Kepemimpian
keperawatan
Sebagai
pemimpin diprofesi, selai membantu meningkatkan kesehatan klien, perawat juga
mampu meningkatkan kemampuan dilingkungan kerja perawat secara professional.
Kerana pengetahuan dan
keterampilan khusus mereka masih memungkinkan untuk dikembangkan dan juga
kepemimpinan dikomunitas, sosial dalam masyarakat sebagai satu kesatuan.
Menurut
Harsey, Blanchard dan Johson (1999)
adalah proses memperaruhi aktivitas
individu atau kelompok dalam upaya mencapai tujuan pada suatu situasi.
Sedangkan menurut Hasibuan (2005), kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin
memengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja secara produktif untuk mencapai
tujuan organisasi.
a.
Karekteristik
kepemimpinan
Menurut
Hellriegel dan Slocum (1993) menekankan keterampilan kepemimpinan yaitu :
1)
Pemberdayaan.
Pemimpin yang memberdayakan orang lain membagi pengaruh dan pengendalian dengan
anggota kelompok dalam memutuskan cara mencapai tujuan organisasi. Melalaui
pemberdayaan, pimpinan memberikan orang lain, rasa pencapaian, kepemilikan, dan
harga diri. Satu cara pemimpin perawat dapat memberdayakan staf adalah
mendiskusikan dengan mereka ide-ide tentang memberikan perawatan klien.
2)
Intuisi.
Seorang pemimpin dapat membangun hubungan saling percaya dengan orang lain,
mengamati situasi, mengantisipasi kebutuhan untuk berubah, dan segera bergerak
untuk membuat perubahan yang sesuai.
3)
Pemahaman
diri, dalam hal ini mencakup suatu kemampuan untuk menyadari kekuatan dan
kelemahan diri sendiri. Membangun kekuatan diri dan mengoreksi atau memperbaiki
kekurangan penting dilakukan agar kepemimpinan efektif.
4)
Visi,
pemimpin dengan visi membayangkan situasi yang berbeda dan lebih baik serta
mengidentifikasi cara-cara untuk mencapainya. Kepemimpianan visioner tidak
berarti secara konstan membayangkan tujuan baru dan orisinal; visi dapat
semata-mata menyatukan caring dan
efisein dalam memenuhi kebutuhan pegawai dan klien.
5)
Kongruensi
nilai. Merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima misi serta tujuan dari
organisasi dan nilai pegawai serta untuk mendamaikannya.
b. Gaya
kepemimpinan
Gaya
kepemimpianan didefinisikan sebagai kombinasi yang berbeda dari perilaku tugas
dan hubungan yang digunakan untuk memperaruhi orang lain untuk menyelesaikan
tujuan (Huber, 2000). Beberapa gaya kepemimpinan antara lain :
a.
Kepemimpinan
karismatik
Dicirikan dengan
suatu hubungan emosional antara pemimpin dan anggota kelompok yang memimpinnya
“menginspirasi orng lain dengan mendapatakan
komitmen emosional dari pengikut dan dengan membangkitkan rasa setia dan
antusiasisme yang kuat” (Marriner-Tomey, 2000). Suatu hubungan karismatik ada
saat pemimpin dapat mengkomunikasi rencana perubahan dan pengikut mematuhi
rencana tersebut karena keyakinan dan kepercayaan mereka terhadap kemampuan pemimpin. Pengikut
dari pemimpin karismatik dapat mengatasi kesulitan ekstrem untuk mencapai
tujuan karena keyakinan mereka terhadap pemimpin.
b. Kepemimpinan otoriter
Pemimpin membuat
keputusan untuk kelompok. Gaya kepemimpinan ini juga disebut sebagai kepemimpinan direktif atau otokratik. Kepemimpinan
otoriter disamakan dengan kediktatoran dan mengsyaratkan bahwa kelompok tidak
mampu membuat keputusan sendiri. Pemimpin menentukan kebijakan, memberikan
perintah dan arahan kepada
anggota kelompok. Kepemimpinan otoriter secara
umum memiliki konotasi negative dan sering membuat anggota kelompok tidak puas.
Karena perbedaan status antara pemimpinan dan anggota kelompok derajat
keterbukaan dan kepercayaan antara pimpinan dan anggota kelompok minimal atau
tidak ada. Kepemimpian otoriter ini mungkin paling efektif pada halusinasi yang
membutuhakan kepuasan segera, contoh pada saat pasien henti jantung, peristiwa
kebakaran di unit, kecelakaan pesawat terbang atau keadaan kedarutan lainya.
c. Kepemimpinan demokratis atau
partisipatif
Pemimpin bertindak sebagai katalisator atau fasilitator, secara
aktif memandu kelompok kearah pencapaian tujuan kelompok. Pemberian kritikan
yang konstruktif, pemberian informasi,
pemberian saran, dan pengajuan pertanyaan
menjadi fokus pemimpin partisipatif. Jenis
kepemimpinan ini menurut pemimpin untuk memiliki keyakinan kepada anggota
kelompok dalam menyelesaikan tujuan. Kepemimpinan demokratis dilandaskan pada
prinsip sebagai berikut :
1) Setiap anggota kelompok harus
berpatisipasi dalam pengambilan keputusan.
2) Kebebasan keyakinan dan tindakan
diperolehkan dalam batasan yang masuk akal yang ditetapkan oleh masyarakat dan
kelompok.
3) Tiap individu bertanggung jawab terhadap
diri mereka sediri dan kesejahteraan
kelompok.
4) Harus ada perhatian dan pertimbangan
untuk tiap anggota kelompok sebagai individu yang unik.
Kepemimpinan demokratis membutuhkan kerja sama dan
koordinasi yang sangat besar dari anggota kelompok. Gaya kepemimpinan ini dapat
sangat efektif dalam tatanan perawatan kesehatan (Tappen, 2001).
d.
Kepemimpian
laissez-faire
Gaya
kepemimpianan ini tanpa pengarahan digambarkan sebagai pemimpin yang tidak
aktif, pasif, dan permisif; yang memberikan sedikit perintah, pertanyaan,
anjuran, atau kritikan (Tappen, 2001).
Pendekatan laissez-faire akan berhasil sangat baik jika anggota kelompok
memiliki kematangan personal dan professional sehingga saat kelompok telah
membuat keputusan, anggota kelompok berkomitmen terhadap keputusan itu dan
memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan nya.
e.
Kepemimpinan
situasional
Tingkat
pengarah dan
dukungan bervariasi
bergantung pada tingkat kematangan pegawai atau kelompok. Pemimpin menerenapkan satu dari
empat gaya, yaitu;
1) Directive
Gaya
kepemimpinan yang dicirikan dengan pemberian intruksi yang jelas dan arahan
yang spesifik untuk pegawai yang tidak matang.
2) Coaching
Gaya
kepemimpinan yang dicirikan dengan pengembangan komunikasi dua arah dan
membantu pekerja yang menuju kematangan membangun rasa percaya diri dan
motivasi.
3)
Suppoting
Gaya
kepemimpinan yang dicirikan dengan komunikasi aktif dua arah dan mendukung
upaya pekerja yang matang untuk menggunakan bakat mereka.
4) Delegating
Gaya
kepemimpinan tanpa intervensi ketika pegawai yang sudah sangat matang diberikan
tanggung jawab untuk melaksanakan rencana dan membuat keputusan tugas.
f.
Kepemimpinan
transaksional
Pemimpin
transaksional memahami dan memenuhi kebutuhan kelompok. Hubungan dengan
pengikut dilandaskan pada pertukaran beberapa sumber yang dihargai pengikut.
Insentif ini digunakan untuk meningkatkan kesetian dan performa. Sebagai
contoh, untuk memastikan jumlah staf yang adekuat pada sift malam, perawat manajer
bernegosiasi dengan staf perawat, yaitu bagi mereka yang bekerja sift malam mendapat libur pada akhir pekan.
g.
Kepemimpinan
transformasional
Menekankan
kembali visi yang dibagi manajer-pemimpin dengan kelompok, menekan pentingnya
mempersiapkan ruang
untuk berubah. Kepemimpinan
transformasional dicirikan
dengan empat faktor primer yaitu :
1) Karisma
Pemimpin
karismatik sangat dihargai
dan dipandang dengan penuh rasa hrmat, dedekasi dan kekaguman. Mereka
menetapkan standar tinggi, menantang staf mereka untuk melebihi tingkat usaha
yang diharapkan.
2) Motivasi
inspirasional
Pemimpin
berbagai visi dengan staf yang menarik emosi dan cita-cita mereka.
3) Stimulasi
intelektual
Pemimpin menstimulasi pengikut untuk
mempanyakan status quo : untuk mempertanyakan secara kritis mengenai apa yang
mereka lakukan dan mengapa.
4) Contingen
reward
Pemimpin
menyadari tujuan yang disepaati bersama dan memberikan penghargaan pada pencapaian pegawai.
Kepemiminan
transformasional diharapakan akan menjadi hal yang sangat penting dalam
mencapai system perawatan kesehatan yang mewjudkan kesejahteraaan keperawatan holistik.
Manajemen
dan kepemimpinan pendekatn praktik keperawatan. Manajemen dapat memberikan
kemudahan dan pemenuhan kebutuhan. Dalam pelaksanaan kepemimpinan yang baik
adalah kepemimpinan situasional atau sesuai dengan situasi dan kondisi yang
terjadi, karena setiap model kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangan
dalam pelaksanaannya, salah satu contoh pada situasi dan kondisi memerlukan ketegasan
dan kecepatan dalam bertindak maka kepemimpinan otoriter baik untuk digunakan
(dengan berbagai pertimbangan didalamnya) namun apalagi resiko ada minimal yang dipilih
sebagai keputusan bersama, dan ketika dihadapkan pada situasi dan kondisi
memerlukan kesabaran maka kepemimpinan transaksional patut menjadi pertimbangan
jadi fleksibilitas perlu kita jadikan acuan dalam mengambil keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar