Laporan pendahuluan
APPENDIKSITIS
A. Definisi
C adalah
inflamasi appendik vermiformin yang disebabkan oleh obstruksi akibat infeksi,
struktur, masa fecal benda asing atau tumor.
( Sandra
M. Nettino, 2002 )
Appendiksitis adalah
ujung seperti jari yang kecil panjangnya Kira-kira 10 cm ( 4 inci ) melekat
pada sekum tepat dibawah katup ileosekal.
(
Brunner and Suddart, 2002 )
Appendiksitis adalah
Madang lumbai cacing usus buntu.
( Dr.
Mel ahmad ramal, 2003 )
Dari ketiga
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa appendiksitis adalah obstruksi lumen
oleh vekalit benda-benda asing parasit atau infeksi usus sehingga mengakibatkan
pembengkakan limphosit.
B. Patofisiologi
1. etiologi
appendiksterinflamasi
dan mengalami edema sebagai akibat terlibat atau tersumbat, kemungkinan oleh
fekalit ( massa keras dari feses ), tumor, atau benda asing.
2. manifestasi klinis
nyeri
cuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan
hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan local pada titik MC.Burney. bila dilakukan
tekanan nyeri, tekan lepas ( hasil atau indentifikasi dari nyeri bila tekanan
dilepaskan ) mungkin dijumpai derajat nyeri tekan, spasma otot, dan apakah
terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi.
Bila
appendik melingkar didaerah sekum. Nyeri tekan dapat terasa didaerah lumbal.
Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda ini dapat diketahui hanya pada pemeriksaan
rektal. Nyeri saat berkemih menunjukkan bahwa ujung appendik berada dekat
dengan Bandung kemih atau ureter.
3. proses penyakit
|
Hiperplasia folikel limposid, fekalit,
feses dan benda asing masuk kedalam appendiks sehingga menyebabkan obstruksi
mucus mucosa mengalami bendungan atau sumbatan sehingga terjadi konstipasi, dan
tekanan intra lumen meningkat sehingga aliran limfe mengalami hambatan,
mengalami pembengkakan, diapedisis bakteri dan ulserasi akibat hambatan limfe
ini sehingga menimbulkan appendiksitis.
4. komplikasi
komplikasi utama
appendik adalah perporasi appendik yang dapat berkembang menjadi peritonitis/abses,
insidens perporasi adalah 10 % sampai 32 % inciden lebih sering pada anak kecil
dan lansia perporasi secara umum terjadi 24 jam estela awitan nyeri, gejala
mencakup demam dengan suhu 37,7 ° C atau dengan suhu tinggi dan
nyeri tekan abdomen yang kontinue.
C. Penatalaksanaan
1) Medis
Pembedahan di
indikasikan bila diagnosa appendiksitis telah ditegakkan.
2) Terapi
·
Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan.
·
Analgesik dapat diberikan estela diagnosa diberikan
·
Apabila appendik pecah estela tindakan bedah maka diperlukan pemberian
antibiotik untuk mengurangi resiko peritonitis dan sepsis.
3) Tes diagnostik
·
SPP :
leukosit di atas 12.000/mm3, neutrofil meningkat sampai
75 %.
·
Urinalisis : normal
terdapat eritrosis, leukosit kemungkinan ada.
·
Foto abdomen : dapat
menyatakan adanya pengeluaran material pada
appendiks.
ASUHAN KEPERAWATAN
APPENDIKSITIS
D. Pengkajian
1) Data dasar
v Aktivitas/istirahat
Gejala : malase
v Sirkulasi
Tanda : takikardi
v Eliminasi
Gejala : konstipasi pada awitan awal, diare (
Madang-kadang )
Tanda : distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri
lepas, kekakuan.
Penurunan atau tak ada bising usus.
v Makanan/cairan
Gejala : anorexia, mual/muntah
v Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
umbilikus yang
meningkat berat, terlokalisasi pada titik
Mc.Burney ( setengah
jarak antara umbilikus dan tulang ilium kanan
)meningkat.
Benjolan, bersin, batuk/napas dalam ( nyeri
berhenti tiba-tiba,
diduga perporasi atau infark pada appendik ).
Tanda : prilaku berhati-hati berbaring
kesamping atau terlentang
dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada
cuadran bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan atau posisi
duduk tegak.
Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi
peritoneal.
v Keamanan
Tanda : demam ( biasanya rendah/Turun )
v Pernapasan
Tanda : takipneu, pernapasan dangkal.
E. Diagnosa keperawatan
1) Resiko tinggi infeksi b/d insisi
bedah
2) Resiko tinggi kekurangan cairan
b/d pembatasan pascaoperasi ( muntah )
3) Nyeri b/d adanya insisi bedah
4) Kurang pengetahuan b/d tidak
mengenal sumber informasi
F. Perencanaan keperawatan
1) Resiko tinggi infeksi b/d insisi
bedah
Mandiri
§ Awasi tanda-tanda vital
§ Lakukan pencucian tangan yang
baik
§ Lihat insisi dan balutan
§ Berikan informasi yang tepat,
Jujuy pada pasien/keluarga
Kolaborasi
§ Ambil contoh draine bila
diindikasikan
§ Berikan antibiotik sesuai
indikasi
§ Bantu irrigáis dan drainase bila
diindikasikan
2) Resiko tinggi kekurangan cairan
b/d pembatasan pascaoperasi ( muntah )
Mandiri
§ Awasi TD dan nadi
§ Lihat membran mucosa, kaki turgor
kulit dan pengisian kapiler
§ Awasi masukan dan haluaran
§ Auskultasi bising usus
§ Berikan sejumlah cairan sedikit
§ Berikan perawatan mulut sering
Kolaborasi
§ Pertahankan penghisapan usus
§ Berikan carian IV dan elektrolit
3) Nyeri b/d adanya insisi bedah
Mandiri
§ Kaki nyeri
§ Pertahankan istirahat dengan
posisi semi fowler
§ Dorong ambulasi dini
§ Berikan aktivitas hiburan
Kolaborasi
§ Pertahankan puasa
§ Berikan analgesikl sesuai
indikasi
§ Berikan kantong es pada abdomen
4) Kurang pengetahuan b/d tidak
mengenal sumber informasi
Mandiri
§ Kaki ulang pembatasan aktivitas
pascaoperasi
§ Dorong aktivitas sesuai
toleransi
§ Diskusikan perawatan insisi,
termasuk mengganti balutan
§ Identifikasi gejala yang
memerlukan evaluasi medik
§ Anjurkan penggunaan laksafif
G. Implementasi keperawatan
a)
Pengertian
Implementasi adalah langkah keempat dalam tahapan proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan/tindakan
keperawatan yang telah direncanakan ( A.Aziz Alimul Hidayat, 2004 )
b)
Tahap pelaksanaan
v Uraian persiapan meliputi :
1.
Review tindakan keperawatan
yang diidentifikasi pada tahap perencanaan.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, criteria yang
harus dipenuhi yaitu sesuai dengan rencana tindakan, berdasarkan prinsip
ilmiah, ditujukan pada individu sesuai dengan kondisi klien, digunakan untuk
menciptakan lingkungan yang teraupetik dan aman, penggunaan sarana dan
prasarana yang memadai.
2. Menganalisa pengetahuan atau
keterampilan yang diperlukan.
Perawat harus
mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan tipe
yang diperlukan untuk tindakan keperawatan. Hal
ini akan menentukan siapa orang yang terdekat untuk melakukan tindakan.
3.
Mengetahui komplikasi atau
akibat dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
Prosedur tindakan keperawatan mungkin berakibat
terjadinya resiko tinggi kepada klien. Perawat harus menyadari kemungkinan
timbulnya komplikasi sehubungan dengan tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan. Keadaan yang demikian ini memungkinkan perawat untuk melakukan
pencegahan dan mengurangi resiko yang timbul.
4. Menentukan dan mempersiapkan
peralatan yang diperlukan dalam implementasi.
Dalam
mempersiapkan tindakan keperawatan,
hal-hal yang berhubungan dengan tujuan harus dipertimbangkan yaitu waktu,
tenaga dan alat.
5.
Mempersiapkan lingkungan yang
kondusif sesuai dengan tindakan yang dilakukan.
Keberhasilan suatu
tindakan keperawatan sangan ditentukan oleh perasaan klien yang aman dan
nyaman. Lingkungan yang nyaman mencakup componen fisik dan psikologis.
v Tindakan keperawatan dibedakan
atas :
1. Independen atau mandiri
Yaitu statu kegiatan
yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya.
2. Interdependen atau kolaborasi
Yaitu statu kegiatan
yang memerlukan statu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya ahli
Gizo, fisioterapi, dokter dan sebagainya.
c) Pendokumentasian
Pada tahap
pendokumentasian hal yang harus dicatat hádala tindakan yang telah dilakukan,
waktu, tanggal, jam dan paraf perawat yang melakukan.
H. Evaluasi
a) Pengertian
Evaluasi ialah
langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi
sejauh mana tujuan dari pada keperawatan tercapai atau tidak.
- Proses
evaluasi
1. Evaluasi formatif
Menyatakan
evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi.
2. Evaluasi sumatif
Merupakan
rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu
tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan.
c. Pendokumentasian
Merupakan pencatatan
dari proses keperawatan estela implementasi atau tindakan keperawatan, disini
dapat diketahui apakah tujuan dari keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi
dan catat dalam bentuk SOAP dimana :
S : merupakan respon subjektif klien
terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukan dan berupa kalimat
pernyataan klien dan
keluarga.
O : respon objektif klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah
dilakukan berdasarkan pengamatan/observasi
klien
A : merupakan hasil analisa ulang dari DS
dan DO dimana masih/tetap
muncul masalah baru
P : merupakan planning/perencanaan atau
tindakan berdasarkan hasil
analisa.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
3.Jakarta : EGC.
Cardenito, L.J. 2001. Buku
Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Engram, Barbara, 2000. Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC.
Nurachman, Elly, 2001. Buku
Saku Prosedur Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Tambayong, Jan, 2002. Patofisiologi
Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar