BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Semua sel hidup memerlukan material
untuk bertahan hidup dan melakukan fungsi kerja yang diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan. Perubahan massa sel darah merah menimbulkan dua
keadaan yang berbeda, jika jumlah sel darah merah kurang, maka timbul anemia.
Anemia adalah tanda dari suatu
proses perjalanan penyakit yang dapat diidentifikasikan karena anemia bukan
penyakit yang spesifik. Telah diketahui secara umum anemia yang berat dapat
membuat shock, biasanya gejalanya tidak diperhatikan oleh penderita.
Beberapa ahli epidemiologi
mengkalkulasikan sedikitnya satu setengah populasi di dunia yang menderita
anemia. Data tersebut memberi gambaran bahwa masalah anemia perlu mendapat
perhatian dan penanganan yang baik karena kalau tidak akan menimbulkan
komplikasi. Dalam hal ini perawat penting memberi penyuluhan tentang istirahat,
pola makanan yang baik serta pengobatan yang teratur untuk membantu dalam
proses penyembuhan dan peningkatan penyakit.
B.
TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan
mengaplikasikan semua teori yang telah penulis peroleh melalui praktek asuhan
keperawatan di lapangan.
- Agar mahasiswa memahami anatomi,
fisiologi dan patofisiologi yang berhubungan dengan penyakit anemia.
- Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien anemia.
- Agar mahasiswa mampu memberikan
penyuluhan terhadap pasien di rumah sakit mengenai penanganan penyakit
anemia.
C.
METODE PENULISAN
Dalam menyusun makalah ini penulis
mengumpulkan data dengan informasi dengan cara :
- Studi pustaka, dengan mengumpulkan
dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan anemia.
- Pengamatan kasus yang dilakukan
secara langsung di rumah sakit.
D.
SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan makalah ini diawali dengan
kata pengantar dan daftar isi, dilanjutkan Bab I. Pendahuluan yang berisi
tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode dan sistematika penulisan. Bab
II. Tinjauan teoritis terdiri dari konsep dasar medik dan konsep asuhan
keperawatan. Bab III diuraikan mengenai pengamatan kasus. Hasil pengamatan
kasus dibahas pada Bab IV yang berisi tentang Pembahasan kasus. Bab V tentang
kesimpulan, dan pada bagian akhir makalah ini dilampirkan daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
KONSEP MEDIK
1.
Definisi
Anemia adalah suatu penurunan dari
normal terhadap eritrosit, jumlah haemoglobin dan hematokrit yang disebabkan
oleh perdarahan, berkurangnya produksi eritrosit atau peningkatan penghancuran
sel darah merah. (Sharon Mantik Lewis, 2000, hal. 736).
Anemia adalah istilah yang menunjukkan
rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar Hb dan Ht di bawah normal. (Brunner
& Suddarth, 2000).
Anemia adalah suatu keadaan dimana
kadar haemoglobin atau jumlah eritrosit lebih rendah dari keadaan normal yaitu
bila Hb berkurang dari 14 g/dl dan
hematokrit kurang dari 41% pada pria atau Hb kurang dari 12 g/dl dan hematokrit
kurang dari 37% pada wanita. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000, hal. 547).
Klasifikasi
anemia :
1)
Anemia mikrositik hipokrom
Adalah keadaan dimana kandungan
besi tubuh total turun di bawah tingkat normal (dewasa pria : 13,5-18 g/dl;
wanita : 12-16 g/dl). Besi diperlukan untuk sintesa hemoglobin).
2)
Anemia makrositik
a.
Anemia defisiensi Vit. B12
(pernisiosa)
Kekurangan
vitamin B12 akibat gangguan absorpsi vitamin yang merupakan penyakit
herediter autoimun.
b.
Anemia defisiensi asam folat
Penurunan
absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorbsi terjadi di saluran cerna.
c.
Anemia karena perdarahan.
d.
Anemia hemolitik
Terjadi
penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari) baik sementara maupun
terus-menerus).
e.
Anemia aplastik.
Terjadi
karena ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah.
2.
Anatomi Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh
berupa cairan yang terdapat di pembuluh darah yang jumlahnya pada orang sehat
dewasa 1/3 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Hal ini tergantung dari
umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah. Darah terdiri dari
komponen cair (plasma) : 91-92% dan padat 7-9%.
Komponen padat darah terdiri dari :
2.1.
Eritrosit (sel darah merah)
Berbentuk bulat pipih, tidak mempunyai inti sel,
jumlahnya kira-kira 5 juta/mm3 darah. Dibentuk dalam sumsum tulang
dan dirangsang oleh hormon eritropoetin yang berasal dari ginjal. Usia
eritrosit dalam peredarannya adalah 120 hari. Di dalam sel eritrosit dapat
didapat hemoglobin yaitu suatu senyawa kimiawi yang terdiri dari molekul Hem
yang mempunyai ion Fe (besi) yang terkait dengan rantai globin (suatu senyawa
protein). Hemoglobin berperan mengangkut oksigen dan CO2. Jumlah
hemoglobin pada laki-laki 14-16 gr% dan wanita 12-14%.
2.2.
Leukosit (sel darah putih)
Berwarna bening, dapat berubah-ubah serta mempunyai inti
sel. Jumlah sel darah putih normalnya adalah 4.800-10.800 /mm3.
Fungsi utamanya adalah sebagai pertahanan tubuh.
2.3.
Trombosit (sel pembeku darah)
Berupa benda-benda kecil yang mati dimana bentuk dan
ukurannya bermacam-macam. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan
limfa yang diameternya 1-4 m dan umur peredarannya sekitar 10 hari. Jumlah
trombosit normal 150.000-450.000 /ul.
Fungsi darah adalah :
- Sebagai alat pengangkut, yaitu :
1.1
Mengambil O2 atau
zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
1.2
Mengambil CO2 dari
jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
1.3
Mengambil zat-zat makanan dari
usus halus untuk diedarkan ke seluruh jaringan/alat tubuh.
1.4
Mengangkut dan mengeluarkan
zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh dan ginjal.
- Sebagai pertahanan tubuh terhadap
bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantaraan
leukosit, antibodi/zat anti racun.
- Menyebarkan panas ke seluruh
tubuh.
Gambar Anatomi
3.
Etiologi
3.1.
Penurunan produksi eritrosit,
yaitu terdiri dari:
3.1.1.
Peningkatan sintesis hemoglobin
seperti defisiensi zat besi dan thalasemia.
3.1.2.
Rusaknya sintesis DNA karena
penurunan vitamin B12 (cobalamin) dan defisiensi asam folat.
3.1.3.
Pencetus terhadap penurunan
jumlah eritrosit seperti anemia aplastik, anemia dari leukemia, dan penyakit
kronik.
3.2.
Perdarahan
3.2.1.
Akut, bisa disebabkan karena
trauma dan rupturnya pembuluh darah.
3.2.2.
Kronik, seperti gastritis,
menstruasi dan hemoroid.
3.3.
Peningkatan penghancuran
eritrosit
3.3.1.
Intrinsik : hemoglobin yang
tidak normal, defisiensi enzim (G6PD)
3.3.2.
Ekstrinsik : trauma fisik,
antibodi, infeksi dan toksik (malaria).
4.
Patofisiologi
Anemia adalah sebagian akibat
produksi sel darah merah tidak mencukupi dan sebagian lagi akibat sel darah
merah yang prematur, kehilangan darah, kurang nutrisi dan herediter. Semuanya
ini mengakibatkan gangguan atau kerusakan pada sumsum tulang. Sel darah merah
mengalami penghancuran dalam sirkulasi seperti pada berbagai kelainan
hemolitik. Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit
O2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30%
atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemia
dan hipoksemia. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaforesis
(keringat dingin), takikardia, sesak nafas, kolaps sirkulasi yang progresif
cepat atau syok. Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh
kecepatan aliran darah yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada
penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia
miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongestif sebab
otot jantung kekurangan oksigen dengan beban kerja jantung yang meningkat.
Dispnea, nafas pendek dan cepat, lelah waktu melakukan aktivitas jasmani
merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala,
pusing, kelemahan dan tinitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan
berkurangnya oksigenisasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat
dapat juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan
defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare
dan stomatitis. Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan
nama hemolisis, terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang
memperpendek hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan
penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel darah merah itu terganggu,
adalah :
- Hemoglobinopati : hemoglobin
abnormal yang diturunkan misalnya anemia sel sabit.
- Gangguan sintesis globin, misalnya
thalasemia.
- Gangguan membran sel darah merah,
misalnya sterositosis herediter.
- Defisiensi enzim, misalnya
defisiensi G6PD (glucose 6-fosfat dehidogenase).
5.
Tanda dan gejala
- Kulit (pucat, kuning, pruritus)
- Mata (ikterik, konjungtiva dan
sklera, penglihatan kabur)
- Mulut (glositis, rasa tidak enak
di mulut)
- Kardiovaskuler (takikardia,
peningkatan tekanan darah, murmur sistolik, intermittent claudication,
nyeri, CHF, MCI)
- Paru-paru (tachypnea, orthopnea,
dyspnea)
- Saraf (sakit kepala, pusing,
penurunan aktivitas)
- Sistem pencernaan (anorexia,
hepatomegali, splenomegali, gangguan menelan)
- Muskuloskeletal (nyeri pada
tulang)]
- Umum (sensitif terhadap dingin,
penurunan berat badan dan mudah mengantuk).
6.
Pemeriksaan Diagnostik
- Darah lengkap
-
Hemoglobin
-
Hematokrit
-
Retikulosit
-
Bilirubin
-
Eritrosit
-
Trombosit
-
Leukosit.
- Pemeriksaan feses
- Pemeriksaan urine
- BMP hiperplasi pada sumsum tulang
- Rontgen foto cholelithiasis
- Scan liver splan
- Serum vitamin B12
7.
Komplikasi
Komplikasi umum anemia meliputi gagal jantung,
parestesia dan kejang. Pada setiap tingkat anemia, pasien dengan penyakit
jantung cenderung lebih besar kemungkinannya mengalami angina atau gejala gagal
jantung kongestif daripada seseorang yang tidak mempunyai penyakit jantung.
Komplikasi dapat terjadi sehubungan dengan jenis anemia tertentu.
8.
Therapi dan Pengelolaan Medik
- Kemoterapi
- Imanotherapi
- Radiasi
- Transfusi darah.
B.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
1.1.
Pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan
Ø Adanya kelelahan, sakit kepala, adanya keluhan kedinginan.
Ø Riwayat perdarahan, misalnya ulcus, haemoroid, penyakit ginjal,
penyakit hati, Ca, infeksi kronis, adanya angina.
Ø Adanya riwayat pengobatan.
Ø Riwayat terkena zat kimia, seperti radiasi.
Ø Kaji riwayat keturunan seperti anemia thalasemia.
1.2.
Pola nutrisi metabolik
Ø Penurunan BB.
Ø Kurang nafsu makan.
Ø Mual muntah.
Ø Adanya gangguan dalam mulut, tidak selera makan.
Ø Kelainan rasa pengecapan.
1.3.
Pola eliminasi
Ø Adanya konstipasi dan diare.
Ø Adanya kembung, peningkatan peristaltik usus.
Ø Penurunan pengeluaran urine.
Ø Adanya perdarahan di feses dan urine.
1.4.
Pola aktivitas dan latihan
Ø Adanya kelelahan dan toleransi beraktifitas.
Ø Kelemahan, kelelahan, malaise.
Ø Penurunan latihan.
Ø Kebutuhan istirahat dan tidur bertambah.
1.5.
Pola persepsi kognitif
Ø Adanya sakit kepala, pusing.
Ø Ada rasa baal di tangan dan kaki.
Ø Operasi besar seperti splenectomi, pengangkatan prostat.
Ø Nyeri dada dan tulang.
Ø Adanya gangguan penglihatan dan pendengaran.
Ø Gatal-gatal.
Ø Hipersensitif terhadap dingin.
1.6.
Pola reproduksi dan seksualitas
Ø Adanya penurunan libido.
Ø Perubahan siklus menstruasi menorhagia, amenorhoe.
Ø Impoten.
Ø Metrokhagia.
Ø Perdarahan pada sebelum dan sesudah partus.
2.
Diagnosa Keperawatan
2.1.
Hypoxemia b.d kekurangan
oksigen dalam sel darah merah.
2.2.
Perubahan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh b.d anorexia.
2.3.
Risiko tinggi kerusakan
integritas kulit b.d hypoxemia jaringan, bed rest, imobilisasi.
2.4.
Ketidakmampuan merawat diri b.d
kelemahan dan kelelahan karena penurunan oksigen dalam darah.
2.5.
Perubahan pola eliminasi :
konstipasi atau diare b.d perubahan intake dan perubahan dalam digestif efek
samping obat.
2.6.
Risiko tinggi infeksi b.d
pertahanan sekunder yang tidak adekuat seperti penurunan Hb, leucopeni.
3.
Perencanaan
3.1.
Hypoxemia b.d kekurangan
oksigen dalam sel darah merah.
Hasil yang diharapkan :
·
Oksigen dalam sel darah merah
terpenuhi.
·
Tidak terjadi cyanosis.
Rencana Tindakan :
·
Berikan posisi semifowler.
R/ Meningkatkan ekspansi paru.
·
Monitor dan catat tanda
hypoxemia seperti kelemahan, kelelahan, dam confusi.
R/ Mengetahui lebih dini tanda
hypoxemia dan menolong memberi intervensi selanjutnya.
·
Kaji konjungtiva dan
tanda-tanda cyanosis.
R/ Untuk mengetahui tanda-tanda kekurangan oksigen.
·
Kaji pernapasan sebelum dan
sesudah melakukan aktivitas.
R/ Kemungkinan timbulnya dispnea dan tachipnea.
·
Berikan oksigen sesuai program
medik.
R/ Meningkatkan suplai oksigen karena hipoksia.
·
Monitor AGD.
R/ Penurunan pH dan tanda hipoksemia.
·
Monitor Hb.
R/ Menentukan kapasitas anemia.
·
Ajarkan teknik relaksasi dan
napas efektif.
R/ Mengurangi dispnea.
3.2.
Kekurangan nutrisi b.d
anoreksia tidak nafsu makan.
Hasil yang diharapkan :
·
Pasien mampu menghabiskan
makanan 1 porsi.
·
Tidak terjadi penurunan berat
badan.
·
Tidak terjadi dehidrasi.
Rencana Tindakan :
·
Jaga higiene mulut sesudah dan
sebelum makan.
R/ Memberi rasa nyaman dan meningkatkan nafsu
makan.
·
Observasi kelainan di lidah,
mulut dan oesofagus.
R/ Stomatitis dan glositis dan kemungkinan
terjadi anemia.
·
Beri diit lunak pada kelainan
mulut.
R/ Untuk mencegah iritasi lebih lanjut.
·
Beri vitamin dan mineral sesuai
pesan dokter.
R/ Untuk meningkatkan absorbsi dan metabolisme.
·
Ajarkan pasien tentang diet dan
hubungan diet dan hubungan dengan penyakitnya.
R/ Meningkatkan kooperatif pasien untuk menaati
diet.
·
Catat porsi makan yang
dihabiskan.
R/ Memberi masukan dan jumlah kalori.
·
Timbang berat badan tiap hari.
R/ Perubahan berat badan membantu perubahan
nutrisi.
3.3.
Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit b.d hypoxemia jaringan, bedrest, imobilisasi.
Hasil yang diharapkan :
·
Kerusakan integritas kulit
tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
·
Kaji kulit pasien terhadap
adanya kemerahan dan indurasi.
R/ Penekanan pada daerah tertentu akan menghambat
sirkulasi dan hypoxemia jaringan.
·
Kaji kebersihan kulit.
R/ Mencegah infeksi.
·
Berikan posisi selang seling
tiap 2 jam.
R/ Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah
penekanan.
·
Ajarkan latihan ROM
R/ Merangsang sirkulasi.
3.4.
Ketidakmampuan merawat diri b.d
kelemahan, kelelahan karena penurunan oksigen di dalam darah.
Hasil yang diharapkan :
·
Pasien dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi.
·
Kelelahan, kelemahan tidak
terjadi lagi.
Rencana Tindakan :
·
Kaji kemampuan pasien untuk
melakukan aktifitas harian tanpa ada keluhan, kelemahan, fatigue, kesulitan
beraktifitas.
R/ Intervensi selanjutnya.
·
Dekatkan kebutuhan pasien
seperti air, tissue, bel.
R/ Mengurangi kebutuhan pasien sesuai tingkat
kemampuan pasien.
·
Anjurkan pasien untuk
mobilisasi secara bertahap.
R/ Membantu mempercepat pasien kooperatif.
·
Ubah posisi pasien secara
bertahap dan monitor dizziness.
R/ Indikasi dari hipotensi postural atau hipoksia
serebral dapat menyebabkan nausea/muntah, resiko perlukaan.
3.5.
Perubahan pola eliminasi :
konstipasi/diare b.d penurunan intake, perubahan dalam digestif efek samping
obat.
Hasil yang diharapkan :
·
Pola eliminasi normal.
·
Konstipasi tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
·
Observasi feses, konsistensi,
frekuensi dan jumlah.
R/ Mengidentifikasi penyebab atau faktor yang
menunjang intervensi selanjutnya.
·
Auskultasi bising usus.
R/ Bising usus meningkat pada diare dan menurun
pada konstipasi.
·
Monitor dan laporkan intake
output per oral.
R/ Dapat menunjukkan dehidrasi, kehilangan cairan
berlebihan atau tambahan dalam mengidentifikasi defisiensi.
·
Konsultasi dengan ahli diet untuk
pemberian diet seimbang tinggi serat.
R/ Makanan tinggi serat mempertahankan enzim
pencernaan dan penyerapan cairan.
3.6.
Resiko tinggi b.d pertahanan
sekunder yang tidak adekuat seperti Hb, leukopeni.
Hasil yang diharapkan :
·
Infeksi tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
·
Kembangkan cara mencuci tangan
yang benar dalam memberikan perawatan kepada pasien.
R/ Mencegah infeksi silang.
·
Pertahankan tehnik aseptik
sesuai dengan prosedur atau pengobatan luka.
R/ Mengurangi resiko infeksi bakterial.
·
Berikan perawatan kulit, mulut
dan perianal secara teliti dan cermat.
R/ Mengurangi resiko kerusakan integritas kulit
atau jaringan dan infeksi.
·
Monitor temperatur atau suhu,
catat bila ada kedinginan, takikardia.
R/ Akibat dari infeksi yang membutuhkan tindakan.
4.
Perencanaan Pulang
Perencanaan pulang pada pasien yang anemia adalah :
4.1.
Pemeliharaan nutrisi yang
adekuat yaitu mengkonsumsi makanan bergizi seperti mengandung asam folat dan
vitamin B12 contoh : sayur-sayuran berwarna hijau; bayam, tempe,
hati, ginjal, atau suplemen tambahan dan lain sebagainya.
4.2.
Istirahat dan toleransi
terhadap aktivitas.
4.3.
Mencegah adanya komplikasi
dengan segera minta bantuan kesehatan terdekat.
C.
PATOFLOWDIAGRAM
Konsentrasi Hb terganggu
|
|||||||||
BAB III
PENGAMATAN KASUS
Pasien bernama Ny. V berusia 19 tahun, beragama Islam,
masuk RS Sint. Carolus pada tanggal 9 Januari 2004 dengan diagnosa medik Anemia
+ GE, pasien masuk melalui UGD.
Alasan pasien masuk rumah sakit dan mencari perawatan
adalah diare, mual, muntah, panas dingin, pusing dan berkunang-kunang lalu
penglihatan gelap lalu pasien memeriksakan diri ke UGD dan dianjurkan untuk
dirawat oleh dr.Eddy.
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis, observasi tanda-tanda vital : TD : 100/70 mmHg, N : 76 x/menit, HR : 80
x/menit, Suhu: 36 oC. pernapasan : 22 x/menit. Pasien mengatakan
sudah tidak diare, mual ada, pusing dan berkunang-kunang ada kadang-kadang dan
berkeringat. TB: 162 cm, BB: 45 kg, IMT : 17,2. Kesimpulan berat badan
berkurang. Pasien mengatakan bila duduk dan langsung berdiri kepala pusing,
kunang-kunang dan gelap. Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit anemia.
Dalam hasil pemeriksaan diagnostik pada tanggal 9
Januari 2004: Hb: 8,9 g/dl (12,0-18,0 g/dl), Ht: 28% (37-52%), leukosit : 7200
/ul (4.800 – 10.800 /ul), trombosit : 420.000 /ul (150.000-450.000 /ul).
Tanggal 10 Januari 2004 : Si: 7,9 ug/dl (38-148 ug/dl), T, BC: 286 ug/dl
(248-419 ug/dl), retikulosit : 8% (5-12%), membran darah tepi: kesan GDT sesuai
dengan anemia mikrositik.
Terapi yang digunakan adalah New Diatab 3x2 tab, imodium
1x1 tab, Danaflox 3x200 mg, Wiacid 2x1, dan Sotatic 2x1 amp. Diit yang
diberikan diit lunak. Dari hasil pengamatan terdapat 3 masalah yaitu :
perubahan nutrisi, resiko tinggi hipoxemia dan ketidakefektifan regimen
terapeutik. Perencanaan dan pelaksanaan adalah pemberian terapi medik sesuai
dosis, memberi penyuluhan untuk informasi pasien. Evaluasi yang didapat dari
pelaksanaan yang dilakukan ialah pengetahuan pasien bertambah, dan kebutuhan
nutrisi masih belum teratas sebelumnya.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan studi kepustakaan dari berbagai literatur
dan dilakukan pengamatan langsung terhadap pasien Ny. V dengan anemia, penulis
mencoba membandingkan antara teori dengan kasus yang ada.
1.
Pengkajian
Sampai dengan akhir pengamatan
penulis menyimpulkan bahwa anemia yang diderita Ny. V disebabkan oleh kurangnya
asupan makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran hijau dan riwayat
gastritis yang dideritanya, pasien suka makanan yang pedas, dan jarang makan
hati.
Berdasarkan hasil laboratorium
terdapat penurunan sel darah merah : Hb: 8,9 g/dl (12-18 g/dl), Ht: 28%
(37-52%), membran darah tepi.
Kesan : GDT sesuai dengan anemia mikrositik.
Pada tanda dan gejala tidak
ditemukan dispnea, kelelahan, mual, pusing, mata berkunang-kunang mulai
berkurang.
2.
Diagnosa Keperawatan
Masalah yang ditemukan pada pasien
yaitu :
- Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d mual.
- Resiko hipoxemia b.d kekurangan
oksigen dalam sel darah merah.
Sedangkan diagnosa yang tidak
terjadi yaitu :
- Ketidakmampuan merawat diri b.d
kelemahan dan kelelahan karena penurunan oksigen dalam darha.
Tidak terjadi karena pasien sudah
dapat memenuhi kebutuhannya dan bila lelah pasien istirahat di tempat tidur.
- Perubahan pola eliminasi :
konstipasi atau diare b.d perubahan intake dan perubahan dalam digestif
efek samping obat.
Tidak terjadi karena pasien sudah
mendapat therapi New Diatab 3x2 tab, Imodium 1x1 tablet. Sehingga pada saat
pengkajian perubahan eliminasi : diare sudah tidak terjadi.
- Resiko tinggi kerusakan integritas
kulit b.d hypoxemia jaringan, bed rest, imobilisasi.
Tidak terjadi karena pasien sudah
mobilisasi mandiri.
- Resiko tinggi infeksi b.d
pertahanan sekunder yang tidak adekuat seperti penurunan Hb, leukopeni.
Tidak ditemukan karena pemeriksaan
laboratorium menunjukkan penurunan Hb dan Ht sementara leukosit dan trombosit
dalam nilai normal.
Sedangkan ada diagnosa yang diangkat
penulis tapi tidak ada dalam literatur yaitu ketidakefektifan regimen
terapeutik b.d informasi tentang
pengobatan, tanda gejala, penyebab penyakit.
3.
Perencanaan
Dalam melaksanakan asuhan
keperawatan kepada Ny. V dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan.
Intervensi dapat dilakukan dan tidak menemukan hambatan yang berarti karena
tersedianya fasilitas dan kerja sama yang baik antara perawat dengan pasien.
Dalam pelaksanaan diutamakan penyuluhan kembali tentang penyakitnya dan
penyebabnya agar tidak terulang lagi.
4.
Evaluasi
Setelah dilakukan pelaksanaan,
evaluasi semua belum dapat tercapai karena keterbatasan waktu dalam pelaksanaan
dan pelaksanaannya dibutuhkan ketaatan terhadap diit untuk mengurangi
terjadinya penyakit yang sama dan tidak terjadi komplikasinya.
BAB V
KESIMPULAN
Setelah mempelajari, membahas serta melihat pada kasus
anemia yang dialami pada Ny. V, penulis mencoba untuk menarik kesimpulan bahwa
penyebab anemia Ny. V karena faktor makanan yang kurang mengandung zat besi dan
riwayat gastritis. Dari hasil pemeriksaan diagnostik terdapat penurunan Hb :
8,9 g/dl (12-18 g/dl), Ht: 28% (37-52%), Albumin : 3,1 g/dl (3,5-5,0 g/dl),
Globulin : 4,4 g/dl (1,5-3,5 g/dl).
Pada kasus ditemukan 3 masalah yaitu : perubahan
nutrisi, resiko hypoxemia dan ketidakefektifan regimen terapeutik. Setelah
dilakukan pelaksanaan selama 1hari, sebagian dapat dilaksanakan dengan baik,
tetapi evaluasi semua tidak dapat tercapai karena keterbatasan waktu
pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Catherine Parker (1976). Structure
of Function of the Body. (Fifth edition). USA. CV. Mosby Company.
Brunner and Suddarth’s (2000). Text
book of Medical Surgical Nursing. (Ninth edition). USA. Lippincott Williams
and Wilkins.
Doengoes, M.E (2000). Rencana
Asuhan Keperawatan. (Edisi ketiga). Jakarta: EGC.
Lewis, S.M. et.al (2000). Medical
Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical Problems. (Fifth
edition). USA. Mosby inc.
Mansjoer, A. et. al (1999). Kapita
Selekta Kedokteran. (Edisi ketiga). Jakarta. Media Aesculapius.
terimakasih banyak, sangat membantu informasinya
BalasHapushttp://obattraditional.com/