dapat jaga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi.hasil oudiometri pada kasus kolesteatomasering memperlihatkan kehilangan pendenggaran kondoktif atau campuran.




3.      Penatalaksanaan

Penanaganan local meliputi pembersihan hati-hati telingga mengunakan mikroskop dan alat pengisap. Pemberian tetes antibiotic atau pemberian bubuk antibiotic sering membantu bila ada cairan purulen. Antibiotic sistemik biasanya tidak doresepkan kecuali pada kasus infeksi akut.
Timpanoplasti pembedahan dapat dilakukan bila dengan penaganan obat tidak efektif yang paling sering adalah timpanoplasti-rekontruksi bedah membrane timpani dan oksiklus. Tujuan Timpanoplasti adalah mengembalikan fungsi telingga tengah, menutup lubang perforasi telingga tengah, mencegah ifeksi berulang, dan memperbaiki pendengaran.
Ada lima tipe timpanoplasti, prosedur bedah yang paling sederhana : tipe 1 miringoplasti, dirancang utuk menutup lubang perforasi pada membrane timpani. Tipe 2-5 , meliputi perbaikan yang lebih intensif struktur telinga tengah. Struktur dan derajat keteliatannya bis berbeda, namun bagiian semua prosedur timpanoplasti meliputi pengembalian kotinuitas mekanisme koduksi suara.  Timpanoplasti dilakukan melalui kanalis auditorius ekternus, baik secara transkanal atau melalui insisi post-aurikuler. Isi telinga tengah di inpeksi secara teliti, dan hubungan antara orsikulus   dievaluasi. Terputusnya rantai oksikulus adalah yang paling sering pada otitis media, namun masalah rekonstruksi juga akan muncul dengan adanya malpormasi telunga tengah dan dislokasi osikuler akibat citra kepala.
Mastoidektomi, tujuan pembedahan mastoid adlah untuk menganakat kolesteatoma, mencapai struktur yang sakit, dan mencitakan telinga yang aman, kering, dan sehat. Bila mungkin oksikulus direkotruksi selama prosedur pembadahan awal. Namun , kadang beratnya penyakit mengharuskan hal ini dilakukan sebagai bagian operasi kedua yang terencana.




Mastidektomi biasanya dilakuka melalui insisi post-aurikuler, dan inpeksi dihlangkan dengan mengambil secar sempurna sel udara mastoid. Nervus fasialis berjalan melalui telinga tengah dan mastoid dan dapat mengalami bahaya selama pembedahan mastoid, meskipun jarang mengalami citra. Begitu pasien bangun daru pembiusan, harus diperhatikan setiap tanda paresis fasialis yang harus segera dilaporkn ke dokter.

PROSES KEPERAWATAN PASIEN YANG MENJALANI PEMBEDAHAN MASTOID

1.      PENKAJIAN

Riwayat kesehatan meliputi pengambaran lengkaap masalah telinga, termasuk infeksi, otalgia, kehilangan pendengaran. Data dikumpul mengenai durasi dan intensitas masalah, penyebab, dan penaganan sebelumnya, informassi perlu diperoleh mengena masalah  kesehatn lain dan semua obat yang diminum pasien. Selain itu, pertanyaan mengenai alergi obat dan riwayat keluarga penyakit telinga harus ditanyakan.
Pengkajian fisik meliputi obserpasi adanya eritema, edema, otorea, lesi, dan bau cairan yang keluar. Hasil audiogram harus dikaji.

2.      Diagnose keperawatan

Berdasarkan pengkajian, diagnose keperawatan utama meliputi :
a)      Ansietas yang berhubungan dengan prosedur pambedahan, potensial kehilangan pendengaran, potensial gangguan pengecap,dan  potensial kehilangan gerakan fasial.



b)      Nyeri akut yang berhubungan dengan pembedahan mastoid
c)      Resiko terhadap infeksi yang berhubungan engan mastoidektomi, pemasangan graft, protesis, dan elektroda, trauma bedah terhadap jaringa dan sturktur disekitarnya
d)     Perubahan persepsi sensoris auditoris yang berhubungan dengan kelainan telinga/ pembedaha telinga/ penyumpalan elinga
e)      Resiko terhadap trauma yang berhubungan dengan kesulitan keseimbangan atau ertigo selama periode pascaoperasi  segera
f)       Perubahan persepsi sensoris yang berhubungan dengan potensial kerusakan nervus fasialis ( nervus kranialis VII ) dan saraf korda timpani
g)      Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan pembedahan telinga, insisi, dan tempat graft
h)      Kurang pegetahuan mengenai penyakit mastoid, prosedur bedah, dan asuhan pascaoperasi dan harapan

3.      Perencanaan dan implementasi

Sasaran utama perawatan pasien yang menjalani mastoidektomi meliputi meredakan ansietas, bebes dari rasa tak nyaman; pencegahan infeksi; stabilisasi, atau perbaikan pendengaran ; tidak ada citdera atau vartigo; tidak ada, atau menyesuaikan terhadap gangguan persepsi sensoris; perbaikan integritas kulit; dan pengetahuan mengenai proses penyakit, prosedur pembedahan dan perawatan pascaoperasi.







4.      Intervensi keperawatan

a)      Meredakan ansietas
Perwat memperkuat inpormasi yang telah didiksikan oleh ahli otology dengan pasien, termasuk anastesi, lokasi ensisi (post-aurikuler) dan hasil pembedahan yang di harapkan (pendegaran, keseimbangan, pengecap, gerakan pasial). Pasien didorong untuk mendeskisikan setiap asietas dan keperihatian mengenai pembedahan.
b)      Peredaan nyeri
Kebanyakanpasien tidak mengeluhakibat insisi setelh pembedahan mastoid namun mengalami ketidaknyamanan dalam telinga. Sebaik nya pasien meminum analgetik yang direpkan selama 24 jam pascaoprasi dan kemudia bila di perlukan saja. Pasien di ajarkan tentang cara pengunaan dan epeksamping obat. Pasien biasa nya mengalami rasa penuh atau tekanan setelah pembedaha akibat sisa darah atau cairan dalam telinga tengah. Mungkin di lakukan tipanoplasti pada saat dilakukan mastoidektomi. Sebua sumbu atau semacam tampon kanalis auditorius eksternus, di pasang setelah timpanopelsti untuk menstabilkan membran timapani. Pasien mungki mengalami nyeri tajam, menusuk inter mienten didalam telinga selama 2-3 minggu pascaoperasi ketika tuba eutacahii membuka dan memungkikan udara memasuki telinga tengah.
c)      Pecegahan infeksi
Upaya harus segera di mulai untuk infeksi dalam telinga yang diopersi. Sumbu atau tampun kanalis audetorius eksternis harus direndam dulu dalam  larutan antibitik sebelum dipasang. Antibiotic profilaksis diberikan sesuai resep, dan pasien di intruksiskan untuk mencegah air memasuki kanalis audetorius eksternis selama 2 minggu.
d)     Memperbaiki komunikasi
Pendengaran pada telinga yang dioperasi dapat menurun selama beberapa minggu akibat edema, pengumpulan darah dan cairan jaringan di telina tengah, dan balutan. Maka harus dilakukan upaya untuk memperbaiki komunikasi, seperti mengurangi kegaduhan lingkungan, memendang pasien ketika berbicara, berbicara jelas dan tegas tanpa berteriak. Memberikan pencahayaan yang memadai bila pasien bergantung pada membaca gerakan bibir, dan mengunakan tanda nonverbal (ekspres wajah, menunjuk, sikap tubuh) dan membentuk kominikasi.
e)      Memcegah cedera
Vertigo bisa terjadi sesudah pembedahan mastoid bila kanalis semisirkularis atau daerah lain telinga dalam dimanipulasi. Gejala ini relative jarang setelah pembedahan telinga jenis ini dan biasanya sementara. Obat antimetika dan antivertigo (antihistaminika) dapat diresepkan, bila terjadi gangguan keseimbangan atau vertigo. Perawat harus memantau pasien mengenai adanya efek obat untuk melihat apakah hasil yang diinginkan telah tercapai atau bial terjadi efek yang tak diharapkan.
f)       Mencegah gangguan persepsi sensoris
Cedera nervus pasialis merupakan komplikasi potensial pembedahan mastoid meskipun jarang. Pasien harus diintruksi untuk segara melaporkan bial ada tanda kelemahan nervus fasialis (nervus cranial VII), seperti mulut menyong atau wajah keah sisi yang diopersi.









g)      Penyembuhan luka
Kepala tempat tidur biasanya ditinggikan, atau pasien diminta tidur dengan 2 bantal selama beberapa hari pascaopersi untuk mencegah edema dan nenperbaiki pengalirantas. Pasien diberitahu untuk menhindari menggangka berat, mengejan, dan meniup hidung selama 2-3 minggu setelah pembedahan untuk mencegah lepasnya grart membrane timpani atau prostesi osikulus. Selama itu pasien harus menghindari meletakan kepala pada posisi tergantung, seperti membungkuk pada pinggang. Aktivitas tersebut akan meningkatkan takanan intracranial.
h)      Meningkatkan pengetahuan
Informasimengenai pembedahan dan lingkungan ruang operasi penting diketahui pasien sebelum pembedahan. Mendiskusikan harapan pascaopersi dapat membantu mengurangi esietas mengenai hal-hal yang tak diketahui. Interuksi pascaopersi untuk pembedahan mastoid berbeda diantara masing-masing  ahli baedah, maka perawat perlu memahami kesulitan ahli bedah ketika memberi pengajaran kepada pasien.

5.      Evaluasi

Hasil yan diharapkan
1.      Asietas terhadap prosedur pembedahan berkurang
a.       Mengungkapkan dan memperlihatka pengurangan setres, ketegangan dan peka rangsang
b.      Memberi tahu perawat bahwa ia dapa menerima hasil pembedahan dan menyesuiakan kemungkian gangguan pembedahan
2.      Bebas dari rasa tak nyaman atau nyeri
a.       Tidak memperlihatkan tanda mengeringyitkan wajah, mengeluh atau menangis
b.      Meminum analgetik bila diperlukan


3.      Tidak ada tanda atau gejala infeksi
a.       Tanda vital normal termasuk suhu
b.      Tak mengeluarkan cairan purulen dari kanalis auditorius eksternus
c.       Mengambarkan cara menghindarkan air mengkontaminasi balutan
4.      Pendegaran stabil atau membaik
a.       Menrangkan sasaran pembedahan terhadap pendengaran dan bila sasaran telah tercapai
b.      Mengungkapakn bahwa suara yang tak dapat terdengar sebelum opersi dapat didengar pada pascaopersi
5.      Menunjukan tidak ada cedera atau trauma akibait vertigo
a.       Melaporkan bahwa tidak menderita vertigo atau gangguan kesimbangan
b.      Tidak mengalami cedera atau jatuh
c.       Menyesuaikan lingkungan untuk menghindari jatuh (lampu malam, tak ada pendakian atau tangga)
6.      Tidak mengalami atau telah menyesuiakan terhadap perubahan persepsi sensoris
a.       Tidak ada gangguan pengecap, mulut kering atau lumpuh wajah
7.      Memperlihatkan intergritas kulit yang baik
a.       Menyususun cara yang dapat mencegah terlepasnya graft atau prosthesis
b.      Menggungkapkan kembali pembatasan aktivitas dan mandi, menggangkat berat dan berpergian dengan pesawat terbang








8.      Memamhami (dibuktikan dengan percakapan) alasan dan metode perawatan atau tindakan
a.       Berbagi pengetahuan dengan keluarga mebgenai protocol penanganan
b.      Menerangkan penanganan dan erangka waktu mengenai fase pemulihan
c.       Mendiskusikan rencana pemulangan yang telah disusun bersama perawat sesuai periode istirahat, obat, dan aktivitas yang diperbolehkan dan dibatasi.
d.      Menyembuhkan gejala yang harus dilaporkan kepada personil perawat kesehatan
e.       Mematuhi perjanjian kunjugan tindak lanjut.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar